"Yuju, kau memang sangat ahli dalam memasak ramen." ucap Bella sambil mengacungkan jempolnya. Dan mulut yang sibuk menyeruput ramen di hadapannya.
Yuju geleng-geleng kepala "Astaga... kau bisa tersedak tau!"
"Oh iya... Yuju kemana ibu mu? aku belum melihatnya sedari tadi."
"Ohh... ibu ku sudah kembali bekerja."
"Di mansion besar itu?"
Yuju mengangguk "Benar, kau tau mansion itu sangat besar Bella, bahkan dari gerbang untuk ke mansion saja mungkin butuh beberapa menit." ucap Yuju heboh.
"Benarkah!? apa kau masuk ke dalamnya?" balas Bella dengan antusias.
Yuju cemberut dan menggeleng "Sayang nya tidak... tapi aku sangat ingin masuk kedalamnya."
"Yah... aku kira kau ikut masuk juga bersama ibu mu."
Wajar jika kedua wanita ini sedikit heboh, karena mereka berdua bukan dari keluarga berada dan di kota ini bagi orang-orang yang bukan berasal dari kalangan orang berada tidak mungkin untuk bisa memiliki atau memasuki mansion dan rumah-rumah mewah seperti itu.
Terkecuali mereka bekerja seperti halnya ibu Yuju, itu pun sangat beruntung karena sangat jarang orang-orang kaya seperti mereka mau memperkerjakan maid di rumah mereka dengan alasan mereka tidak percaya dengan orang-orang miskin yang mereka pekerjaan.
Yuju tiba-tiba saja menggebrak meja makannya yang membuat Bella terlonjak kaget "OH MY GOD! kau mengagetkan kan ku!"
"Kau tau!? ibu ku bilang pemilik mansion itu merupakan tuan muda!"
"Eh!? really!?" Yuju mengangguk.
"Bisa kau bayangkan seberapa kaya nya dia, dan aku yakin pasti dia memilik paras yang tampan."
Bella menjentikkan jari nya "Kalau begitu dia pasti pangeran di kehidupan nyata!"
"Eoh! SETUJU! di tambah lagi kau tau..." Yuju memajukan wajahnya yang juga di ikuti oleh Bella "Dia tidak memiliki pacar."
"Ya ampun! kau serius!? kalau begitu salah satu di antara kita bisa menjadi ratu nya."
Yuju dan Bella tertawa bersama menertawakan kelakuan konyol dan imajinasi mereka. Beginilah mereka berdua suka berkhayal yang tidak-tidak.
Tapi jujur saja, mereka berdua pasti ingin punya pacar yang tampan apalagi kaya. Kalian juga para wanita pasti ingin kan? jika kalian menganggap para wanita itu hanya tergila-gila pada pria kaya maka kalian salah.
Yang coba ku katakan di sini adalah wanita mana yang tidak ingin memilik pendamping hidup ataupun pacar yang mapan dan sempurna kan? asalkan kita sebagai wanita juga harus setia dan mencintai pasangan kita dengan tulus bukan hanya karena semua kekayaan yang mereka miliki.
"Oh... Yuju bukannya tadi kau bilang Jae memberikan nomornya pada mu?" ingat Bella saat Yuju membisikkan nya tadi.
"Tunggu..." Yuju melihat kontak ponselnya dan menemukan sebuah kontak dengan tulisan Sim sebagai namanya "Ini."
"Oh my god! aku benar-benar tidak percaya ini, kau tau aku merasa kalau Jae mungkin menyukai mu Yuju."
Yuju menganga "HAH!? yak! jangan bercanda! tidak mungkin dia menyukai ku yang hanya seorang pekerja di sebuah supermarket kecil."
Bella memutar matanya malas "Mungkin saja kan? kita kan tidak bisa dan tidak tau hati seseorang."
Yuju terdiam, tapi kalau di pikir-pikir dia juga bisa di bilang menyukai Jae apalagi detak jantungnya bertambah dua kali lipat saat bertemu Jae saat itu. Itu tandanya kau menyukai seseorang itu kan?
"Lihat... dia bahkan memberikan nomornya sendiri pada mu. Yuju kau coba saja telpon nomor nya, lagian di juga meminta mu kan menelpon nomornya."
Yuju mengetuk-ngetuk jarinya di meja "A-aku gugup, aku tidak tau harus berbicara apa."
Bella berdecak "Ohh come on! telpon saja dulu!" paksa Bella.
Yuju pun menuruti perkataan Bella jari nya memakan ikon telpon pada kontak itu, dan dengan cepat tersambung.
Yuju menunggu pria yang di sebelah sana mengangkat ponsel miliknya. Nada sambung masih terdengar tapi tidak kunjung di angkat "Bella, mungkin dia sibuk."
"Dia tidak mengangkat nya?" Yuju menggeleng sedikit kecewa. Padahal ia sedikit berharap Jae mengangkat panggilan dari nya.
"Mungkin sebaiknya aku matik---"
"Hello?"
Ucapan Yuju terpotong begitu suara husky terdengar dari ponselnya yang tertempel pada telinga miliknya.
Yuju menelan ludah "H-hello..." ucap Yuju canggung.
Bella menatap Yuju dengan memberikan kode agar Yuju tidak gugup dan berbicara dengan santai.
"Who is this?" ucap suara itu dengan datar.
"Hmm... t-this is Y-yuju."
Hening. tidak ada suara ketika Yuju menyebutkan namanya sendiri "J-jae?"
"Ahh... maafkan aku, aku tadi sedang melakukan sesuatu. Why you call me?"
Yuju mengerutkan alisnya, bukannya dia sendiri yang memintanya untuk menelpon nya? "B-because i believe that destiny exist."
"Good, that's a nice answer. Baiklah aku akan menyimpan nomor ponsel mu." nada bicara Jae pun berubah tidak sedingin tadi.
Bella yang tidak dapat mendengar percakapan keduanya hanya mengira-ngira apa yang sedang Jae katakan di seberang sana.
"Honestly i'am a little bit busy right now."
"A-ahh... maafkan aku, aku sudah mengganggu mu... baiklah akan ku matikan." ucap Yuju merasa tidak enak sudah menggangu Jae.
Saat akan menekan tombol merah itu, suara Jae menghentikannya "Wait..."
"A-ada apa Jae?" jawab Yuju kembali menempelkan ponsel itu pada telinganya.
"Friday, i will pick you up in supermarket at 17:00pm."
Tut..tutt..tutt...
Panggilan itu kemudian di putuskan oleh Jae. Meninggalkan Yuju yang bahkan belum menjawabnya dan terlihat blank.
Bella beranjak dari kursinya dan menghampiri Yuju "Bagaimana!? apa yang dia katakan!?" ujar Bella semangat.
"Dia berkata ia sedang sibuk." ujar tuju masih dengan keadaan blank.
"Hanya itu!? yang benar saja! apa tidak ada seperti kata-kata manis mungkin?"
Yuju menarik telinga Bella yang langsung meringis "Kau ini! kau terlalu banyak menonton drama haha."
"ADUHH... paling tidak kan harusnya di mengucap sesuatu yang membuat mu berdebar. Kalian bahkan menelpon tidak sampai dua menit, payah sekali."
"Hmmm... sebenarnya a-ada." gumam Yuju.
Bella heboh "Apa apa!? apa yang dia katakan!?"
Yuju menunduk dan tersenyum tanpa sadar dengan pipi yang memerah "Dia bilang dia akan menjemput ku nanti Bella."
...
Sang surya sudah menampakkan dirinya sebagai pertanda untuk semua mahluk hidup di bumi untuk melakukan aktivitas nya masing-masing. Begitupun hal nya dengan Jae dengan setelan jas berwarna cokelat gelap membalut tubuhnya.
Dirinya sudah berada di perusahaan lebih cepat dari biasanya, bahkan karyawan yang datang pun masih bisa di hitung jari.
Jae berjalan ke arah pintu darurat yang berada tidak jauh dari ruangannya, ia membuka pintu putih dengan tulisan merah yang berada di atasnya.
Jae mendaratkan bokongnya pada salah satu anak tangga putih itu. Tangannya kemudian membuka kancing pada jas nya dan mengambil sesuatu pada kantong kemeja hitam nya.
Sebatang rokok. Yah... Jae seorang perokok tapi tidak ada yang seorang pun karyawan nya yang tau, hanya dirinya dan Verse saja yang tau.
Lalu ia kemudian mengulurkan pemantik api kecil bergambar mawar merah dengan tulisan kecil yang bertuliskan "Sim" marga yang ia memiliki.
Jae menyalakan pemantik api itu dan mendekatkannya pada sebatang rokok yang sudah berada di bibir merahnya. Menghisap sebatang nikotin itu dan menghembuskan kepulan asap putih itu ke udara.
Disinilah tempat ia menghabiskan atau sekedar membuang-buang waktu nya jika ia sedang tidak dalam mood yang baik atau jika dirinya mereka sedang ingin sendiri.
Kalian pasti sadar bukan kalau Jae bukanlah orang yang senang berada di tempat ramai dan bukan juga tipe orang yang suka dan mudah bersosialisasi.
Jae memutar-mutar memainkan pemantik api itu di tangannya lalu memandangi pemantik itu, matanya melihat ukiran nama kecil di bawah gambaran mawar merah itu.
"Sim..." gumam nya "Satu-satunya hal dari diri mu yang melekat pada ku."
Jae menghisap rokok miliknya lalu membuang dan menginjak nya hingga asap dari rokok itu padam. Ia merapikan jas nya dan menyemprotkan parfum pada dirinya dan segera keluar.
Jae berjalan melewati karyawan nya yang memberi ucapan selamat pagi pada nya.
"Tuan Jae, ini hasil salinan game yang anda minta." ucap pria dengan rambut pendek itu.
Jae mengambil salinan game itu "Terima kasih, dan tolong sampaikan kepada teman wanita mu yang di ujung sana." tunjuk Jae dengan dagu nya "Untuk berhenti bercermin, sebelum aku sendiri yang menegurnya."
"B-baik tuan Jae."
"Whore..." gumam Jae lantas melanjutkan langkahnya.
...
"Bella cepat! kau rapikan ini, biar aku yang menggantikan mu di kasir." teriak kecil Yuju.
"Iya iya... tunggu kau berisik sekali." Bella menghampiri Yuju dan mengambil alih sekotak minuman kaleng yang Yuju pegang.
Keduanya berangkat kerja dengan bus seperti biasanya ke tempat kerja mereka tadi pagi setelah sarapan.
Yuju pun berjalan ke kasir untuk menggantikan Bella, ia menghitung jumlah uang di mesin kasir.
Pendapatan selama satu minggu ini tidak sebanyak di minggu-minggu sebelumnya mungkin di karena kan tidak terlalu jauh dari tempat mereka bekerja telah di buka swalayan yang jauh lebih bagus, lengkap, dan juga lebih luas.
Supermarket mereka biasanya akan ramai pada jam-jam tertentu saja. Yuju meletakkan lembaran uang-uang itu dengan rapi dan sesuai dengan jumlahnya masing-masing.
Kling...
Suara bell pintu berbunyi pertanda pelanggan "Selamat datang tuan." ucap Yuju dengan ramah dan senyuman seperti biasanya.
"Eoh? Bella?"
Yuju membulatkan matanya "Verse?"