Berapa usiaku saat ini? sudah berapa banyakkah asam manis pahit yang hatiku rasakan dalam kehidupanku?
entahlah,,,, rasanya detik ini , aku merasa mulai lelah
aku kesepian dan aku tak punya apapun yang bisa aku banggakan
perjalananku selama hampir 29 tahun seperti tak berarti dan tak berujung. Aku bernafas namun tak bisa kurasakan udara itu sendiri. Aku bergerak namun serasa lumpuh. Aku melihat namun air mataku seakan tak ingin berhenti mengalir
dan Aku menangis namun tak bisa bersuara
ku lihat lengkungan langit diatas kepalaku, lewat kaca jendela rumahku yang terbuka, memandangi gerombolan awan awan yang bergerak menjauh . Seakan bertanya kepada Sang Pemberi Kehidupan , kenapa hidupku seperti ini?
kenapa aku tak merasa bahagia ?
jangan sok pintar dan menceramahiku bahwa bahagia itu kita sendirilah yang menciptakan. Kalau semudah itu mendapatkan rasa bahagia, kenapa masih banyak orang yang menderita di dunia ini
Apakah aku terlalu putus asa....
akankah aku berdosa jika terus bertanya padaMu
Ya Tuhanku.....
.....
ingatan pertama yang ku ingat saat aku kecil adalah saat usiaku empat tahun. Aku ingat sekali hari itu, hari dimana aku mulai menyadari entitasku sebagai manusia. Aku terbangun dari tidurku , rasanya ringan dan terselip perasaan aneh kala itu. Kulihat ibuku sedang menonton sinetron telenovela dengan mulutnya yang terbuka. Sesekali ia tertawa dan tersenyum senyum sendiri.
Kulangkahkan kakiku keluar rumah. Ada ayahku sedang mengoleskan salep anti panu di punggungnya melalu cermin kecil yang kacanya sudah terbelah dua. Dengan hati-hati ayahku mengoleskannya dengan pembersih korek kuping di atas permukaan kulitnya. Salep itu mirip cairan betadine , berwarna oranye namun teksturnya lebih cair
aku menengadahkan wajahku ke atas langit, melihat awan-awan yang berbentuk seperti sebuah ombak besar di lautan. Sungguh menakjubkan pikirku saat itu, kenapa aku baru sadar ada sesuatu yang indah di atas kepalaku. Apakah aku terlalu sibuk menangis dan merengek minta jajan kepada ibuku selama ini.
ya , saat itu aku merasakan perasaan aneh, seperti perasaan bahagia atau jatuh cinta pada pemandangan langit biru yang cerah di atasku
" apa ayah pernah naik ke sana?" tanyaku pada ayah
"kemana?" ayahku tak paham
"ke atas awan disana"
ayahku diam sebentar merespon pertanyaan polos putrinya , yang sebenernya adalah manusiawi
"belum, ayah belum pernah kesana, tapi teman teman ayah pernah melewatinya menggunakan pesawat terbang"
ahh, aku ingat rupa pesawat terbang itu, warnanya tampak kelabu dimataku dan itu sangat kecil
bagaimana bisa benda sekecil itu muat di masuki orang orang dewasa?
ini sama seperti pemikiranku kenapa ada orang-orang yang bisa muncul dari layar televisi. televisi di rumahku berbentuk tabung yang lebih kecil ukurannya daripada lemari baju, bagaimana bisa orang-orang itu terlihat lebih kecil dari tubuhku? apakah mereka menekuk kakinya? atau merubah ukuran tubuhnya ? apakah orang-orang itu nyata? orang-orang yang disebut artis itu apakah benar benar ada di dunia ini? begitulah awal mula pikiran liarku mulai menggerogoti jiwaku
"ada apa diatas awan-awan itu ayah?"
" ada Allah nak,, Tuhan yang Maha Besar. Yang menciptakan kita semua dan Dia sedang mengawasi perbuatan kita semua" setelah berkata begitu, ayahku masuk ke dalam rumah
meninggalkan aku dengan berbagai pertanyaaan yang ingin ku tanyakan lagi
aku melihat sekali kali ke atas langit, menerka-nerka seperti apa rupa Sang pencipta yang Yaha Maha Besar itu??? otakku tak meresponnya, aku tak bisa menggambarkan seperti apa rupa Tuhan, namun yang pasti aku mulai menyadari bahwa Allah Yang Maha Besar sedang mengawasiku di atas langit sana
Disitulah hatiku mulai bertanya-tanya dengan segala keingintahuan yang besar,,, seperti orang lapar yang tak pernah kenyang. aku tak berhenti bertanya pada orang tuaku, mula-mula mereka menjawabnya tapi kemudian mereka mulai kesal dengan pertanyaan-pertanyaanku itu lalu bilang "sekali lagi bertanya, akan ibu tampar mulut bawelmu itu"