Alana hanya bisa menelan ludah, dan mengatur nafasnya karena terkejut dia masuk begitu tiba-tiba.
Ada senyum lembut di wajahnya seperti biasa, tapi aura yang terpancar dari seluruh tubuhnya jelas panas, menjarah segalanya seperti senjata tajam.
Alana melihatnya dari atas ke bawah, setiap sel di tubuhnya menjadi waspada. Bagaimana mungkin dia lanjut melepaskan sisa pakaiannya. Tidak hanya itu, dia harus mengenakan sweater yang dia lepas sekarang!
Seperti kelinci yang ketakutan, sedikit tergesa-gesa, kepalanya berusaha untuk masuk ke dalam sweaternya, dan itu memakan waktu yang lama karena dia begitu gugup! Bahkan kepalanya tidak mau keluar dari lubang sweaternya.
Alana menjadi panik, dan sekarang sweaternya hanya bisa menghalangi pandangannya untuk waktu yang lama, hingga Angga perlahan mulai berjalan mendekatinya.
Alana semakin cemas, semakin panik ...