"Kanaya, Ma ...." Keenan mulai menangis, tidak mampu menahan kesedihan hatinya, pada wanita yang selalu bisa menenangkan hatinya. Tangannya bergetar hebat, saat terlintas pemandangan memilukan di bawah tangga.
Deg!
"Kanaya kenapa?" Asha berhenti memainkan bola-bola mainan Alvin. Fokusnya pada sambungan telepon dengan putra sulungnya. Ada sesuatu yang tidak baik yang tengah terjadi di sana.
"Kanaya kritis, Ma." Keenan menangis tergugu di telepon. Tidak lagi malu-malu menahan air matanya. Lima menit lamanya, Keenan menangis. Asha mendengarkan suara tangis sang putra sulungnya dengan hati pilu.
"Bagaimana bayinya?" Asha akhirnya memberanikan diri bertanya. Sedikit khawatir jika terjadi sesuatu pada Kanaya, akan berpengaruh besar terhadap bayinya.
"Dokter masih operasi, Ma. Kiki gak tau keadaan di dalam. Belum perawat ada yang keluar." Keenan menghalua air matanya sambil menjawab pertanyaan sang mama.
"Apa yang terjadi, Sayang?" Masih dengan hati-hati Asha bertanya.