Melihat suasana taman Hiburan yang tak begitu ramai aku bersyukur, Aku dengan leluasanya berjalan-jalan tanpa memusingkan pikiran orang lain saat menatapku.
aku berhenti sejenak menatap seorang anak lelaki yang sedikit merengek meminta ice cream pada Ibunya. Itu mengingatkanku dengan aku waktu dulu, bedanya Aku yang masih kecil dan sok tahu meminta untuk menaiki wahana halilintar yang hanya untuk orang dewasa. Melihat diriku merengek terus menerus Ibu dengan wajah pasrahnya membawaku menaikinya tapi yang versi anak-anak.
"Maafkan aku ibu, karena menjadi anak tak penurut." batinku.
Puas berjalan-jalan hingga tak sadar senja sudah menghiasi langit Ibukota. tujuan akhirku usai. kini aku berjalan menuju terminal mencari Bus jurusan rumahku. Aku berajalan memandag langit yang berwarna jingga. Indah hingga membuat mata ini tak lepas dan aku hampir terjatuh karena aku merasa tersandung sesuatu.
sebuah benda berbentuk hati dan warna pink yang mendominasinya.
Aku mengambilnya lalu membukanya untuk mengetahui isi di dalam kotak tersebut.
Ting... Ning... I... love... you... Ting... Ning...
Hanya miniatur ballerina, Ahh.. Rupanya ini kotak musik. Aku merasa ini bukan hak ku lalu ke taruh kembali ke tempat semula dan kembali berjalan.
"Heii.. tunggu aku.."
Aku berbalik karena ada seseorang yang memanggilku. rupanya seorang gadis lengkap dengan baju ballet, tunggu bukannya itu baju yang dipakai miniatur kotak musik itu. Aku membelalakan mata, dalam hati bertanya? Aku meyakinkan diriku ini bukan halusinasi. Gadis itu mendekat, Aku pun perlahan mundur membuat jarak dengannya.
"Tunggu.. mulai sekarang kau adalah belahan jiwaku karena kau telah membuka kotak musik dan mengeluarkankan. Aku merasa bebas sekarang."
Ada apa dengan gadis itu? Apa dia gila? Belahan Jiwa, seumur-umur aku tak mendengar wanita berkata seperti itu terkecuali ibuku sendiri.
"Aku akan mengikuti kemana pun kamu pergi.." aku tak memerdulikannya aku berjalan meninggalkannya. Sepertinya aku harus mengurangi begadang. Aku terus berjalan higga sampai di sebuah terminal langsung saja aku menaiki bus bernomor B21. mencari kursi paling belakang lalu ku tutup mataku membiarkan angin sore menerpa wajahku lewat celah jendela.
"Dek.. tiketnya untuk 2 orang.." Aku langsung terbangun dan tepat di sampingku gadis ballerina itu tersenyum seakan meledekku.
"Pak.. tapi saya gak kenal sama sekali dengannya." Ucapku sembari mencari dompet di saku celana jeans kumal ku.
"Tetap saja kamu harus bayar.." Aku menghela nafas lalu mulai menyerahkan seluruh isi dompetku.
Aku menatap gadis dengan pandangan setengah kesal. tapi aku juga merasa kasian dia berpakaian pendek, dan kakinya yang beralaskan sepatu ballet yang terlihat tipis. Aku melepaskan kemeja hitam ku dan ku berikan padanya.
"kamu lebih butuh." sebelum mendengar jawabannya aku kembali memejamkan mata dan memaksakan untuk tertidur.
Aku bisa merasakan bahwa Gadis tersebut mengenakan kemeja pemberianku dan kemudian mengikuti tingkahku tertidur lelap. Aku setengah ingin tertawa saat ku bangun dan melihat gadis itu tertidur dengan mulut yang terbuka. Bus berjalan dengan tenang dan pukul 8 malam. Aku menuruni Bus dan berjalan dengan santai.
"Kau tinggal dimana?" tanya gadis itu. Aku menghentikan langkahku.
"Cukup sampai disini kau mengikuti, Kau pergilah sana." Aku kembali berjalan kali ini langkah kaki ku ku pelankan, Aku hanya ingin tahu apa gadis itu akan memanggilku, atau pergi mungkin mematung melihat kepergianku. Aku hanya ingin tahu.
"Maaf aku tidak sopan, tidak memperkenal diriku sejak pertama kali kita bertemu. Aku Casline Antana. Kau harus percaya, bahwa semua yang kau lihat itu kenyataan. Aku keluar dari kotak musik itu." Aku memantung lalu dengan cepat ku tampis. bisa saja dia seorang penipu. jangankan di Ibukota yang padat penduduk sekarang di desa-desa terpencil pasti juga ada beberapa penipu yang ingin mengambil keuntungan.
"Apa yang bisa ku ambil darimu? kau pun frustasi dan hampir mengakhiri nyawamu kan Rama?" Aku terhenyak, tunggu dia bisa membaca pikiranku dan tahu semua tentang diriku, Apa mungkin dia seorang penguntit. hari sudah semakin gelap tapi suasana lingkungan rumahku masih tetap ramai. sepertinya aku harus membawa gadis ini dan menginterograsinya.
"Kau harus jelaskan segalanya.. kau boleh ikut aku." Aku meruntukki segala tindak bodohku kali ini, menerima seorang gadis tak jelas asal usulnya dan sekarang aku harus bisa memberinya tempat tinggal, pakaian dan makan. sungguh malang dirimu Rama.
Aku mengambil botol kaca berisi air mineral dari kulkas usangku lalu ku tuang ke gelas dan ku berikan padanya.
"Ini minum dulu.. siapa namamu? Casline? Kau orang luar negeri ya?" Tanyaku sembari menyiapkan tikar kecil untuknya tidur.
"Aku dari negeri dongeng.. tepatnya ballerina di sebuah istana megah."
"Baiklahh.. terserah kau saja." Aku melihatnya sedang memandang isi rumahku. Aku pun berjalan ke lemari kayu untuk mengambil kaus kecilku dan celana panjang milikku.
"Jangan berharap banyak dariku, kau menumpang disini kau juga harus membayar biaya sewa hidup di dunia ini keras, tak seindah dengan apa yang terjadi di dunia dongengmu itu. Ini pakailah.. tak ada makanan malam ini, kau harus menunggunya besok." Aku mematikan lampu dan meninggalkan gadis itu yang masih terdiam di ruang tengah. Rumahku terdiri dari 3 petak. satu kamar kecilku, Dapur yang tergabung dengan kamar mandi lalu ruang tengah yang kosong hanya berhiaskan lemari tua dan TV tabung yang hampir rusak.
Paginya, aku terbangun dan melihat gadis itu masih tertidur pulas. sebelum aku pergi aku telah merebus mie instan dan telur setengah matang untuknya, setelahnya aku merapatkan jaketku dan bersiap pergi ke Bengkel.
...
(Aline POV)
Aku terlambat bangun, ku lihat pria itu sudah pergi. Aku mendesah.. ku pikir dia orang yang tak punya hati, membiarkan gadis kelaparan sendirian di rumah miliknya. Aku bangkit dan mendapati makanan yang sudah terhidang di nakas.
"Ternyata.. dia masih mengingatku.."
Ku lahap langsung makanan yang disajikan.. rasanya tidak beda dengan makanan istana. tunggu tapi ini jauh lebih enak dibandingkan makanan istana. Tunggu resepnya apa? Apa aku bisa membawanya ke istana? Aku harus mencari tahu.
Melihat Kondisi rumah yang cukup berantakan, Aku berinisiatif untuk membersihkannya, setidaknya ini wujud balas budiku dan misi pertamaku, menarik simpatinya.
Setelah beres dengan dapur dan kamar mandi, Aku berniat untuk membersihkan kamarnya. Terlihat beberapa baju kotor tergeletak di kasur. Atap rumah ini sudah koyak bisa terlihat beberapa tambalan menghiasinya, dinding rumah yang sudah kusam dan kehilangan warna asli membuat rumah ini cocok bergelar rumah tak terawat. Bagaimana bisa dia tinggal di rumah seperti ini. rasanya aku ingin kembali ke istana.
sarung tangan yang tak terpakai ku basahi lalu ku bersihkan meja kamarnya yang penuh debu. tak sengaja aku menemukan buku bersampul cokelat di kolong meja. Aku mengerutkan dahi nama Rama tercantum di sampul buku tersebut dengan kaligrafi yang di goreskan cukup bertinta hitam.
Tentangmu, Rama
Aku terduduk, Ku buka lembaran buku tersebut satu persatu.
Harapan yang tak pernah sampai, tapi akan selalu ku doakan.
1. Ibu dengan mudahnya kau pergi.. menghilang meninggalkan puteramu dalam kesendirian. Ingin rasanya aku kembali ke rumah bunga tempat senyum'mu selalu terukir. Taman Bunga Indah, Kota Baru.
2. Ayah, Apa kau bahagia? aku berharap kau tak pernah bahagia karena kau begitu egois meninggalkan kami dan lebih memilih jalang itu. Ku harap kau menyesal ..
...
Aku menutup buku tersebut. itu sebabnya matamu bilang, bahwa kau sedang terluka. Itu sebabnya Kau ingin pergi dari dunia ini?