Chereads / Elegi Cinta Asha / Chapter 30 - Mencari Jejakmu—Pergi

Chapter 30 - Mencari Jejakmu—Pergi

Angga sudah berada di pesawat. Kembali ke Jerman. Satu masalah selesai. Menghela nafas sejenak dan tak lama dirinya sudah masuk ke alam mimpi. Sungguh hari-hari yang melelahkan selama di Indonesia.

***

"Maafin mami, Ngga." Suara Arumi terdengar lirih merasa bersalah kala dirinya bisa terhubung dengan putra keduanya melalui telepon. Angga baru saja tiba di apartemennya di Jerman dan sedang duduk santai kala menerima permintaan maaf Arumi. "Mami gak nyangka Siska bisa berbuat seperti itu. Mengorbankan anaknya sendiri." Sambil menggelengkan kepala.

"Gak ada yang perlu dimaafkan, Mi. Mami gak tau kan kalo teman Mami seperti itu." Angga menenangkan hati Maminya.

"Ada hal yang mau mami kasih tau. Tapi mami mohon Kamu jangan marah ya." Lanjut Arumi ragu-ragu. Cepat atau lambat putranya juga pasti bakal tahu hal penting ini.

"Mami yang suruh Asha pergi, Ngga. Mami kasih dia uang dan tiket pesawat juga rumah buat Asha tinggali dengan anaknya, asal mau ninggalin Kamu selamanya."

"—"

"Angga ... Kamu denger mami?" Arumi melihat layar teleponnya sejenak, karena tidak ada tanggapan dari Angga. Masih terhubung, "Angga ... halo ... maafin mami, Ngga."

***

Dalam laporan Jon sewaktu ke bandara, berdasarkan reservasi tiket, memang ada reservasi atas nama Asha dan Keenan menuju kota B. Namun hingga saat terakhir sebelum pesawat lepas landas, kedua nama tersebut tidak pernah melakukan check in. Berdasarkan info Jon juga, Angga mengetahui bahwa ada reservasi lain menuju kota E, namun reservasi tersebut dibatalkan sehari sebelum penerbangan.

Yang tidak disangka oleh Angga, ternyata itu adalah perbuatan maminya, bahkan memberinya sebuah rumah?

***

"Di mana alamat rumahnya, Mi?" Angga mengeraskan rahangnya.

Arumi segera mengirimkan alamat lengkap rumah untuk Asha di kota E melalui pesan singkat yang langsung diteruskan Angga ke Jon, untuk diselidiki lebih lanjut.

***

Lima tahun sudah Asha menghilang dari kehidupan Angga. Seakan-akan dia tak ada lagi di muka bumi. Pencarian polisi dari pihak Haryantopun tidak memperoleh hasil. Asha-nya masih dinyatakan hilang.

Membuat poster pengumuman orang hilang di media cetakpun mereka sudah lakukan, namun nihil. Bahkan mereka hampir terkena tipu dari orang-orang yang mengaku mengetahui di mana Asha dan Keenan berada. Baik Haryanto dan Marisa sudah merelakan anak dan cucunya, jika seandainya mereka menjadi korban penculikan dan tidak lagi selamat. Penyelidikan polisipun dihentikan pada waktu itu, hingga mendapat petunjuk.

Penyelidikan Jon ke alamat rumah yang diberikan Arumi adalah rumah tersebut tidak pernah terlihat berpenghuni. Bahkan saat Jon mencoba mencari informasi ke para tetangga yang ada di sekitar rumah tersebut, mengatakan bahwa rumah itu sudah lama kosong.

Melihat putra keduanya pada usia yang sudah matang dan siap berkeluarga masih belum melabuhkan hatinya pada wanita lain, baik Arumi dan Darwin tidak lagi berusaha menjodohkan Angga. Meski mereka mulai khawatir.

Sejak Angga usai menyelesaikan gelar S3nya di Amerika, anak itu selalu menyibukkan dirinya dengan kerja kerja dan kerja. Hingga tak heran sekarang posisinya sudah pada puncaknya dan papinya bisa tenang di usia senjanya bahwa perusahaannya sudah ada yang mengurus. Hanya tinggal memikirkan jodoh untuk Angga.

Setiap waktu luangnya dihabiskan untuk mencari petunjuk tentang keberadaan Asha dan Keenan. Baginya selama jasad mereka belum ditemukan, masih ada harapan mereka masih hidup. Semoga.

Angga menutup matanya sambil memegang satu buah cetakan foto dirinya dan Asha juga Keenan saat mereka rekreasi dulu.

***

Satu-satunya petunjuk keberadaan Asha adalah rekaman CCTV di gerai ATM di kotanya sehari sebelum dirinya dinyatakan hilang. Dari rekaman yang mirip dengan ciri-ciri Asha dan Keenan itu kemudian Jon mengonfirmasi pada pihak bank nominal dan riwayat penarikannya. Asha mengambil semua uang tunai yang bisa diambil maksimal selama sehari itu. Dan itu terjadi berulang di hari berikutnya hingga 3 kali di 2 tempat berbeda. Setelah itu, Asha bak tertelan bumi.

***

"Maaf kalau tante mengancam Kamu agar mau menjauhi Angga. Kamu seorang ibu tanpa suami, pasti tau bagaimana rasanya membesarkan anak tanpa kehadiran suami. Tante tidak mau hal itu terjadi pada cucu tante. Dia darah daging Angga meski hadir dengan cara memalukan seperti ini. Tante harap Kamu bisa berpikir jernih, tidak egois, dan mau mengalah demi kebaikan Angga. Tante bicara sebagai seorang ibu."

Ucapan Arumi sebelum dia beranjak pergi dari rumah Asha, terus terngiang-ngiang dalam pikirannya. Benarkah dirinya egois jika tetap mempertahankan hubungannya dengan Angga? Apakah ia harus mengalah demi kebaikannya? Dia adalah ayah bayi yang dikandung Laura. Meski mungkin Angga tidak akan mengakuinya.

Sejak mendapat kunjungan dari Arumi, Asha termenung dan banyak berfikir, hingga saat itu datang sebuah surat panggilan ke kota B, untuk melakukan wawancara kerja. Berbekal ijin tinggal sementara bersama budenya di kota B, Haryanto memberi ijin dan Asha langsung membuat reservasi menuju kota B dengan menggunakan pesawat.

Asha mampir ke gerai ATM untuk mengambil sejumlah uang, kemudian membeli nomor kontak baru, Asha menggunakan telepon genggamnya yang lama dan meninggalkan telepon genggam yang diberikan oleh Angga. Berharap Angga mendapatkan pesan yang dia tinggalkan di sana setelah ia sudah pergi jauh dari tempat kelahirannya dan dibesarkannya selama ini.

Dalam perjalanan menuju bandara, Asha melihat tiket yang pernah diberikan Arumi dan langsung menghubungi tempat tiket itu dikeluarkan untuk dibatalkan, dananya sendiri telah kembali ke rekening Arumi tanpa diketahuinya. Pihak travel yang mengurus semuanya.

Setiba di bandara, ingatannya kembali pada permohonan terakhir Arumi. "Kamu tau bagaimana rasanya dikhianati bukan? Meski Angga nanti menikah dengan Laura, dan dia tau di mana Kamu berada, tante yakin dia bakal mencari Kamu. Dan ingin terus berhubungan dengan Kamu. Tante harap sebagai orang yang pernah merasakan sakitnya dikhianati, Kamu tidak akan bertindak gegabah. Gunakan apa yang tante beri itu baik-baik."

Asha menggendong Keenan dan menunggu taxi, kemudian pergi meninggalkan bandara.

***

Asha tiba di sebuah Kota Kecil setelah perjalanan satu hari satu malam menggunakan tranportasi darat. Beberapa kali berganti transportasi agar bisa tiba di Kota Kecil ini. Dengan berbekal uang yang sudah diambilnya Asha kemudian mencari rumah kontrakan murah. Beruntung dirinya mendapatkan kontrakan yang murah namun nyaman.

Setelah beristirahat sejenak, Asha merubah penampilannya. Dipotongnya rambut Asha yang selama ini selalu panjang tergerai.

Pada satu pagi di Kota Kecil, Asha mampir di sebuah warung makan yang selama beberapa hari setelah ia tiba di sana menjadi langganannya. Rumah makan ini meski kecil, namun memiliki menu yang lumayan bervariasi juga murah dan pelanggannyapun cukup banyak. Sambil menunggu antrian pesanannya, Asha menonton acara televisi yang dipasang oleh ibu pemilik warung makan.

Acara yang disiarkan secara langsung itu, memberitakan perihal pernikahan anak salah seorang pengusaha terkaya yang terkenal di Indonesia. Beberapa pengunjung tampak penasaran dengan acara itu. Hingga pada menit yang hanya Tuhan yang tahu, menampakan sosok Angga di layar kaca. Tepat saat pesanan Asha selesai dibuat.

"Dadi ...," ucap Keenan pelan yang hanya bisa didengar oleh Asha seraya telunjuknya menunjuk ke arah televisi. Asha langsung terpaku dengan acara pernikahan itu. Barulah ia menyadari siapa yang akan menikah pada hari itu. Tampak pembawa acara menyebut nama Laura dan Angga. Dan Angga menyalami lelaki di hadapannya yang Asha kira adalah penghulu yang akan menikahkan Laura dan Angga. Hatinya terasa perih, kemudian dia pergi meninggalkan warung makan itu sebelum acara itu selesai dengan suatu tekad yang muncul di hatinya.

Tanpa Asha tahu hingga lima tahun kemudian, bahwa acara yang disiarkan secara langsung itu menjadi kacau, karena kedatangan pria lain yang menggagalkan pernikahan Angga dan Laura.

***