Wanita di hadapannya kini, yang Keenan nilai, seakan enggan berkedip. Seolah, jika ia melakukannya, maka Keenan akan berlalu dari hadapannya. Keenan sudah menangkap aura, bahwa wanita itu menyukainya. Terlalu percaya diri memang, tetapi memang begitulah pesona yang dimiliki Keenan. Hingga Helena saja, sulit berpaling darinya.
"Jadi, siapakah namamu?" tanya Keenan, setelah dirinya selesai memperkenalkan dirinya.
"Karenina Lubis. Tapi, panggil saja aku Nina." Usai memperkenalkan namanya, wanita yang ingin dipanggil Nina tersebut, tersenyum canggung. Bingung, hendak membicarakan dirinya seperti apa. Tangannya terlihat bermain-main di atas meja. Jari jempol yang satu mengusap jempol yang lain. Dan, itu sedikit mengganggu Keenan.
"Apakah kamu gugup?" Keenan mencoba memecah kecanggungan karena terjeda beberapa saat. Alih-alih menjawab, Nina hanya menggerakan kepalanya ke atas dan ke bawah, kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri, secara cepat. Membuat Keenan tersenyum.