Chapter 14 - Kembalinya Dion

Di antara ketakutannya melawan orang yang sedang membekapnya, Yura mendengar suara Reza. Dia ditarik oleh Reza, dan kemudian terdengar suara senjata tajam menembus kulit Reza. Yura langsung kaget dan berseru, "Reza!"

Seluruh lengannya terluka oleh senjata tajam, dan darah terus mengalir. Penculik itu segera melarikan diri dengan tergesa-gesa ketika melihat Reza terluka. Sekarang sudah tidak tampak lagi jejak penculik itu

"N-nona, a-apakah Anda baik-baik saja?" Reza menahan rasa sakit dan berkata dengan susah payah.

Yura benar-benar ingin mengatakan sesuatu, tetapi ketika kata-kata akan keluar, dia tidak bisa bersuara lagi. Yura langsung pingsan setelah efek obat yang diberikan oleh penculik tadi muncul.

Reza segera mengangkat Yura, tetapi dia berteriak kesakitan karena luka yang menganga di lengannya. Kebetulan beberapa kru datang dan buru-buru membawa mereka berdua ke rumah sakit.

Dion, yang jauh di luar negeri, mendengar berita itu dan segera mengakhiri tugas yang ada dan pulang lebih awal. Sepertinya seseorang yang berani menyentuh wanita yang paling dicintainya dan orang yang paling dia percaya benar-benar tidak ingin hidup!

Mungkin karena obat yang diberi penculik tadi mengandung obat tidur, Yura tidur sangat nyenyak malam ini. Ketika dia bangun keesokan harinya, Sarah sedang menangis di samping tempat tidur, dan dia merasa lega saat melihat Yura bangun.

Dia tenang sejenak, lalu bertanya tentang kejadian kemarin pada Yura.

Sarah berkata, "Nona, saya tidak ingin memberitahu Anda tentang ini di saat yang tidak tepat seperti ini. Tapi, kami tidak bisa mendapatkan uang studio kembali dari tangan Pak Tara. Sekarang kami tidak punya banyak uang. Saya takut studio itu tidak akan bisa bertahan."

Di sisi lain, Marissa ternyata sedang merencanakan sesuatu. Jika rencana awalnya gagal, maka dia harus membuat rencana yang lebih cerdik kali ini.

Namun, tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mengalahkan Yura, kecuali dia jatuh lebih dulu.

"Saya sudah menerima undangan sebuah acara untuk Anda, saya tidak tahu apakah Anda akan marah?" tanya Sarah berusaha menjelaskan pada Yura dengan perlahan.

"Tidak apa-apa, aku akan pergi setelah selesai," jawab Yura dengan senyuman menenangkan di wajahnya.

"Baiklah kalau begitu, nona." Sarah berpikir sejenak dan berkata, "Tuan Dion mengirimmu ke sini. Dia akan datang menemuimu sore ini."

Dion? Bukankah dia di luar negeri? Taya Yura dalam hatinya.

Yura tidak ingin terlalu banyak berpikir, dan pergi tidur lagi. Ketika dia bangun, dia menemukan sebuah koper terbuka di samping tempat tidur yang berisi kebutuhan sehari-hari dan pakaian. Mulai dari pakaian untuk pergi hingga pakaian dalam dan kaus kaki. Dari makanan ringan hingga obat flu, semuanya ada di dalam koper itu. Semuanya tersedia.

Di tempat tidurnya juga terdapat kemeja putih longgar dan celana jins yang seharusnya dipakai olehnya untuk berpartisipasi dalam acara hari ini. Setelah selesai mandi, Yura ragu-ragu dan mengganti pakaian yang telah disiapkan Dion untuk dirinya.

Menurut Yura, program di luar ruangan sedikit lebih baik. Selain itu, selain beberapa gaun, isi lemari bajunya semuanya adalah pakaian untuk acara formal, jadi dia ingin punya kesempatan untuk mengenakan baju santai saat berpartisipasi dalam acara di luar ruangan.

Seorang kru menelepon dirinya di pagi hari dan mengatakan bahwa dia akan menemaninya untuk melakukan syuting dan mempersiapkan segala keperluan Yura. Yura dengan tegas menolak. Sebenarnya kru memiliki wardrobe dan penata rias, jadi tidak perlu membawa orang lain, tapi Yura tetap tidak mau.

Yura dengan hati-hati memeriksa isi koper, lalu bangkit dan mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda. Lalu, dia menarik koper. Tim kameramen di pintu siap untuk mengambil gambar. Dari rumah hingga tempat syuting, semuanya perlu difilmkan.

Yura terbiasa melihat cahaya lampu sorot dan kamera, tetapi dia tidak mengalami demam panggung, dan menyambut para kru di rumahnya dengan murah hati.

Sebelum Yura pergi, salah seorang kru melemparkan pertanyaan pada gadis itu. "Menurut Anda hidup itu apa?" tanyanya.

"Menurut saya, kehidupan harus terdiri dari banyak fragmen. Mungkin fragmen yang berisi kebahagiaan dan kesenangan. Di mata saya, itu adalah fragmen yang sangat hangat. Tentu, masih banyak fragmen lain, seperti kesedihan dan kesulitan. Namun, bagaimanapun fragmen-fragmen ini bersama-sama menjalin sebuah kehidupan yang berbeda untuk setiap orang," jelas Yura panjang lebar.

Ekspektasi dari sutradara saat ini sangat tinggi, dan Yura diharuskan untuk memberikan jawaban yang berisi sekitar 300 kata. Yura merasa ini adalah kalimat yang paling panjang yang pernah dia diucapkan selain menghafal naskah.

Kameramen yang merekamnya merasa terkejut karena Yura memiliki pemahaman yang begitu bijak tentang kehidupan. Bagaimanapun, di mata banyak media, Yura sebenarnya adalah artis dengan kecantikan yang dingin dan seolah tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya. Sekarang tampaknya dia akan dikenal sebagai karakter yang lembut dan hangat.

Saat tiba di lokasi syuting, hari sudah sore. Di pagi hari, tamu utama telah merayakan upacara pembukaan dengan sutradara, dan proses pengambilan gambar tidak terlalu rumit.

Udara di pedesaan memiliki aroma manis yang tak bisa dijelaskan Karena letaknya yang tidak terlalu tinggi, suhunya selalu lebih dari 20 derajat, jadi sangat cocok. Yura melihat sebuah rumah dengan pagar kayu besar dari kejauhan. Rumah itu memiliki halaman luas dan bunga mawar melilit di dindingnya.

Begitu Yura memasuki halaman, dia melihat sekelompok wajah yang dikenalnya. Yang tampak paling tua di sana adalah pembawa acara terkenal bernama Hito, artis senior bernama Yunita, dan seorang pendatang baru seperti dia, Luna, yang merupakan mahasiswa pascasarjana psikologi di sebuah universitas asing terkenal.

Yang terakhir, berdiri di tengah halaman adalah sutradara yang sedang serius mendiskusikan jadwal hari ini. Yura melirik kemeja putih dan jeans fashion longgar yang dia kenakan. Dia berhasil membuat pakaian sederhana itu tampak rapi dan mahal.

Yura pernah meminta bantuan Hana saat berita tentangnya dan Dion sedang viral di media. Dia memintanya untuk mengurusnya saat itu. "Bu Hana, apa kabar?" Yura tersenyum dan memeluknya ringan.

"Ah, kita tidak bertemu satu sama lain sudah lima tahun, ya. Aku senang kita bisa bertemu di sini sekarang," Hana masih terlihat seperti guru yang mudah didekati oleh siapa pun. Dia dan Yunita sama-sama guru di jurusan akting. Mereka adalah guru yang sangat baik, dan bisa membuat para muridnya ingin dekat dengan mereka.

Yunita tampak agak serius, tetapi Yura tahu bahwa dia adalah orang yang baik, dan popularitasnya di industri hiburan sangat bagus.

Hana memperkenalkan satu per satu orang-orang yang hadir di tempat itu kepada Yura. Ketika dia memperkenalkan Dion padanya dengan tatapan menggoda, Yura tersenyum canggung dan dengan cepat melewatinya.

Mata Dion tenang dan terkendali melihat sikap Yura.

Ketika Yura melihat Lukman, Yura menepuk pundaknya, "Wah, Anda semakin tampan saja!"

Handa tersenyum dan berkata, "Kalian kenal satu sama lain sebelumnya?"

"Ya, Pak Lukman memberikan psikoterapi untukku selama beberapa waktu, dan aku masih pasiennya saat ini" jelas Yura dengan senyum tulus. Pipi Lukman tampak sedikit merah yang menandakan dia sedikit malu dengan perkataan Yura.

Lukman memiliki kepribadian lembut yang khas, tetapi karena penampilannya yang lembut dan ramah, dia dikelilingi oleh sekelompok gadis setiap hari. Tetapi meskipun begitu, Lukman tetap tersipu ketika melihat wanita, dan Yura sering menggodanya.

Syuting pada hari pertama sangat sederhana, para bintang tamu berkeliling di lingkungan sekitar, membersihkan daun-daun di halaman, dan duduk bersama untuk mengobrol dan minum teh.

Yura lebih menyukai lingkungan seperti ini, dengan pegunungan yang indah dan air yang jernih, dan tugas yang tidak berat. Dia bukan bintang yang gila hormat, dan dia tidak membutuhkan banyak pujian dari para penggemar dan sutradara.

Keseluruhan suasana di tempat syutingnya kali ini sangat menyenangkan. Setidaknya Yura tidak harus bertengkar dengan aktris-aktris lain seperti saat itu.