Dibutuhkan care giver pribadi buat lansia.
Menemani perawatan dikamar inap RS nusantara (Isolasi) tidak boleh mobilisasi kemana2 untuk menghindari penyebaran dan penularan covid19.
Bayaran 500rb/hari.
Itu pesan yang dikirimkan salah satu temannya membuat jiwa sang matahari bersemangat kembali. disaat ekonomi keluarga sedang terpuruk ini akan menjadi peluang untuk dirinya dan kuliahnya.
Dengan tekat ia menghubungi teman yang memberikan informasi itu menanyakan bagaimana pastinya. Setelah dapat ia harus menghubungi kemana ia langsung mencobanya.
"Semoga berhasil", doa dirinya dengan penuh harap.
Setelah mengirimkan pesan ke temannya ia berharap ada hasil bagus. Ia tinggalkan ponselnya untuk merapihkan kamarnya.
Perkenalan namanya Maharani Putri, anak pertama dari 2 bersaudara. Banyak yang bilang hidupnya beruntung dalam rezeki tapi tidak selalu seperti itu. Panggil saja Rani, ia sedang duduk dibangku kuliah semester 6. Menjelang akhir pendidikannya, perekonomian keluarganya menurun drastis.
Mau tak mau ia harus memikirkan cara bagaimana kelanjutan pendidikannya. Rasanya sayang sekali selangkah lagi selesai tapu harus berhenti karena biaya. Ponselnya berdering tanda pesan masuk dengan segera ia membukanya.
Uti : Iya butuh banget buat besok di RS Nusantara. Lo mau ? kalau mau gue kasih kontak keluarga pasien
Itu balasan dari temannya Syukurlah ia langsung saja bilang mau dan mendapatkan pesan nomer pihak keluarga. Dengan cepat ia menghubungi orang itu berharap memang belum menemukan orang.
Ponselnya berdering panggilan masuk di lihatnya nomer itu. Nomer anak dari pasien yang akan dia jaga dengan gugup ia mengangkat telpon itu. Ia membaca basmalah lebih sebelum menagangkat telpon itu.
"Halo" kata Rani.
"Halo, benar ini Rani yang mau menajdi perawat pribadi opa saya?" tanya lealki itu.
"iya pak betul, kapan ya pak sama udah bisa bekerja?" tanya Rani langsung to the point.
"saya tunggu 2 jam lagi di loby rumah sakit" katanya lalu mematikan sambungan telpon begitu saja.
Rani terdiam, kalau seperti ini tandanya ia diterima bukan? Dalam tidak sadar ia malah melamun bukannya bersiap-siap.
"Siap-siap Rani kenapa malah bengong si" katanya kepada dirinya sendiri. Langsung saja ia menyiapkan beberapa baju, mukena dan keperluan pribadi lainnya. Tidak lupa juga ia membawa notebook milihnya untuk kuliah nanti.
Dalam keadaan pandemic seperti ini kuliahnya di lakukan dengan jarak jauh. Ada untuknya menghemat ongkos tapi pemborosan kuota. Ditambah banyak sekali perushaaan dan pekerjaan yang kena pemberhentian secara masal. Itu juga yang terjadi pada keluarganya mau bagaimana pun , kuliah di kampus swasta dan bercita-cita menajdi tenaga keseahtan sangat membutuhkan biaya yang besar. Bahkan ia sudah berpikir untuk tidak mealnjutan profesinya dan akan bekerja dimana saja yang penting di terima dengan gelar S.Kep.
Selama semau siap, ia pamit dengan ibu dan bapaknya walaupun sempat melihat keraguan bapaknya tapibeliau tidak bisa lagi menolak, mereka butuh uang dan biaya kuliah Rani masih harus terus berjalan.
"Jangan macam-macam pesan bapak, jaga kehormatan kamu" pesan bapaknya.
"Iya pak Rani ngerti ko, do'ain Rani seaht terus di sana" katanya meminta restu.
"Jaga diri ya neng, semoga ini pintu rezeki kamu dari Allah. Maaf kalau ibu sama bapak gak bisa lagi biayain kuliah kamu" kata ibunya tidak eank.
"Gakpapa bu, Rani ngerti ko keadaan sekarang" kata Rani.
"Yaudah hati-hati, kabarin bapak dan ibu kalau kamu sudah sampai ya" kata Bapaknya alus.
Rani bersyukur masih melihat kedua orang tuanya yang sehat hingga sekarang. Dengan di iringin senyum dan restu kedua orang tuanya semoga langkah kaki Rani membawa ia ke rezeki yang di Ridhoi Allah.
Untuk sampai di sana Rani menggunakan transpotasi umum, selama perjalanan ia menatap kjalanan dnegan senyum mengembangnya. Senang kalau meamng ini bisa membantu kedua orang tuanya dan kemampuan dirinya dalam pekerjaan nanti.
Ia turun dari ojek online pesanannya, ia melihat rumah sakit nusantara, besar dan mewah itu adalah kesan yang ia dapatkan.
"Bismillah" kata Rani. Ia sampai 10 menit sebelum waktu yang di tentukan, ia segera mengirimkan pesan ke orang itu memberitahu kalau dirinya sudah sampai di loby dan langsung di balas iya.
"Fast respon juga" kata Rani melihat loby rumah sakit. Semoga nanti rezekinya bagus dan bisa bekerja di sini.
Seorang pemuda sekitar umur 26 tahun, berjalan menghampiri dirinya. Tampan matanya itu kesan yang di dapatkan, sudah tampan kayak pula beruntung sekali perempuan yang mendapatkan dirinya.
"Matanya aja tampan banget" puji Rani pelan di balik maskernya.
"Rani?" tanyanya.
Rani langsung mengedipkan matanya kaget
"Iya pak" kata Rani sopan.
"Panggil saya Leo" katanya tegas.
"Iya mas" kata Rani sopan.
"Kamu naik ke lantai 8 kamar VVIP nomer 5, Namanya Dery Adimata. Sesuai info yang kamu dapat, kamu menetap di sini hingga opa saya sembuh dan pulang ke rumah" katanya tegas.
"Iya mas" katanya.
"kuliah kamu semester berapa?" tanyanya.
"Eh? Semetster 6 mas" jawabnya.
"rekening kamu kirim ke saya lewat nomer yang tadi biar saya kasih di awal sjaa. Saya tinggal" katanya lalu pergi begitu saja.
Rani menggelengkan keaplanya apa semau orang kaya seperti itu. Berakata seperti memerintah tapi tak apa semoga semua ini menjadi berkah untuk dirinya. Ia langsung naik ke lantai 8 tidak ingin berlama-lama di loby rumah sakit.
Sampainya di lantai 8 ia melihat-lihat pintu kamar untuk nomer 5 dan mendapatkan ada nama pasien di pintu.
"Benar, bismillah" kata Rani meyakinkan dirinya.
Karean ia belum tahu opa Dery orang yang seperti apa, ia takut akan galak dan julid kepada dirinya.
Tok..to..tok
"Masuk" katanya tegas.
Dari suaranya saja sudah terdengar sekali tegas, membuat ia kembali tegang sekali. Rani masuk ke dalam ruangan itu, saat masuk beanr-benar luas sekali.
"Siapa lamu?" tanya Dery tegas membuat Rani kaget langsung menunduk sopan dan menghampiri opa Dery.
"Siang opa, perkenalan nama saya Maharani Putri, biasa di panggil Rani opa. Mulai hari ini saya akan menjaga opa secara pribadi" kata Rani sopan.
"Secara pribadi?" tanya opa Dery.
"Eh? Maksud saya, saya akan menemani opa 24 jam di ruangan ini" kata Rani salah tingkah karena perkataanya barusan.
Opa Dery menatap dirinya dari atas hingga bawah, ditatap seperti mengecekan pintu masuk apabila ada bom akan berbunyi. Dengan meneguk ludahnya pelan ia memberikan diri menatap opa Dery.
"Usia berapa kamu?" tanya Opa Dery.
"20 tahun opa" jawabnya pelan.
"Yasudah sana, ganti baju dan maskermu dari luar bukan?" titah opa Dery ke Rani.
Membuat ia buru-buru langsung mencari kamar mandi untuk ganti baju. Tapi sepertinya ia harus cari di depan karena kamar inap ini luas tadi di depan ia melihat ada sebuah kamar.
Langsung saja ia masuk dan bernapas lega karena sudah bisa menghilang dari pandangan opa Dery.
**
Cerita baruu hehehe, semoga kali ini lebih baik dan lebih banyak memikat hati. Mampir juga di ceritaku satunya KARA. Semoga kalian berkenan.
Jangan lupa share cerita ini ke teman kalian ya. Love all