Chereads / Paman Memanjakanku Setiap Hari / Chapter 18 - Aku Menyukaimu

Chapter 18 - Aku Menyukaimu

Alana mengerutkan kedua aslinya, matanya menatap dengan tajam dan mereka saling berpandang selama dua detik. Dia merilekskan dirinya lagi dan kedua tangannya tak lagi disilangkan. Kemudian kembali duduk dan mengambil sendoknya yang tadi diletakkan dan melanjutkan memakan mienya.

Angga agak bingung dengan perkataan Alana. Usia tiga puluh dua tahun tidak terlalu tua, juga bisa dibilang dia sudah memiliki banyak pengalaman semasa hidupnya. Dia telah melihat berbagai orang dengan berbagai kepribadian, bahkan dia sudah tahu maksud dari gerak-gerik seseorang.

Tapi reaksi Alana yang dilihatnya barusan... Angga benar-benar tidak bisa memahaminya.

"Apa itu reaksimu?"

Setelah Angga terdiam beberapa saat, dia bertanya dengan santai, dan menyesap tehnya.

"Kenapa dengan itu?"

Alana memandangnya dengan curiga, tetapi Angga tidak tahu harus menjelaskannya pada Alana..

"Kupikir ... kau akan senang, atau bereaksi secara berlebihan ..." jelasnya sambil Angga mengangkat bahu.

Alana menyipitkan mata padanya dan tersenyum penuh kemenangan. "Paman! Apa kau juga akan bereaksi secara berlebihan saat seseorang berkata kalau dia menyukaimu?"

"Apa maksdumu?" tanya Angga bingung.

Alana meneguk kuah di mangkuknya! Dia mengambil serbet dan menyeka mulutnya, kemudian bangkit berdiri dan menatap Angga. "Aku dicintai oleh semua orang! Itu hal yang sudah biasa bagiku kalau kau menyukaiku.! Tapi ... sejujurnya kau itu bukan tipeku! Jadi jangan berharap lebih"

Alana tertawa saat selesai mengatakannya.

"..."

Setelah puas tertawa, dia menunjuk mangkuk kosong tadi di atas meja dan berkata, "Paman, aku sudah selesai memakan mienya, dan katamu itu mangkukmu, jadi ya terserah mau kau apakan! Selamat malam!"

Angga tiba-tiba meraih tangannya.

"Ada yang lain?"

Angga bangkit dan memandangnya dengan mata menyipit. "Tipemu itu seperti apa?"

"Hmm ... Pertama, kau tidak boleh lebih dari tiga tahun lebih tua dariku! Menurutku tidak bisa nyambung saat berbicara! Kedua, tidak boleh terlalu tinggi. Jika prianya setinggi kau, aku harus terus mendongakkan kepalaku dan menyebabkan leheru sakit. Aku tidak suka itu. Kemudian, tidak terlalu kaya, tidak terlalu berkuasa, pokoknya tidak bisa! Oh, yang paling penting adalah memiliki moral! Hmm! "

Alana mengatakannya dengan lancar ...

"Jadi ... aku bukan termasuk tipemu?"

"Paman! Usia kita jaraknya tiga belas tahun! Menurutmu?!" ucap Alana.

"Ya, baiklah, tidurlah, gadis kecil ..."

"Oke, Paman!"

Alana kembali ke kamar dengan kepala terangkat dan sebelum menutup pintu dia tersenyum ke arah Annga dengan sopan. Tepat setelah menutup pintu,dia menjadi lebih panik, wajah kecilnya menjadi pucat pasi!!

Ya Tuhan, apa itu tadi? Bukankah paman ini benar-benar ingin menidurinya? Suka? Suka, palamu! Dia memang gadis yang cuek dan polos,mungkin saja pria itu hanya ingin bersenang-senang dengannya dan dengan mudah akan berselingkuh darinya nanti setelah puas bermain!

Dia memang mengenal Jessica, tetapi Angga tidak orang yang baru saja dia kenal. Dia merupakan direktur Grup Baskoro. Sudah sangat jelas berbeda dengannya yang hanya dari keluarga biasa-biasa saja dan pria itu bilang menyukainya? Oh! Bukankah dia hanya bermain-main saja karena bosan?! Banyak berita-berita di tv baik di internet, orang-orang kaya yang selalu mempermainkan gadis-gadis polos seperti dirinya. Paman ini membodohi orang yang salah dengan triknya yang basi!

Alana tiba-tiba kaget!

Bahkan, Angga sudah berbuat hal yang tidak bermoral padanyal, dia memang sama sekali tidak punya hati! Pasti ini juga salah satu triknya!!

Tujuan pria itu adalah untuk terus menyeret Alana ke dalam permainan yang dia buat! Ya, teruslah bermain-main denganku, Paman! batinnya!

Untungnya dia adalah gadis yang tidak mudah dibodohi! Dia tidak akan tertipu dengan triknya!

Alana memikirkan untuk kabur pagi-pagi sekali nanti. Sebelum pria itu bangun, dia sudah pergi jauh dari sini! Pria ini begitu licik, dia pasti akan terus mencari kesempatan saat Alana lengah! Dia tidak ingin dimainkan terus olehnya!

Alana sudah membulatkan tekadnya.

______

Sebelum jam tujuh pagi keesokan paginya, Alana sudah siap untuk pergi. Dia membuka pintu kamarnya sedikit untuk mengintip dan melihat keadaan di ruang tamu.

Tak seorang pun di ruang tamu, jadi dia dengan pelan berjalan ke dapur.

Alana sudah tahu dengan baik jadwal Angga setelah beberapa hari menginap, saat bekerja maupun saat dia tidur, maupun jam dia akan bangun. Tidak peduli apakah jadwalnya bekerja atau tidak, Angga pasti akan bangun jam enam, dan kemudian jogging selama satu jam, dan kembali untuk mandi lalu sarapan.

Pagi ini hujan, jadi mungkin Angga tidak akan pergi jogging.

Alana membuka pintu utama, dia berjalan keluar, dan membanting pintu di belakangnya!

Dia menghela napas. Akhirnya dia keluar!

Saat mendongakkan kepalanya, pandangannya bertemu dengan seorang wanita elegan cantik. Hal itu membuatnya terpesona akan kecantikannya! Sepasang mata besar yang indah dibubuhi eyeshadow gelap, eyeliner yang dibentuk meruncing membuatnya tampak mempesona. Dia menyadarkan dirinya sendiri dari rasa terpukaunya dan bergegas melewati wanita itu kemudian segera memasuki lift.

Sofia mengangkat alisnya bingung saat melihat gadis yang baru saja keluar dari pintu itu kemudian mengetuk pintu apartemen Angga.

Angga sedang menyiapkan sarapan, dan ketika dia mendengar ketukan di pintu segera bergegas untuk membuka pintu. Tetapi saat melewati ruang tamu, dria melihat kertas kecil yang berisi tulisan dia atas meja ruang tamunya.

Dia mengambilnya dan membaca tulisan kecil dan rapih itu:

Paman, terima kasih telah memperbolehkan aku tinggal dan merawatku, aku pulang kembali ke asrama!!

di akhir kalimat dapat dia lihat gambar senyuman.

Angga terdiam dan memasukkan catatan itu ke dalam saku celananya sebelum membuka pintu.

Sofia memiliki rambut lurus hitam panjang sepinggang dengan wajah kecil dan mata yang besar. Bibir yang dioles lipstick merah itu menyeringai padanya, kemudian tersenyum hingga memperlihatkan barisan gigi putihnya. "Hai! Angga"

"Kenapa kau ke sini?" tanyanya heran.

"Itu yang kau tanyakan? Tapi, ada apa denganmu? Kenapa wajahmu tertekuk begitu?"

Sofia menyilangkan tangannya di dada.

Ekspresi Angga tetap sama.

Sofia cemberut dan berkata, "Apa kau membiarkanku masuk dan duduk dulu?"

Angga menyingkir dan membiarkannya masuk.

"Aku melihat seorang gadis kecil keluar dari apartemenmu barusan… Tipemu sudah berubah?" Sofia berjalan ke sofa, dan tangan ramping yang terawat itu dengan lembut membelai kulit sofanyat.

"Ada apa kau datang pagi-pagi ke sini?" tanya Angga.

"Bukankah kau tidak pernah membawa wanita pulang?" Sofia berbalik menghadap Angga, sedikit mengangkat dagunya dan menatapnya dalam.

"Sepertinya tidak ada yang salah dengan itu. Kenapa?"

Sofia memelototinya sambil mendengus. "Kau masih sama dinginnya! Ketus sekali!"

Angga tidak menanggapinya, tetapi langsung pergi ke dapur. Sofia mengikutinya dan melihat dua piring yang sudah berisi sarapan di atas meja makan. Baru saja akan berbicara, Angga sudah mengambil salah satu piringnya dan membuang makanannya ke tempat sampah.

Sofia mengangkat alisnya dan berkata dengan kesal, "Kapan kau mulai membuat sarapan untuk orang lain?"

"Sodia, apa kau tahu apa yang paling kubenci?"

Ekspresi Sofia berubah, dan kemudian tersenym kecil. "Aku benar-benar tidak tahu, aku hanya tahu bahwa kau sangat menyukaiku ..."

"Kau wanita aneh dan masih saja merasa paling benar."

Angga berjalan melewatinya dan duduk di kursi makan.

Sofia menarik napas, menarik kursi di seberangnya dan duduk. "Kau bilang itu kebetulan. Beberapa hari setelah kau kembali ke Indonesia, A Jing kembali."

"Aku tahu."

"Kau tahu?"

"Dia meneleponku, dan lusa, keluarga Wiratama akan pergi ke ulang tahun ayahku" jawabnya

Sofia tersenyum dan berkata, "Wah, pasti akan seru sekali nanti, kan?"

Angga menyelesaikan sarapan dengan perlahan, menyeka mulutnya dengan serbet, dan menatap wanita cantik di seberangnya.

"Keluarga Arkanta juga menerima undangan tersebut, kau tidak boleh melewatkan hal seru nanti."

Sofia bangki berdirit, berjalan mengelilingi tubuh Angga, dan tiba-tiba memeluk lehernya dari belakang. "Angga, aku merindukanmu ..."

Angga dengan tenang membuka melepaskan pelukannya.

"Aku harus pergi. Jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, sampai bertemu lagi besok lusa."

"Aku datang ke sini pagi-pagi sekali untuk mengejutkanmu! Kau memperlakukanku seperti ini?" Sofia memelototinya, lalu mengangkat alis tinggi. "Gadis kecil itu terlihat seperti akan menguras isi dompetmu …Tidakkah kau merasakannya? "

"Kau tidak terlalu mengenalku."

"Apa?"

Angga mencubit dagunya dan berkata dengan nada menghina. "Aku tidak menggunakan barang bekas yang telah digunakan orang lain."