Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Apartemen Queeneira
Queeneira, yang telah selesai berbincang dengan Gavriel melalui sambungan telepon kembali memakan potongan apelnya. Bibirnya mengerucut, dengan pipi bergerak sesuai kunyahannya di dalam mulutnya.
Jujur, ia saat ini sedang memikirkan suara wanita asing yang tadi berbincang dengan Gavriel di sana. Bukan, iya bukannya sedang cemburu, karena ia tahu jika namanya pesta pasti akan penuh dengan mahluk bergender wanita mencari pasangan.
Tapi, kenapa wanita itu sampai berani memanggil Gavriel dengan sebutan kecilnya alih-alih Tuan Wijaya, belum lagi dengan kata-kata papa menunggu.
"Sebenarnya siapa wanita itu," batin Queeneira dengan kening berkerut bingung.
Tidak ingin termakan dengan rasa penasarannnya sendiri, Queeneira pun mengendikkan bahunya dan mencoba fokus dengan berita yang di tampilkan layar televisinya. Di dalam berita itu, ada berita tentang geng mafia yang berbuat ulah dengan menebar terornya.