"Yaudah kalau Arkan mau istirahat, istirahat aja Arkan. Nanti kalau sudah capek tidurnya, Arkan harus bangun ya? Rain tungguin nih disini." ucap Rain lagi tersenyum kecil menatap Arkan yang masih setia memejamkan matanya. Ia mencium punggung tangan Arkan sekali lagi, dan ia merasa sedikit tenang. Setidaknya walaupun Arkan tidak membuka matanya, ia masih bisa menyentuh Arkan. Arkan masih bisa ia genggam.
"Arkan, Rain mau nyender di samping Arkan boleh gak?" ucap Rain lagi seakan-akan Arkan memang bisa mendengarnya. Ia langsung mendekat dan mengambil posisi menelungkupkan wajahnya di ranjang Arkan. Sambil menggenggam tangan Arkan dengan erat. Rain tidak mau melepasnya, takut jika ia lepas Arkan akan benar-benar pergi dari hidupnya. Rain tidak mau itu terjadi. Melihat Arkan seperti ini saja hatinya sudah sangat hancur. Rain tak mau lebih hancur lagi.