Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
W&M Boutique And Photo Studio
Studio 1 tempat pemotretan kini sudah siap di gunakan, property untuk penunjang jalannya pemotretan pun sudah di tata sesuai tema. Hanya menunggu model yang saat ini sedang mengganti kostum, juga sedang di rias oleh petugas make-up artis.
Di ruangan make-up tempat Gavriel saat ini sedang bersiap, ada Queeneira juga pak Bara yang duduk sambil melihat kea rah Gavriel yang sedang di tata rambutnya.
Melalui cermin besar yang ada di hadapannya saat ini, Gavriel bisa melihat Queeneira yang juga sedang melihat ke arahnya. Membuat senyum miringnya terbit, sedangkan Queeneira segera melengos.
"Menyebalkan," batin Queeneira kesal.
Di samping Queeneira saat ini ada Bara, yang melihat Gavriel dengan tatapan berbinar-binar senang. Dalam hatinya sudah berpikir positif, jika jam keluaran terbarunya akan kembali meledak di pasaran bahkan melebih saat ia memakai model yang saat itu juga terkenal.
Ia sudah tidak sabar untuk melihat jam buatan pabriknya di pakai oleh pengusaha muda, yang selalu sukses dengan apapun yang di kerjakannya. Ia banyak membaca dan melihat berita, jika produk yang menjadikan Gavriel ambassadornya akan sukses.
Ia juga sebenarnya tidak masalah dengan bayaran yang mahal jika itu Gavriel. Namun ia cukup kaget, saat tenyata Gavriel mau menjadi modelnya. Padahal ia pernah mendengar sangat susah menjadikan Gavriel model, saat Gavriel dulu juga hendak menjadi ambassador di perusahaan lainnya.
"Tuan Wijaya, terima kasih dengan menerima kerja sama ini. Saya sangat berterima kasih dengan Tuan juga Nona Queeneira yang menyanggupi kemauan sulit saya ini. Saya sangat yakin jika itu jasa orang lain, tidak akan lah bisa membuat Tuan Gavriel yang pasti sibuk ini menyempatkan diri menjadi model jam tangan hasil buatan perusahaan kami," kata Bara panjang-lebar, dengan nada antusias yang kentara kelihatan sekali jika ia sangat senang.
Gavriel tersenyum kecil, membalas apa yang dikatakan oleh Bara. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Queeneira, yang juga melihatnya saat ini.
"Terima kasih atas kepercayaannya, Tuan Bara," balas Gavriel singkat dengan nada bersahabat, membuat Bara yang mendengarnya tentu saja senang. Berbeda dengan Queeneira yang mencibir dengan bibirnya komat-kamit, namun segera di sembuyikan.
Bara tentu saja sangat senang, karena ia tahu jika biasanya anak muda di depannya ini hanya akan bergumam. Namun lihat, saat ini Gavriel berterima kasih kepadanya, bukannya bergumam dengan nada dingin seperti kabar
yang di dengarnya.
"Permisi, semua sudah siap. Apakah Tuan Wijaya sudah siap juga?" tanya seseorang dari ujung pintu masuk, membuat orang yang ada di dalam ruangan menoleh ke arahnya dengan Queeneira yang mengambil alih.
"Make-upnya sudah?" tanya Queeneira, kemudian mengangguk puas saat di jawab cepat oleh tim make-upnya.
"Sudah, Bu!"
"Bagus!" seru Queeneira senang, kemudian menoleh ke arah kru yang tadi bertanya.
"Semua sudah siap? Kalau begitu kami ke lokasi," tanya dan lanjut Queeneira, setelah mendapat anggukan kepala cepat dari kru yang berdiri di pintu masuk.
"Baik."
Setelahnya, Queeneira pun melihat ke arah Gavriel yang ikut menoleh ke arahnya.
"Kamu siap, Gav?" tanya Queeneira memastikan.
"Hn, anytime," jawab Gavriel dengan bibir tersenyum kecil, senyuman mempesona yang efeknya sampai ke mba-mba yang tadi bingung harus memolesnya dengan apa.
Wajah dengan polesan natural Gavriel tidak perlu banyak tambahan, alhasil si penata rias hanya memandangi kagum wajah Gavriel yang saat itu hanya menatap tidak perduli ke arah cermin. Namun harus menahan kesal dengan mata melotot kecil, ketika Queeneira menahan tawa saat rambut bagian depannya di kuncir oleh si penata rias di sampingnya.
Gavriel berjalan dengan Queeneira di samping kiri dan Doni di samping kanannya. Mereka jalan sambil membicarakan pose apa saja yang akan ia lakukan.
"Sebenarnya pose apa saja kalau itu Tuan saya yakin mantul. Tapi, kalau memang Tuan punya pose yang ingin di tunjukan boleh saja," ujar Doni memuji, membuat Queeneira mendengkus sebal.
"Puji terus, puji, biar melayang itu anak orang," batin Queeneira menahan diri agar tidak berkomat-kamit.
Saat ini ia hanya diam dan mendengarkan instruksi, karena Doni lebih kompeten di bidang ini, sehingga ia hanya ikut berjalan dengan tangan menampik kesal saat tangan Gavriel ingin menyentuhnya.
"Isk, pakai acara mau pegang-pegang segala," lanjut Queeneira masih dalam batin.
"Hn, aku mengerti," jawab Gavriel singkat, kemudian menghentikan langkahnya saat ia melihat studio yang sudah siap dengan banyak peralatan di hadapannya.
Ia sudah pernah menjadi model saat ia ada di Amerika sana, juga sudah terbiasa dengan lighting dan flash dari kamera seperti ini.
Jadi dengan tangan di masukan ke dalam saku celananya, ia menghadap ke arah Queeneira dan meminta semangat dari Queeneira sebagai bayaran tahap awal.
"Beri aku vitamin," kata Gavriel ambigu, membuat Queeneira mengernyit gagal paham dengan keinganan laki-laki kamvret di depannya.
"Vitamin apa? B,C, A atau Vitamin Z?" tanya Queeneira asal, menuai decakan dari Gavriel yang sebal.
"Deposite untuk pembayaran, aku mau kamu tersenyum dan aegyo untukku," jelas Gavriel dengan senyum licik, membuat Queeneira menganga dan menatap Gavriel tidak habis pikir.
"Hah! Aegyo? Senyum? Yang benar saja," tanya Queeneira menahan nada suaranya, agar tidak berteriak histeris saat mendengar permintaan aneh-aneh dari Gavriel.
Kalian tahu artinya aegyo? Itu loh, yang kalau ada fans minta gaya imut ke idolnya. Masa ia juga harus seperti itu.
"Yang benar saja, iya lah benar. Kenapa? Tidak mau? Ya sudah aku pergi saja," beo Gavriel dengan nada menyebalkan, membuat Queeneira menjambak rambutnya gemas akan tingkah kamvret Gavriel yang sungguh membagongkan.
"Jangan macam-macam, Gavriel. Kita sudah mau mulai pemotretannya," desis Queeneira dengan mata memicing, mengancam. Namun sayang Gavriel tidak peduli dan hanya mengangkat bahunya tak acuh.
"Siapa yang macam-macam, ingat, kita tidak ada tanda tangan kontrak loh. Jadi, aku tidak terikat," balas Gavriel telak, membuat Queeneira yang mendengarnya menghentak kakinya kesal.
"Yah! Gavriel, jahat banget. Yang lain deh," bujuk Queeneira, namun hanya gelengan kepala kekanakan yang di dapat oleh Queeneira dari Gavriel.
"Tidak mau," jawab Gavriel dengan aksen manja, membuat Queeneira hampir saja terkekeh dengan tangan terangkat hampir menjitak kepala Gavriel saat ini.
"Iskkk, " gumam Queeneira kesal, dengan kedua tangan mengepal di depan wajah Gavriel dan Gavriel justru hanya tersenyum miring.
"Akh! Kenapa ada laki-laki-
"Tampan seperti aku," sela Gavriel dengan nada menyebalkan, membuat Queeneira mencibir sinis namun sekali lagi Gavriel hanya terkekeh senang.
"Isk, nazeeez Gavriel," sembur Queeneira.
"Ayolah, love. Cepat berikan yang aku mau. Kamu mau para kru yang sudah siap dengan segalanya kecewa, karena aku tidak jadi pemotretan. Semakin lama kamu memberikannya, semakin lama para kru menunggu kesiapanku," kata Gavriel mengancam dengan santai dan seenaknya, sehingga Queeneira pun mau tidak mau memberikan apa mau dan keinginan Gavriel.
Senyum dan juga pose aegyo, yang terlihat lucu di netra Gavriel yang kini menatap Queeneira penuh cinta. Belum lagi dengan suara imut, serta mata berkedip seperti merayunya, percayalah ... Gavriel saat ini sedang menjaga image-nya agar tidak menampilkan senyum seperti orang gila.
"Selamat bekerja, Gavriel. Semangat! Sudah puas, gih sana pergi," ucap Queeneira seraya mendorong punggung lebar berlapis kemeja putih Gavriel, dengan hati menahan malu karena akhirnya ia kalah juga.
"Ha-ha-ha … That my girl, Queene," goda Gavriel sambil terkekeh senang dan bejalan menuju tempat yang sudah di setting dengan layar biru, permintaanya untuk foto yang akan di bagikan kepada karyawan.
Queeneira akan membayar sangat mahal dengan sesi pemotretan berbeda ini. Satu untuk jam tangan sebanyak 4 pose dan 1 untuk karyawan yang tadi berhasil di giringnya pergi.
"Jika itu bisa membuatmu semakin terjerat dengan jaring emas yang aku siapkan, mengabaikan ratusan kerja sama pun akan aku lakukan untukmu," batin Gavriel sambil berdiri tegak dengan pose sederhana namun terlihat memukau bagi siapa saja yang melihatnya.
Kya! Kya! Kya!
Oppa!
"Astaga! Kalian ini bisa diam tidak sih!" sembur Queeneira saat kru wanita di studio mulai histeris.
"Pftttt … Sungguh menggemaskan," batin Gavriel senang.
Bersambung