Mataku tampak sayu saat aku bercermin sepuluh menit yang lalu, aku kehilangan energi untuk hidup. aku seperti tumbuhan yang hampir mati kekeringan
aku kesepian , aku butuh seseorang yang mau memelukku , mendekapku dengan hangat tanpa banyak bertanya
adakah sosok seperti itu?
........
kupikir dengan aku menikah delapan tahun yang lalu adalah sebuah keputusan yang tepat. Kupikir aku akan bahagia seperti kisah kisah dongeng yang pernah aku baca di perpustakaan sekolah dulu
apa aku boleh bilang keras-keras , kalau aku ternyata menyesal
apa kamu tahu, semalam saat tengah malam, tiba-tiba asam lambungku naik. Itu rasanya seperti akan mati , lambungku seakan diperas kuat-kuat , aku hampir kehilangan oksigen seketika . Aku berjalan ke dapur tanpa menyalakan satupun lampu , kubuka pintu kulkas dengan jari gemetar, pelupuk mataku sudah basah, lalu aku kehilangan tenaga. kakiku lunglai tak bisa berpijak , tubuhku rubuh ke lantai , penglihatanku buram karena gelembung air mata yang membendung di bola mataku, siap untuk dipecahkan
mungkinkah aku akan mati detik ini juga?
gelembung-gelembung air mataku akhirnya pecah, pipiku dibanjiri cairan hangat itu. Namun aku tak bersuara, aku terlalu payah untuk mengeluarkan suara saat itu.
tanganku berupaya menggapai obat berwarna hijau yang ada di salah satu rak di kulkas. Menyedihkan, ini seperti adegan sinetron dimana sang tuan puteri mendadak jatuh dan berupaya mengambil obat miliknya yang ada disebelah tubuhnya. Seperti itulah aku saat itu
dan adegan sinetron akan berlanjut dimana sang tokoh pangeran akan datang menyelamatkan, dan menggendong tuan puterinya ke rumah sakit. Tetapi tidak untukku, tidak ada yang datang menolong aku, sekalipun itu suamiku sendiri
aku benar benar sendirian