Gevan melihat Rain. Ia melihat air mata Rain yang terus berjatuhan dari pelupuk matanya. Ia semakin merasa bersalah, karena telah membuat Rainnya menangis lagi. Ia tak sengaja membentak Rain, ia lepas kendali. Ia tak ada niat membuat Rainnya bersedih. Dalam beberapa hari ini sudah tak dapat dihitung lagi berapa kali ia membuat Rainnya menangis. Ia memang laki - laki yang tak berguna, tak bisa menjaga perempuan yang dicintainya.
Rain menangis menundukkan wajahnya dalam diam. Tanpa suara, hanya isakan kecil yang terdengar. Ia tak mau memandang Gevan, ia takut Gevan melihatnya menangis dan mengejeknya cengeng. Hatinya sudah cukup sakit menerima semua perilaku Gevan sedari tadi. Jiwanya terguncang.