Chereads / Married With My Arrogant Friend / Chapter 9 - Kunjungan Kedua

Chapter 9 - Kunjungan Kedua

Flasback on

Beberapa minggu sebelum kepulangan ....

Cabang perusahaan Wijaya, Cambridge, Massachushetts.

Di depan jendela besar ruangan Direktur cabang perusahaan Wijaya, ada Gavriel yang berdiri dengan mata lurus menatap ke luar, melihat dengan tatapan datarnya pemandangan kota cambridge dengan perasaan senang.

Di dalam pikirannya saat ini, Gavriel sedang memikirkan setiap cerita (Laporan), yang diterimanya dari sepupunya atau juga seseorang yang disuruhnya, tentang kegiatan apa saja yang selama ini di lakukan sahabatnya, kegiatan yang baru-baru ini sempat ia perhatikan.

Kesenangan sang Bos membuat Aksa, yang ada di belakangnya ikut merasakan. Hanya segelintir hal yang mampu membuat Bosnya mengeluarkan ekspresi, salah satunya adalah seorang wanita yang Aksa tahu anak dari teman sang Papa, juga kepulangan mereka dibeberapa pekan di hitung dari sekarang.

Ia berdiri sejenak tidak ingin menganggu kesenangan sang Bos, tapi karena akan ada pertemuan dengan perusahaan milik salah satu pengusaha besar Eropa, yang sengaja datang untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan mereka, Aksa pun mau tidak mau menginterupsi kesenangan Bosnya.

"Tuan Gavriel, sudah waktunya," ujar Aksa membuat Gavriel yang sedang melamun tersentak kecil, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Aksa yang menunduk, tidak berani menatap majikannya.

"Hn."

Ia baru saja akan melangkahkan kakinya, menuju pintu hendak meninggalkan ruangannya. tapi terpaksa berhenti, saat ia merasakan getaran pada saku celananya.

Birthday alarm

My Queene 26 years

Bibirnya naik beberapa centi, kemudian menyimpan kembali handphonenya kembali dan melanjutkan langkah kakinya, berpikir dalam hati jika sepulang ia dari sini, ia akan mencari sesuatu untuk Queenenya.

Flasback end

Di dalam mobilnya, Gavriel yang sudah selesai urusanya dengan sang Daddy segera meluncur sesuai ucapannya tadi kepada sang Daddy, yaitu mengunjungi seseorang tepatnya sahabatnya.

Kepalanya sesekali menoleh ke arah samping, tepatnya ke arah bingkisan yang beberapa waktu lalu di beli olehnya, paper bag dengan kado berhiaskan pita berwarna gold.

Sebenarnya kado ini adalah kado ulang tahun sahabatnya, yang seharusnya ia kirim untuk pertama kalinya namun batal. karena ia tidak menyangka akan ada meeting mendadak saat ia hendak memerintahkan Aksa untuk mengirimnya.

Bibirnya yang biasa hanya mengulas senyum bisnis dan senyum miring tertarik beberapa centi, saat membayangkan ekspresi tidak percaya dari sahabatnya.

Tentu saja tidak percaya, karena ia tahu dengan jelas jika ini adalah hadiah pertama dari terakhir ia memberikan hadiah, kira-kira 10 tahun silam.

Ia sudah tahu ini dari Adiknya, saat kemarin ia tiba-tiba diseret ke kamar, hanya untuk di introgasi tentang kegiatannya di Amerika sana.

Adiknya juga bilang jika selama 6 tahun berturut-turun sahabatnya menanyakan kabar, lalu bertanya tentang salam dan ucapan selamat ulang tahun yang tak kunjung datang darinya, kemudian menyerah dan tidak pernah bertanya lagi di tahun selanjutnya.

Ada sedikit perasaan kecewa, saat Queeneira menyerah tidak bertanya lagi mengenai kabarnya dari orang terdekatnya. Tapi ia sadar, jika ia lah yang menyepelekan sahabatnya selama ini.

Jadi, di pertemuan kedua ini ia berharap, jika kedatangannya akan di terima dan tidak seperti kemarin saat ia diberi tatapan marah oleh sahabatnya,

"Aku datang lagi, Queeneira," gumam Gavriel sebelum membelokkan kendaraannya, ke arah persimpangan kantor milik sahabatnya.

Sementara Gavriel yang sedang dalam perjalanan, saat ini Queeneira yang sedang sibuk dengan meetingnya duduk dengan sesekali mencatat.

Di depannya ada salah satu perwakilan dari perusahaan, yang menawarkan kerja sama untuk membuat foto produk perusahaan dan memasarkan memakai jasa fotoshootnya.

Di sampingnya ada Doni dan Andine yang ikut mendengar permintaan, sesekali mengangguk mengerti saat mereka tahu maksud dari keinginan calon pemakai jasanya.

Queeneira, selain seorang desainer ia juga terjun di bidang pemasaran seperti ini, di bantu oleh Doni dan Andine yang juga mengerti di bidang ini.

Setelah mencapai kesepakatan, akhirnya meeting pun selesai dengan tim perancang yang segera membahas ini lebih lanjut, sedangkan Queeneira mengantar kepergian klien mereka.

Klien dengan jumlah tiga orang ini semuanya laki-laki, dengan si pemimpin atau si pemilik perusahaan flirting kepada Queeneira, yang sebenarnya sedang menahan diri agar tidak kabur saat ini juga.

"Sialan, jika saja kamu bukan klien, sudah aku pastikan merasa tendanganku," batin Queeneira kesal.

Queeneira hanya bisa mendumel dalam hati, dengan bibir tersenyum manis sebagai tata krama semata.

Keluarnya Queeneira dan rombongan dari perusahaan yang memakai jasa perusahaan Queeneira, bersamaan dengan mobil sport yang di kendarai oleh Gavriel.

Di depan lobby, si klien dengan nama Ferdy ini masih asik mengajak ngobrol Queeneira, sedangkan dua anak buahnya menunggu di belakangnya.

Lalu Gavriel yang turun dari mobil berjalan dengan santai, seperti biasa dengan aura yang selalu di tebarnya. Dari tempatnya berjalan saat ini, Gavriel bisa melihat sahabatnya yang sedang mengobrol akrab dengan seorang pria dan entah mengapa itu membuatnya tidak suka.

Siapa laki-laki itu?

Ia pun semakin mempercepat langkah kakinya, menghampiri keduanya tanpa peduli banyak pasang mata yang menatapnya kagum, karena saat ini yang paling penting adalah mengetahui apa yang sedang di obrolkan keduanya,

Tap!

"Jad-

"Que."

Ucapan Ferdy terpaksa harus di telan kembali, saat tiba-tiba seseorang menginterupsi dari arah sampingnya.

Keduanya segera melihat ke arah asal suara, dengan Queeneira yang menatap kaget kedatangan sahabatnya.

"Gavriel."

Ferdy menatap Gavriel dengan pandangan menilai, merasa kecil saat merasakan aura kuat dari tatapan mata laki-laki di sampingnya, kemudian menatap wanita di sampingnya yang menampilkan raut wajah kaget.

"Siapa dia, kenapa namanya tidak asing," batin Ferdy penasaran.

"Kamu sedang sibuk?" tanya Gavriel dengan nada dingin, ia memang berbicara dengan Queeneira namum matanya menatap Ferdy, sehingga Ferdy pun merasakan tidak nyaman dan Queeneira menyadari itu.

"Iya, kamu tidak lihat, jika saat ini aku sedang berbincang dengan seseorang yang penting?"

Jawaban yang sungguh berani, membuat Ferdy merasa semakin ciut saat Gavriel salah sangka dengan kata seorang yang penting versinya.

"Apa maksudnya, Queeneira?"

"Oh ayolah tuan Wijaya, kamu bisa menunggu atau pergi dan kembali lagi, jika ingin banyak bertanya, saat ini aku sedang sibuk."

Ferdy seketika melotot horor saat mendengar nama Wijaya dari bibir mungil wanita yang membuatnya tertarik.

Ia juga melihat ke arah dua temannya yang sama-sama menampilkan raut wajah tidak percaya.

Oh Tuhan, bagaimana bisa ia melupakan wajah dari seseorang yang menjadi-

Tunggu! Jangan bilang jika Wanita yang saat ini sedang berusaha ia goda ada hubungan apa-apa dengan Wijaya di depannya?

"Habislah aku," batin Ferdy semakin horor.

Sementara Ferdy dengan rasa takutnya, Gavriel yang mendapatkan jawaban sinis dari Queeneira menampilkan senyum miringnya lagi, menatap Queeneira dengan siulan takjub di dalam hati.

Kemana Queeneiraku yang manis, kenapa jadi ganas seperti ini, batin Gavriel tertantang.

Dengan segera Gavriel kembali melihat ke arah Ferdy, yang tersentak kaget saat Gavriel memanggilnya dengan sebutan dude.

"Hey, dude. Have you finish yet, i have business with her,(Hei,bung. apa kamu sudah selesai? Aku ada urusan dengannya)" tanya Gavriel dengan datar, mengusir secara halus dan terhormat khasnya,membuat Ferdy mengangguk, beda dengan Queeneira yang menganga tidak percaya, kesal tepatnya.

"Gavriel, how dare you (Gavriel, beraninya kamu)!"

"Be quiet, honey, (Diam, sayang)" sahut Gavriel tidak perduli, membuat Ferdy dan Queeneira menatap Gavriel semakin tidak percaya namun beda pemikiran.

Ferdy dengan segera meninggalkan Queeneira setelah menunduk singkat, bersama dua rekannya sedangkan Queeneira menatap kepergian kliennya dengan perasaan takut, ya takut jika kliennya membatalkan kerja sama.

Menatap Gavriel dengan tangan mengepal, Queeneira meninggalkan Gavriel dengan kaki menghentak, marah.

Sedangkan Gavriel yang ditinggal begitu saja tentu segera menyusul Queeneira, yang saat ini berjalan ke arah lift hendak kembali ke ruangannya yang ada di lantai paling atas.

Gavriel tidak memanggil Queeneira seperti lelaki kebanyakan, yang meminta agar wanitanya menunggu saat ditinggal pergi.

Ia lebih memilih untuk mengikuti Queeneira dari belakang dan menunggu Queeneira naik lebih dulu, baru ia dengan lift lainnya.

Ting!

Lift yang di pakai Gavriel tiba di lantai ruangan milik Queeneira bersamaan dengan lift yang di pakai oleh Queeneira.

Melihatnya, Queeneira menambah laju langkah kakinya, berjalan tanpa melihat belakang dan membuka pintu segera. tapi sayang saat ia akan menutup pintu, Gavriel lebih dulu menahannya dan merangsak masuk dengan paksa, membuat Queeneira menatap Gavriel semakin murka.

"Apa maumu, Gavriel?" tanya Queeneira dengan rasa marah luar biasa.

Bukan hanya marah karena klien, tapi kelakuan berani Gavriel dengannya, membuat Queeneira seperti tidak mengenal sosok Gavriel yang sekarang,

Gavrielku yang dulu tidak pemaksa seperti ini.

"Siapa dia?"

"Apa?"

Bersambung