Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Kota X
Kediamanan Hanson
Pesta keluarga Alberto
"Papa, aku cari dari tadi baru bertemu," ujar seseorang dari belakang, membuat orang yang di panggil papa itu menoleh, diikuiti oleh orang di sekitarnya termasuk Gavriel yang menatapnya datar.
"Tampan," batin si wanita yang tadi memanggil.
"Kesayangan Papa, kemari sweetheart. Papa kenalin dengan kolega Papa yang masih muda dan tampan," panggil Alberto sehingga si wanita muda yang tadi dipanggilnya 'sweetheart' tersentak, tidak sadar melamun saat melihat ke arah Gavriel yang juga melihatnya datar.
"Baik, Pah," gumamnya dengan kepala menunduk, malu.
"Astaga! Aku yakin pernah melihatnya," lanjutnya dalam hati.
Dengan langkah pelan si wanita muda ini pun mendekat ke arah si papa dan berdiri bersisihan dengan Gavriel berdiri di hadapannya.
"Nah, Tuan Gavriel. Perkenalkan ini anak tunggal saya, namanya Yelena Zaylee Hanson. Dia baru saja lulus dan yang akan mengurus kerja sama kita selanjutnya. Mengingat jika saya akan berlibur dengan istri saya ke negara asal kami," kata Alberto mengenalkan sekaligus menjelaskan tentang kerja sama yang akan di limpahkan kepada sang putri.
"Walaupun nanti akan ada banyak kesalahan. Tapi saya harap Tuan Gavriel bisa membantu dan membimbing Yelena," imbuh Alberto cepat dan membuat sang putri yang mendengarnya tersenyum dengan jantung berdetak cepat.
"Hn, soal itu tidak masalah," sahut Gavriel singkat dengan ekspresi wajah yang sama sekali tidak berubah. Namun, bagi Yeza sapaan akrab Yelena ekspresi yang di tampilkan oleh Gavriel memiliki kesan tersendiri.
"Terima kasih, Tuan Gavriel. Jika itu anda, saya yakin dan tidak khawatir lagi meninggalkan putri saya selama beberapa waktu," timpal Alberto dengan nada senang yang kentara.
"Dan Yelena. Ini adalah Tuan Gavriel Wijaya, yang akan menjadi kontraktor membantu membangun gedung kantormu nanti," lanjut Alberto kali ini memperkenalkan sang anak kepada Gavriel yang mengangguk singkat.
Sang anak atau Yelena pun mengulurkan tangannya segera, dengan Gavriel yang ikut mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Selamat malam, Tuan Gavriel. Perkenalkan, saya Yelena. Tapi saya biasa di panggil Yeza, salam kenal, senang bertemu Tuan," tutur Yelena memperkenalkan diri dengan nada lembut, jangan lupakan senyum manis yang menjadi andalannya.
"Gavriel Wijaya, salam kenal dan senang bertemu juga. Yeza," sahut Gavriel kemudian menarik kembali tangannya untuk ia masukkan ke dalam saku celananya, saat ia merasakan getaran pada hanpdhonenya dan ia menebak jika ini adalah pesan dari
orang tua, adik atau justru Queeneira yang sudah ia tunggu balasan pesannya dari 2 jam yang lalu.
Hatinya yakin jika pesan yang di terimanya dari Queeneira, maka dari itu Gavriel pun memutuskan untuk menyingkir sejenak, hendak mengganggu Queeneira yang pastinya saat ini ada di apartemen.
"Maaf, saya harus menemui beberapa kolega saya yang lain. Nanti, saya akan kembali menemani Tuan, dan Nona sekalian berbincang, tidak apa-apa, kan?" ujar Gavriel dengan nada tidak enak, bertanya kepada para pengusahan yang mengelilinginya, termasuk kepada Yelena yang sebenarnya tidak ingin di tinggal pergi oleh Gavriel.
"Silakan, Tuan Gavriel. Meja kami akan selalu tersedia kursi untuk Tuan Gavriel, benarkan Tuan-Tuan?" sahut Alberto mengizinkan. Ia mewakili teman jetsetnya yang lain, yang hanya menganggukkan kepala dengan bibir tersenyum.
"Tentu saja," sahut yang lainnya hampir bersamaan.
"Terima kasih, kalau begitu saya permisi," kata Gavriel seraya menganggukkan kepalanya singkat dan jalan mundur beberapa langkah, sebelum membaliknya dan berjalan cepat menuju beberapa kolega sebagai alibi.
Gavriel benar-benar melakukan bincang-bincang sebagai formalitas, lalu setelahnya kembali pergi berjalan menuju sudut ruangan yang tidak terlalu bising.
Sedangkan Yelena, ia selalu memperhatikan dan mengikuti setiap langkah yang di buat oleh Gavriel, mulai dari menghampiri beberapa kumpulan orang hingga Gavriel yang kini berada jauh di ujung sana.
Namun sayang, tepukan serta suara panggilan dari sang papa, membuatnya tersentak kecil dan segera mengalihkan wajahnya ke arah samping, dengan ia yang malu saat sang papa menatapnya dengan kerlingan menggoda.
"Ehem … Bagaimana dengan yang ini? Selama ini kamu selalun menolak teman kerja Papa, jika Papa mengenalkannya kepadamu," bisik Alberto menggoda sang putri yang tersipu malu di sampingnya.
"Is, Papa ini. Teman kerja Papa yang kemarin kan sudah dewasa dan kalau yang ini, kami kan baru bertemu pertama kali. Ya ... Meskipun Yeza sudah sering melihatnya di media sosial dan televisi. Tapi tetap saja," balas Yelena sama berbisiknya.
"Ya … Kan, Papa hanya bertanya," ledek Alberto semakin menjadi, menuai erangan sebal dari sang putri yang semakin tersipu.
"Pah, jangan goda aku lagi," protes Yelena menuai kekehan kecil dari Alberto.
Kembali pada Gavriel yang saat ini sudah berada di sudut ruangan. Ia tanpa banyak menunda waktu segera merogoh saku celananya, mengeluarkan hanphone dan membuka sandi keamanan dengan sidik jarinya.
Ia menekan tombol open pada layar handphonenya dan segera membaca pesan terakhir dari Queeneira, pesan dengan isi singkat yang membuatnya seketika mengerang kesal.
"Hell, aku menunggu balasan pesan darinya hingga 2 jam lamanya dan dia hanya membalas dengan tiga huruf a-p dan a. Benar-benar minta di makan," gerutu Gavriel setelah mengumpat kesal.
Ia menekan tombol panggil pada layar handphonenya, kemudian memasang headset bluetooth di telinga kirinya, seraya melihat sekitar dengan mata tajam bermaksud mencari Aksa dan Carnell yang sekarang entah di mana.
"Kemana mereka? Pintar juga menyembunyikan diri," batin Gavriel kesal sendiri.
Tentu saja kesal, mereka berdua bisa kabur dengan mudah. Sedangkan ia harus bersusah payah, lepas dari obrolan yang tema-nya itu-itu saja.
Tut! Tut! Tut!
Klik!
[Halo.]
"Kenapa baru membalas pesanku, Que?" tanya Gavriel to the point, sesaat setelah panggilannya di terima.
[Aku baru selesai mandi.]
"Hn, lain kali balas pesanku, meskipun itu hanya sebuah kalimat singkat dan pemberitahuan, paham?" sahut dan perintah Gavriel dengann nada tegas.
[Hum, akan aku usahakan.]
"Hn, bukan akan tapi harus, Que," timpal Gavriel saat perintahnya di jawab dengan ogah-ogahan oleh Queeneira di sambungan saat ini.
[Cih, Gavriel. Aku ini bukan istrimu, bagaimana bisa aku harus selalu menurutimu, sialan.]
"Khe … Untuk saat ini kamu memang belum jadi istriku, Quee. Tapi, sebentar lagi dan kamu tunggu saja," kekeh Gavriel dengan kepala menggeleng saat mendaptkan jawaban lucu dari Queeneira. Bahkan ia mengingatkan, jika cepat atau lambat Queeneira akan menjadi istrinya.
[Mimpi! Aku tetap tidak akan mau, titik.]
Gavriel hampir saja tergelak, saat mendengar semburan kesal dari Queeneira di ujung sana. Selalu seperti ini, saat ia mengatakan jika ia ingin menjadikan Queeneira sebagai istrinya.
"Apakah dia memang benar-benar tidak mau menjadi istriku," batin Gavriel tidak suka.
"Tidak mau? Yakin?" goda Gavriel, berusaha untuk tidak termakan dengan semburan sewot dari Queeneira.
[Tentu saja, aku tidak mau.]
"Oke, pikirkan lagi benar-benar," sahutnya dengan nada santai, menuai balasan cepat dari Queeneira yang keukeuh dengan keputusannya.
[Tidak perlu berpikir. Tetap tidak mau.]
Setelahnya perdebatan pun selesai saat Queeneira kembali memanggil Gavriel, dengan Gavriel yang bergumam menyahuti panggilan Queeneira
[Gavriel.]
"Hn?" gumam Gavriel dengan bersandar santai, di pilar dan menyembunyikan diri saat melihat seseorang berjalan ke arahnya.
[Kamu sedang ada di mana?]
"Aku? Aku sedang di pesta, kenapa? Apakah terdengar bising?" jelas dan tanya Gavriel dan saat ia menunggu balasan dari Queeneira, terdengar suara memanggil namanya suara wanita yang tadi berkenalan dengannya atau anak dari Alberto, Yelena.
[Iy-]
"Gavriel! Kamu di sini, aku di perintah Papa untuk memanggilmu."
Dengan cepat Gavriel menoleh ke arah belakang, di mana ada Yelena sedang berdiri dengan senyum manis ke arahnya. Membuatnya terdiam, memikirkan apa lagi yang akan di lakukan Alberto setelah mengenalkan ia dengan anaknya.
"Hn, aku menyusul," jawab Gavriel setelah sekian detik berpikir.
[Gavriel.]
"Wait a second, love. I have business here, (Tunggu Sebentar, sayang. Au ada urusan di sini)" sahut Gavriel saat mendengar panggilan dari Queeneira yang masih terhubung melalui sambungan.
Yelena merasakan hatinya berdenyut juga tubuh yang tiba-tiba menegang, ketika mendengar panggilan sayang dari Gavriel entah untuk siapa. Ia bahkan sampai tidak sadar telah mengepalkan tangannya, antara menahan rasa penasarannya dan tidak suka di saat bersamaan.
"Kamu sedang menerima panggilan?" tanya Yelena memastikan, tangannya bertaut saling meremas dengan hati berharap, jika seseorang yang di hubungi Gavriel bukanlah orang yang spesial.
"Hn, aku sedang melakuan panggilan. Ada apa?" tanya Gavriel setelah mengiyakan pertanyaan Yelena, yang menatapnya dengan ekspresi tidak terbaca.
"Itu, Papa bilang mau mengenalkan kamu dengan Mama," jelas Yelena dengan senyum kaku, tangannya yang tadi saling meremas kini berpindah mencengkram gaun hitam press bodynya, untuk mengurangi efek gerogi apalagi dengan alasan yang di buatnya.
"Oh, ayolah. Alasan dicariin Papa, padahal jelas jika dia bilang akan kembali jika sudah selesai urusan," batin Yelena membodohi diri sendiri.
"Oh, aku akan ke sana setelah aku selesai dengan panggilanku," jawab Gavriel secara tidak langsung mengatakan jika ia tidak ingin di ganggu saat ini.
"Oh! Baiklah, maaf menggangu," timpal Yelena.
"Hn," gumam Gavriel kemudian Yelena pun meninggalkan Gavriel setelah menerima anggukan kecil dari Gavriel yang kembali melanjutkan obrolannya.
"Quee," panggil Gavriel dengan Queeneira yang segera menyahuti.
[Hmmm~]
"Kamu sudah makan?" tanya Gavriel mengalihkan pembicaraan, enggan menjelaskan jikalau Queeneira tiba-tiba bertanya tentang wanita tadi.
[Sedang makan apel.]
"Hanya makan apel? Apa kamu sudah makan di luar?" tanya Gavriel beruntun dan Queeneira menjawab dengan singkat pertanyaannya.
[Belum.]
"Kalau begitu tunggu 10 menit dan akan ada seseorang yang mengantarnya," sahut Gavriel menuai pekikan dari Queeneira dengan Gavriel yang seketika telinganya berdenging, mengingat jika saat ini ia sedang memakai headset dan suara Queeneira masuk tepat di lubang telinganya.
[Hieeee!]
Nging!!!
"Astaga, Queeneira. Aku sedang memakai headset dan kamu tahu artinya apa?" tukas Gavriel dengan nada gemas, membuat Queeneira terkekeh di ujung panggilan sana.
[He-he .... Habis kamu ada-ada saja. Bagaimana caranya kamu mengirimkan aku makanan, sedangkan kamu sedang ada di kota yang jaraknya jauh denganku.]
Gavriel terkekeh mendengar perkataan polos Queeneira, kemudian menggelengkan kepalanya saat mendengar gerutuan dari Queeneira saat ia tertawa karena perkataannya tadi.
Ha~ Ha~
[Gavriel jangan tertawa!]
"Okay, aku tidak tertawa, love," sahut Gavriel namun tetap sesekali terkekeh, sehingga Queeneira kembali mengomelinya.
[Bohong! Pasti hidungmu sedang kembang-kempis, kan? Ngaku, Gavriel!]
"Tidak, sok tahu. Sudah, kamu tunggu saja makanannya. Sekarang aku hubungi bawahanku dan ingat .... Hanya orang dengan pin matahari di dadanya, yang akan mengirimkan kamu sesuatu. Jangan buka pintu jika aku belum menghubungimu lagi. Apa kamu mengerti," sahut Gavriel mengalah kemudian menginteruksikan perintahnya dengan hati-hati, tidak ingin mengulangi lagi apa yang sudah di katakannya.
[Okay, aku mengerti.]
"Bagus! Aku tutup panggilannya. Sampai jumpa 10 menit lagi, huem," timpal Gavriel dan memutuskan panggilannya setelah kata 'oke' lagi-lagi di terimanya.
Tut!
Setelah memastikan panggilannya berakhir. Seperti yang sudah dikatakannya, Gavriel segera memerintahkan anak buahnya yang berjaga di luar apartemen Queeneira untuk membelikan Queeneira makanan sehat.
"Ke restourant sekarang dan beli makanan lengkap, kemudian antar ke apartemen Nyonya kali. Mengerti?" kata Gavriel ketika panggilan diterima oleh anak buahnya.
[Siap sesuai perintah, Bos.]
"Hn, hubungi segera jika sudah selesai," lanjut Gavriel kemudian menutup panggilannya, tanpa menunggu jawaban dari seberang sana.
Tut!
Panggilan yang dilakukan Gavriel putus tepat ketika kakinya sampai di samping Tuan Alberto yang kebetulan sedang berbincang dengan Nyonya Alberto. Hitung-hitung sambil menunggu 10 menit laporan dari anak buahnya, sepertinya tidak salah beramah tamah.
"Selamat malam, Nyonya Alberto," sapa Gavriel
"Ah! Tuan Gavriel, mari saya perkenalkan dengan istri saya tercinta."
"Wah ... Tampan ya~"
"Anda terlalu berlebihan, Nyonya."
Dan setelahnya perbincangan pun berlanjut.
Bersambung.