Jangan terulang lagi, aku tak ingin sakit untuk ke sekian kalinya sebab diriku mulai menerima mu.
- Rama
...
semua omongan Gadis itu ternyata bukan kebohongan semata. Sejak pukul 5 pagi ia sudah bersiap, wangi parfum yang entah ia dapat darimana menguar di seluruh sudut rumah. ia berputar memamerkan dress putihnya di depanku. Ada angin apa sebenarnya?
"Kau harus ikut, aku tidak mau tahu." Ucapnya memaksa dengan senyum entah aku tak dapat mengartikannya, Sungguh.. aku tak bisa menolaknya walaupun aku masih sedikit curiga dengannya.
Akhirnya Aku dan Alin memilih bus untuk menempuh perjalanan kami, Alin tidak banyak bicara seperti biasanya. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu. perjalanan yang lancar dan kesejukan angin lewat celah jendela bus membuat diriku terbuai dan terlelap.
beberapa menit kemudian bus berhenti tepat di sebuah halte. tunggu aku merasa tak asing dengan halte ini, seperti diriku kembali pada 9 tahun yang lalu, saat diriku masih duduk di bangku sekolah menengah. aku menghirup dalam-dalam udara merasakan waktu yang rasanya terulang kembali. beberapa ada yang sedikit berbeda seperti gerobak-gerobak penjual makanan disamping halte sudah tak terlihat lagi, jangan lupakan warung penjual siomay yang tak jauh dari halte. Aku kembali mengingat almarhumah ibu yang sering sekali membelikanku siomay tapi sekarang warung itu berganti menjadi minimarket.
Aku mengikuti Alin dari belakang sembari mengenang masa laluku, hingga kemudia langkah Alin terhenti. Aku menatap Alin bingung, ku alihkan pandanganku.. SMA PERMATA tempat terakhirku menduduki bangku Sekolah. Aku tersadar, ini sedikit mencurigakan kenapa Alin bisa membawaku kemari? Aku harus menanyakannya.
"Alin.. kau, kenapa membawaku kemari?" tanyaku, dia sedikit menunduk lalu kemudian menatapku sembari memegang pundakku.
"Aku sudah bilang kan tadi, sebenarnya aku ingin memberimu kejutan.. ini kejutan pertamanya. Jangan berisik! dan bertanya ini itu. ikutilah Aku, kau pasti takkan menyesal. pegang omonganku." Aku bungkam, baik ku pikir Aku juga harus menikmatinya. Ini tak terasa buruk.. tapi ini juga sangat menyakitkan. mengingat segala hal berarti yang sudah tak dimiliki.
Alin dan Aku berjalan keliling sekolah sesekali dia memotret dari kamera polaroidnya yang entah Ia dapat darimana.
"Rama.. sini deh.." Ucapnya entah apa lagi yang ia rencanakan kali ini.
"Apa?" Tanyaku sembari berjalan menghampirinya.
"Coba kamu kesitu, biar ku foto.." mendengarnya Aku menggeleng tak setuju dengan niatnya yang ingin memotretku.
"Sudah.. cepet.. pegel tahu.." Aku mendesah.. lagian memang gak ada yang menyuruhnya untuk memotretku.
"Lagian Aku juga gak minta foto.." Jawabku setengah malas.
"Yaudah Aku teriak ini.. biar orang-orang pada ngumpul.." Demi celana kotak spongebob. aku sudah menyerah lalu dengan gontai Aku berjalan maju ke depan.
"1..2..3.. okayy.."
"Rama, mengingat segala masa lalu mungkin menyakitkan. Tapi dengan itu kamu bakal tahu kalau masih ada orang yang sayang sama kamu dan akan selalu begitu walau mereka sudah gak ada." Alin berjalan mendahului, Aku tertegun. Apa yang dia katakan itu memang ada benarnya. Tapi.. aku masih gak tahu arah hidupku, rencana Tuhan apa yang akan terjadi.. semuanya buram..
menghabiskan waktu berkeliling memakan cukup banyak tenaga hingga akhirnya kami memutuskan untuk rehat di Taman sambil makan Ice cream. Aku menatap Alin sebentar, lalu tersenyum karena wajahnya yang belepotan.
"Kamu ini mirip banget anak TK ya, makan Ice-cream saja belepotan kayak gini" Tanganku bergerak membersihkan sisa Ice cream di wajahnya.
"Oh.. makasih.." balasnya lalu kembali memakan Ice cream di genggamannya, aku mengangguk kecil lalu mataku beralih pada danau kecil yang tak jauh dari kami.
Aku saat ini merasa seperti hidup kembali, rasa tertekanku menghilang. Aku menjadi lebih sedikit damai. Terima Kasih Tuhan, terima Kasih Alin..
"kenapa? Kecewa ya, Aku ajak kesini.." Aku menatap Alin lalu menggeleng.
...
(Alin POV)
Ku harap dia tak menyadarinya bahwa Aku akan membawanya ke Sekolah lamanya, Aku memilih diam karena tak ingin Rama curiga, saat ini Rama terlelap, aku bersyukur dalam hati karena aku akan membaca diary milik Rama yang sudah ku potret di ponselku.
Maret kala itu, senyuman itu terukir di wajahnya karena melihatku dengan cepatnya melahap siomay yang ibu beli di warung dekat sekolahku. Aku sepatutnya bersyukur karena ibu tak marah. setelah mengetahui bahwa aku mendapat peringkat terendah. ibu hanya bilang 'Rama.. ibu tak mau memaksamu, Ibu tahu bahwa kau sudah berjuang keras selama ini. tetap semangat ya..'
beberapa menit kemudian bus sampai.. aku melihat tatapan wajah Rama, ku pikir dia mulai menyadari tempat ini. Aku dengan cepat berjalan agar dirinya tak curiga dan menanyaiku hal yang aneh-aneh.
sesekali ku potret beberapa objek yang menurutku bagus lalu berjalan hingga sampai tepat di depan Sekolah Rama. sekelabat pikirannya bisa ku dengar, satu hal. dia terluka, mengingat Ibunya sudah tiada. maaf Rama aku begitu egois.. ingin membuatmu jatuh cinta denganku.. tapi satu hal yang pasti bahwa aku juga ingin membuat bisa menerima dan mulai menghargai hidup.
beberapa kali memotret cukup membosankan, akhirnya ada sebuah ide yang terlintas di pikiranku.
"Rama.. sini deh.." panggilku.. ku harap dia mengiyakan permintaanku. Matahari kian itu sangat mendukung, Matahari malu memancarkan sinarnya hingga memilih untuk bersembunyi di tengah-tengah awan.
"Apa?" Tanyanya sembari berjalan menghampiriku. aku tahu sebenarnya dia sangat malas untuk ku foto, tapi aku benar-benar ingin mengusilinya sekarang
"Coba kamu kesitu, biar ku foto.." Ucapku dan bisa ku lihat wajah cemberutnya tercetak dengan jelas. rasanya aku ingin tertawa.
"Sudah.. cepet.. pegel tahu.." Desahku sembari memasang wajah memelas agar Rama mengiyakan saat ku foto.
"Lagian Aku juga gak minta foto.." Jawabnya setengah malas, oke.. aku masih punya renaca lain, Rama jangan meremehkan Alin kalau tidak punya 1001 cara.
"Yaudah Aku teriak ini.. biar orang-orang pada ngumpul.." Ucapku setengah berteriak, lihat kamu gak akan bisa menolaknya.
"1..2..3.. okayy.." Yes.. aku berteriak senang dalam hati.
Puas berkeliling, aku sudah berencana akan ke Taman di dekat sekolahnya kali ini, untungnya taman hari ini cukup sepi, aku bisa leluasa disini. Aku memesan Ice cream strawberry dan cokelat pada penjual yang tak jauh dari kami lalu mencari spot duduk terbaik, yapps.. danau. aku berjalan lalu duduk menghadap danau yang tenang sembari memakan Ice cream strawberry milikku. Ternyata Bumi enak juga, terlebih Ice cream.. sebenarnya aku tak tahu banyak tentang makanan di bumi dan baru semalam aku menemukan benda cone ini lewat ponsel milikku dan ternyata bisa dimakan. namanya Ice Cream.
"Kamu ini mirip banget anak TK ya, makan Ice-cream saja belepotan kayak gini" Aku terhenyak, seketika jantung ini berdetak lebih cepat. badanku kaku. beberapa saat kemudian aku tersadar dan dengan tergagap ku ucapkan terima kasih pada Rama.
"Oh.. makasih.." Jawabku, sungguh aneh.. perasaan apa ini? Aku kembali memakan Ice Cream dan membuang pikiran aneh yang mulai masuk ke dalam benakku. Sesekali aku menatap Rama yang terlihat intens memandang aliran danau yang menenangkan.
"kenapa? Kecewa ya, Aku ajak kesini.." tanyaku memastikan. Dia menggeleng, Aku bisa mendengar dia bilang terima kasih walaupun itu di dalam hatinya. aku tersenyum sembari mengikuti arah pandangnya menatap aliran danau.