Keenan menemui istrinya di ruang pemulihan. Rasanya seperti kembali ke saat melihat Kanaya baru saja melalui kuretase. Namun, yang Keenan lihat adalah wajah bahagia dari istrinya.
Meski masih terlihat lemah, dan hanya bisa berbaring, rona wajahnya terlihat bahwa Kanaya baik-baik saja.
"Terima kasih, ya, Sayang," ucap Keenan kemudian mencium kening sang istri. "Kamu udah berjuang untuk anak kita yang tampan."
Kanaya tersenyum menanggapi. "Kita belum siapin nama, lho."
"Nanti aja setelah keluar dari rumah sakit. Kamu haus gak?" ujar Keenan. Kanaya mengangguk.
"Bentar aku bilang perawat dulu, ya." Keenan kembali mengecup kening Kanaya dan berlalu meninggalkannya.
Keenan kembali dengan segelas teh hangat di tangannya. Membantu Kanaya untuk meminumnya dengn bantuan sedotan. Kali ini, Kanaya menghabiskan minumannya.
Keenan mengusap lembut rambut Kanaya. "Kamu hebat, Sayang," puji Keenan. Kanaya tersenyum kembali.
"Papa mama masih di luar?" tanya Kanaya.