"Makasih Gevan!!!" ucap Rain dengan setengah berteriak
"Iya sama - sama sayang" jawab Gevan dengan lembut
"iiiihh Gevan ihhh" ucap Rain mengerucutkan bibirnya
"Kenapa sayang?" jawab Gevan kembali menggoda Rain
"iiiiiihh tuh kan Gevan gak bisa di bilangin deh" ucap Rain dengan wajah yang sengaja di cemberutkan
"Kenapa sih?" tanya Gevan pura - pura tidak tahu
"Itu…." Ucap Rain menggantungkan kalimatnya
"Itu apa?" tanya Gevan masih dengan nada memancing, lebih tepatnya ia pura - pura bingung
"Itu lo, Gevan bisa gak sih berhenti panggil saya dengan sebutan Sayang? Saya malu tahu dilihatin banyak orang" jawab Rain panjang lebar
"Lo kok baru malu sekarang? Bukannya dari tadi lo udah malu - malu in?" ucap Gevan polos
"Masak sih saya malu - malu in?" tanya Rain berusaha mengingat, namun apa daya otaknya tak sampai. Alhasil ia kembali bertanya,
"Emangnya saya ngelakuin apa? kok Gevan bilang kalau saya ini malu - malu in ?" tanya Rain tak kalah polos
"Lo gak inget? Dasar pikun lo Cantik!" jawab Gevan sedikit ngegas
"Enggak" jawab Rain polos
"Jangan ngegas gitu dong!" ucap Rain yang sudah mencemberutkan wajahnya lagi
"Yeee emangnya siapa yang ngegas?" tanya Gevan pura - pura tidak bersalah
"Kamu! Siapa lagi?" jawab Rain dengan nada suara yang meninggi
"Sekarang siapa yang ngegas?"tanya Gevan brusaha menggoda Rain
"Saya" jawab Rain
"Terus siapa yang salah?" tanya Gevan lagi
"Gevan lah!" jawab Rain kesal
"Loh kok gue sih? salah gue apaan cobak?" tanya Gevan
"Gatau Gatau Gatau pokoknya Gevan yang salah titik" jawab Rain keukeuh
"Iya iya gue yang salah, udah…? Puas..?" tanya Gevan menyerah. Lebih baik ia mengalah saja daripada ujung - ujungnya harus ribut gak jelas kayak gini sama Rain
"Iya puas dong!" jawab Rain tersenyum. Ia benar - benar senang ketika Gevan lebih memilih mengalah daripada melanjutkan perdebatan diantara keduanya. Gevan memang sangat baik dan sangat pengertian dimatanya, dan Rain suka ketika sosok Gevan seperti ada sebagai sosok pelindung. Gevan memang sangat mirip dengan Arkan dari segi manapun
"Iya sekarang kita lanjut makan ya? Makanannya nanti dingin kalau gak dimakan" ajak Gevan lembut, sangat lembut
"Okayy" jawab Rain antusias
Saat itu juga Gevan berdiri dari tempatnya duduk dan berpindah mengambil posisi berhadapan dengan Rain. Rain yang tidak tahu ketika melihat Gevan berdiri, ia pun ikut berdiri dan bertanya,
"Gevan mau kemana? Katanya makan? Kok malah berdiri?" tanya Rain bingung
Gevan yang ikut - ikutan bingung dengan segera menjawab,
"Iya kita makan, makanya gue berdiri, gue mau pindah ke tempat duduk sini biar bisa duduk berhadapan sama lo" ucap Gevan menunjuk kursi di depan Rain
"Ohh kirain Gevan mau pergi" jawab Rain polos
"Ya enggak lah sayang" jawab Gevan lembut dan mengacak - acak puncak kepala Rain dengan tangan kanannya dan dengan penuh Rasa Sayang
Seketika itu juga dunia Rain serasa berhenti. Ia terkejut. Pasalnya tak ada yang pernah mengacak - acak puncak kepala Rain seperti itu selain Arkan. Dan kini Gevan orang kedua yang mengacak rambutnya dengan sayang. Bukannya kepedean namun Rain dapat merasakannya, bahwa Gevan melakukannya dengan penuh rasa sayang
Semuanya terasa berhenti, jantungnya seperti berhenti berdetak saat itu juga, Rain benar - benar masih mencerna apa yang terjadi hingga ia dibuat terbengong -bengong oleh tingkah Gevan
"Heiii… kenapa bengong Cantik?" tanya Gevan pelan sambil mengusap - usap pipi Rain pelan
"Eh Enggak kok saya gak bengong" jawab Rain mengelak
"Oke" jawab Gevan cepat.
Rasa itu lagi, kenapa begitu sakit? Ketika setiap gue nanya ke Rain, dia selalu menjawabnya dengan kebohongan. Apa dia belum percaya sama gue? Apa kurangnya gue dari Arkan? Kenapa Rain gak pernah bisa percaya sama gue seperti dia percaya sama Arkan. Kapan gue bisa ada di posisi yang sama seperti Arkan? Menjadi sahabat sekaligus orang yang dicintai Rain. Kapan? Apa semuanya terlalu cepat. Memang sih gue baru kenal dia beberapa hari ini namun kenapa perasaan gue ke Rain begitu kuat seperti sudah ada bertahun - tahun nemenin dia padahal nyatanya gue ada di hidupnya baru beberapa hari, apa cuma gue yang mencintai dalam diam dan mencintai Rain sendirian? Apa gak ada peluang buat Rain juga mencintai gue layaknya gue mencintai Rain?
Gue juga sebenarnya ingin jadi seperti Arkan, tetapi tetep aja gue gak bisa, gue adalah gue sampai kapanpun gue gak akan pernah bisa jadi Arkannya Rain, sampai kapanpun gue akan tetap jadi Gevan. Lalu apakah dengan gue menajdi Gevan gue gak bisa mengambil hati Rain? Tolong beritahu gue gimana caranya untuk mengambil hatinya pujaan hati gue, gue rela jadi bayang - bayang Arkan selamanya gue akan rela dengan sepenuh hati. Namun kembali lagi nyatanya gue gak bisa jadi Arkan. Dan Rain hanya mencintai Arkan seorang dan bukan gue.
"Gevan kenapa? Kok diem? Gevan marah sama saya?" tanya Rain memperhatikan Gevan
"Enggak Cantik, gue gak marah" jawab Gevan pelan dan berusaha untuk menampilkan senyumnya
"Tapi tadi.." ucap Rain tak menyelesaikan kalimatnya, karena dipotong oleh perkataan Gevan
"Enggak Cantik gue gak marah yuk kita lanjut makan, udah sore nih biar gak kemalaman sampai dirumahnya. Lo mau cepet - cepet pulang kan?" tanya Gevan memotong pembicaraan Rain
"Iya Gevan saya mau cepat - cepat pulang" jawab Rain cepat
"Yaudah makannya juga yang cepet. Kasian kalau gak dihabisin eman, mubazir" ucap Gevan
"Iya Gevan sekarang saya makan sampai habis. Gevan juga ya?"
"Iya.. yuk kita makan biar gak ke malaman pulangnya"
Dan mereka melanjutkan aktivitas makannya sore itu. Tanpa bersuara kembali. Hanya dentingan suara sendok dan garpu yang beradu. Restoran sore itu juga sudah lumayan sepi. Tidak ada lagi yang memperhatikan mereka karena orang - orang tadi yang memperhatikan mereka sudah pada pergi dari tempatnya. Entah kemana mereka juga tidak tahu yang pasti Restoran sudah mulai sepi dan tidak seramai tadi.
Hening beberapa saat hingga mereka berdua menyelesaikan aktivitas makannya, dan Gevan membuka suara,
"Cantik?" ucap Gevan pelan
"Iya Gevan kenapa?" jawab Rain menoleh memandang Gevan
"Udah selesai makannya?" tanya Gevan memastikan. Ya memang ia sudah melihat bahwa piring Rain sudah bersih, makanan yang dipesan Rain sudah habis. Begitu juga dengan piringnya sudah kandas tak bersisa. Gevan tahu mereka berdua sudah menyelesaikan aktivitas makannya, namun Gevan hanya ingin memastikan saja maka dari itu ia bertanya kembali
"Udah Gevan. Kita pulang sekarang?" tanya Rain antusias
"Iya kita pulang sekarang Cantik" jawab Gevan menampilkan senyumnya
Senyum itu lagi. kenapa senyum Gevan sangatlah mirip dengan senyum Arkan. Jika seperti ini ia bisa terus menganggap Gevan sebagai bayang - bayang Arkan
"Kalau gitu ayo kita keluar dari restoran ini" ucap Rain menetralkan wajahnya
"Oke, lo tunggu di mobil ya? Entar gue nyusul" ucap Gevan
"Loh kenapa? Gevan mau kemana? Bukannya tadi Gevan sudah bayar makanannya?" tanya Rain beruntun
"Iya sudah kok, gue emang sudah bayar makanannya" jawab Gevan
"Terus? Gevan mau kemana? Gevan gak ada niat mau ninggalin saya disini kan?" tanya Rain lagi dengan nada suara ketakutan
"Enggak Cantik lo tenang aja" jawab Gevan santai
"Terus kenapa? Gevan mau kemana?" tanya Rain keukeuh untuk ingin tahu