Flashback on
Cambridge, Massachushetts.
Di atas meja kerjanya, tepat di hadapannya ada map berisi kertas laporan tentang siapa saja orang, yang saat ini sedang dekat dengan sahabatnya, baik itu laki-laki atau wanita sekalipun.
Bibirnya hanya menampilkan garis lurus, dalam hati membaca setiap barisan kata dan kalimat di laporan dari anak buahnya.
Ada perasaan lega, saat ia tahu jika saat ini bahkan dari dulu sahabatnya tidak dekat dengan pria mana pun, meskipun selalu berusaha di dekati oleh cecung*k kamvret, yang ingin menjadikan sahabatnya seorang teman wanita, tapi sahabatnya selalu menolak dengan alasan tidak jelas.
Seketika ada rasa percaya diri, saat merasa yakin jika alasan sahabatnya menolak adalah karena dirinya.
Rasa bersalahnya membuatnya dengan segera mencari segala data mengenai sahabatnya, tidak cukup dari sepupunya ia
juga membayar seseorang untuk mencari tahu tentang kegiatan sahabatnya, lengkap
dengan foto saat sahabatnya sedang melakukan kegiatannya.
Ia sudah seperti stalker, mengoleksi
foto sahabatnya di beberapa pekan menuju kepulangannya.
Kebodohannya selama 10 tahun ini akan ia bayar, saat ia sudah pulang nanti.
Wait me, my adorable love.
Flashback end
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
W&M Boutique And Photo Studio
Di dalam ruangan pemilik dari studio foto, ada dua orang beda jenis kelamin saling melihat dengan tatapan berbeda.
Meski tatapan mata rindu mendominasi keduanya, tapi kilatan marah juga ikut terpancar dari binar netra keduanya.
Gavriel menatap cemburu ke arah Queeneira, sedangkan Queeneira berbeda, ia justru menatap Gavriel kecewa dan merasa asing.
Bukan hanya fisik sahabatnya yang berubah, tapi juga sikap dan aura serta pancaran mata yang dilihatnya, yang
membuatnya semakin asing.
Ketampanan yang bertambah berkali-lipat bukan yang manjadi fokusnya. tapi tatapan mata tajam saat dulu menatapnya hangat lah yang ia perhatikan.
Kemana Gavrielnya yang dulu.
"Siapa dia," tanya Gavriel, keduanya saling melihat masih dengan tatapan mata berbeda.
"Apa?"
Queeneira tentu saja heran dengan pertanyaan aneh Gavriel, yang bertanya dengan nada dingin tentang pertanyaan singkat yang belum dimengertinya.
"Aku tanya siapa dia,Queneira Wardhana. Siapa laki-laki yang kata kamu penting itu?" tanya Gavriel menegaskan,
nada yang di pakainya semakin rendah dan asal kalian tahu, jika saat ini Gavriel sedang menahan rasa posesifnya.
Dalam hati ia mengingat setiap baris kalimat, yang menyatakan jika sahabatnya saat ini masihlah seorang single.
Jadi siapa laki-laki itu, membuatku kesal saja. ingatkan aku untuk mencari info perusahaannya, akan aku hancurkan
jika berani menganggu wanitaku.
Queeneira sekali lagi menganga tidak percaya, saat ia mengerti siapa yang di maksud oleh sahabat lamanya.
Entah harus tertawa atau marah, yang jelas ia saat ini ia kembali merasakan kesal, saat mendengar pertanyaan konyol sahabatnya.
Sialan, aku hampir kehilangan klien karena Pria(Tampan) sialan (Cinta), yang saat ini sedang berdiri di hadapanku
tanpa dosa, padahal dulu tinggal jauh tanpa ada kabar dan sekarang kembali ingin mengusik kehidupan aku lagi.
Benar-benar laki-laki tidak ada akhlak, apakah benar laki-laki ini yang 10 tahun aku tunggu kedatangannya.
Mengumpat dalam hati, Queenira tidak sadar jika saat ini Gavriel sedang menatapnya dengan mata elangnya.
Gavriel sangat yakin jika saat ini sahabatnya sedang mengumpatinya dalam hati, dengan sumpah serapah karena ketidak jelasan sikapnya.
Dengan gerakan pelan, Gavriel berjalan ke arah belakang Queeneira dan berdiri tepat di belakang punggung Queeneira setelah meletakkan paper bag di sofa terdekat.
Berdiri dengan dada menempel sempurna di belakang punggung Queneira, Gavriel sukses membuat Queeneira tersentak kaget, belum lagi karena suara bisikan dari suara baritone miliknya, membuat Queneeira juga merasakan bulu romanya berdiri seketika, geli dan tidak nyaman.
"Jangan mengumpatiku di dalam hati, honey."
Deg!
Menjauhi segera Gavriel yang ada di belakangnya, Queneira berbalik dan menatap Gavriel dengan mata melotot tajam.
"Sialan, Gavriel. Sebenarnya apa mau kamu?" sembur Queeneira kesal.
"Dan jangan panggil aku honey, aku bukan siapa-siapa kamu, asal kamu tahu," imbuhnya cepat dan tegas.
Meski dalam hati ada perasan senang, saat mendengar panggilan itu, nyatanya bibir dan hatinya tidak singkron
Dan juga baru ini setelah berpisah lama dengan Gavriel ia berdekatan lagi dengan Gavriel, belum lagi suara sahabatnya yang semakin terdengar ...
Seksi.
Kepalanya menggeleng cepat, saat pikiran absurdnya tiba-tiba menyerangnya.
Apaan itu seksi, tidak sama sekali, batinya memungkiri
Gavriel terkekeh seksi dengan suara baritonenya, membuat Queeneira yang hampir jatuh dalam lamunan, kembali sadar dan kembali menatap Gavriel tajam.
"Apa yang kamu tertawakan?" sentak Queneira kesal, merasa saat ini Gavriel sedang menertawainya.
"Ha-ha!! Tidak ada, honey. Aku hanya merasa lucu, ternyata kebiasaan kamu belum juga berubah, masih seperti dulu. Jika sedang memungkiri suatu hal pasti kepala kamu yang lebih dulu menjawab," jawab Gavriel santai,
lagi-lagi terkekeh dengan suara seksi khas pria dewasa, membuat jantungnya diam-diam berdetak kencang.
Ah! Sialan, Gavriel sialan.
"I'm not, honey. Don't call me like that,(Saya tidak seperti itu, sayang. Jangan panggil aku seperti itu)" sahut Gavriel santai, membuat Queeneira menatap Gavriel kagum, sedangkan Gavriel hanya tesenyum dengan dengkusan renyah.
"You can read my mine?(Kamu bisa baca pikiran saya)" pekik Queeneira, menatap sahabatnya horror.
"Kheh … Of course not, honey. But your face, tell me like that,(Tentu tidak, sayang. Tapi wajahmu yang berkata demikian)" jawab Gavriel dengan nada lembut, setelah terkekeh singkat, geli dengan pekikan polos calon
wanitanya.
Oh Gavriel kamu terlalu percaya diri.
Wajah Queeneira merah padam ,juga obrolan mereka sepertinya sudah melenceng jauh, dan Queeneira yang sadar segera fokus dengan rasa marah dan kesalnya lagi.
"Lupakan itu! Bukan itu yang sedang kita bahas," ujar Queeneira membuat Gavriel menatap Queeneira dengan senyum miring, saat melihat pose menantang Queeneira di hadapannya.
Tangan bersedekap dada, juga dagu terangkat,serta pandangan mata menusuk, sungguh berbeda dengan Queeneiranya yang dulu.
Dan Gavriel semakin menyukainya.
"Jelaskan apa maksudnya kamu menanyakan siapa dia? Siapa yang saat ini sedang kamu maksud," lanjut Queeneira dengan nada tidak bersahabat.
Gavriel yang mendengar pertanyaannya ditanyakan ulang kembali memasang wajah angker.
Ia menatap Queeneira dengan tatapan mata menuntut, tidak sukajika apa yang di katakannya harus diulanginya berulang kali.
"Kamu mengerti pertanyaanku dengan jelas, Queeneira. Jangan paksa aku untuk tahu dengan cara aku sendiri."
"Silakan," sahut Queeneira cepat, tanpa tahu jika saat ini di hadapannya bukan Gavriel yang dulu, saat ini Gavriel adalah seorang pria dengan segala keabsolutannya.
Apapun yang dikatakan olehnya pasti akan terjadi.
"Oke, tapi jangan salahin aku, kalau besok kamu mendengar berita kehancuran laki-laki itu. Bagaimana?" tantang Gavriel dengan nada dingin, saat mendapatkan tantangan terlebih itu dari wanitanya.
"Apa maksud kamu? Jangan bercanda, Gavriel," tanya Queeneira dengan nada sedikit takut.
"Karena kamu yang meminta, aku akan kabulkan. Aku akan cari tahu sendiri siapa orang itu," tandas Gavriel tanpa menjawab pertanyaan Queeneira yang menatapnya tidak percaya.
"Ap-apa."
Queeneira semakin menatap Gavriel tidak percaya, saat Gavriel mengeluarkan handphonenya dan mengucapkan kalimat dengan nada datar yang baru ini ia dengar di sepanjang ia kenal sahabatnya.
"Cari tahu laki-laki dengan jumlah tiga orang, siang ini yang datang ke kantornya(Queene) dan urus sisanya seperti biasa."
Tut!
"Sudah, kamu hanya tinggal menunggu kabar besok," ucap Gavriel santai, kemudian berjalan mengahampiri Queeneira yang diam terpaku, menatapnya dengan raut terkejut dan takut.
"Padahal kamu hanya perlu jawab siapa dia dan aku akan melupakanya. Tapi kamu membuatnya semakin rumit, tidakkah kamu mengerti jika aku hanya sedang cemburu," ucap Gavriel di depan wajanh Queeneira yang semakin pias, kemudian melanjutkan kalimatnya dalam hati.
"Ak-akku-
"Hn. Happy birthday," sela Gavriel cepat, kemudian melumat bibir Queeneira dalam lumata lembut dan menggebu, membuat bola mata Queeneira membola dan memberikan perlawan dengan memukul-mukul punggung Gavriel, sehingga Gavriel pun melepasnya dengan tidak rela.
Queeneira menatap Gavriel tidak percaya seraya memegang bibinya yang tadi di lumat habis.
"Aku ambil canduku, bukankah sudah aku katakan jika suatu hari nanti, aku akan ambil apa yang seharusnya jadi milikku. Dan itu sekarang, maka bersiap lah," kata Gavriel tanpa beban.
Gavriel kembali mengusap dan mengecup kening serta rambut Queeneira, yang hanya bisa menatap kepergian Gavriel dengan perasaan bercampur jadi satu.
Antara takut, senang, tidak percaya dan ….
"Aku, aku sudah menghancurkan kehidupan seseorang, jika benar besok ada berita kehancuran perusahaan milil pak Ferdy," gumam Queeneira takut, ia terduduk saat merasa jika kehidupannya sekarang akan mulai berubah dengan kehadiran sosok baru dari sosok lama yang ia rindukan.
Dan perasaan khawatir, saat ia merasa jika ia sama sekali tidak mengenali Gavriel, yang sosoknya beda dengan yang ia terima dan tahu dari orang terdekat Gavriel maupun dari berita.
Gavriel ada apa denganmu?
Besambung.