Alana berbalik, siap untuk menghadapi Angga, tetapi dia tidak berharap Angga sudah siap, dan Angga menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya yang bahkan tidak sempat membuka mulutnya.
"Umm"
Dia menatap dengan mata terbuka lebar, dan memandangi tiap lekuk wajah Angga yang tampan.
Wajahnya, terlihat begitu dekat, terlihat seperti lukisan pemandangan, damai dan dalam, begitu indah dan menenangkan.
Bibirnya yang hangat, kemudian menyentuh kulitnya, membangkitkan perasaan tegang yang akrab.
Ada senyuman di matanya, jenis senyuman dari lubuk hatinya, senyuman yang begitu mempesona.
Wajah Alana memerah, dan bibir mereka yang saling bersentuhan erat terbuka dengan enggan.
"Lihat, bukankah ini bisa dimakan?" tanyanya sambil tersenyum.
Alana memelototinya, "tentu saja tidak."
Angga memeluknya dengan puas, "Alana, aku sangat merindukanmu."
Alana mencium bau di tubuhnya, sangat lega dan nyaman.