Selamat membaca
{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{
Hotel Grand Elty
Di lantai dansa, Gavriel yang sedang bergantian dansa dengan sang Mommy tersenyum tipis, sang Mommy memutar dengan ia yang setia memegang tangan yang selalu mengusap kepalanya lembut. Ia juga bisa melihat wajah cantik Momminya, yang kini telah berhiaskan guratan meski samar di bawah kelopak matanya.
Padahal dulu tidak seperti ini, namun biar pun seperti itu baginya sang Mommy tetaplah wanita tercantik dalam hidupnya, disusul dengan nenek-adik dan yang terakhir tentu saja wanita yang akan menjadi istrinya.
"Gav sayang," gumam Kiara memanggil nama putra kesayangannya, yang segera menyahut dengan tambahan senyum tipis.
"Yes, Momm?"
"Kapan kamu membawa calon istrimu di hadapan Mommy?" tanya Kiara memandang anaknya dengan tatapan jahil, saat melihat dari tadi sang putra mengedarkan pandanganya ke arah lain, meski gerakan dansa mereka tetap
selaras
"Hn? Belum bisa Momm," jawab Gavriel dengan nada santai, kemudian membawa tubuh sang Mommy berputar dua kali, lalu kembali berhadapan dan mengikuti alunan lagu lagi.
"Loh, kenapa? Kok belum bisa?" tanya Kiara heran, bukannya sekarang anaknya sudah kembali dan hanya perlu melamar, beres.
"Sekarang dia berubah galak dan pembangkang, Momm. Perlu di jinakkan dulu, baru deh bisa dibawa ke hadadapan Momm dan semuanya," jelas Gavriel bercanda, namun tetap dengan nada datarnya. Sehingga Kiara yang mendengarnya terkekeh, merasa sang anak sedang mengadu tentang perubahan seseorang yang dulunya tidak seperti itu.
"Kamu kira peliharaan, pakai dijinakan segala macam, heum?" timpal Kiara disela-sela kekehannya.
"Lalu apa Momm, habis dia tidak bisa menampilkan wajah manis sebentar saja, selalu memasang taring jika ada Gav di hadapannya," kata Gavriel tidak sadar menggerutu, sehingga Kiara semakin tergelak membuat Gavriel mendengkus, namun tidak marah justru ia tersenyum tipis.
"Kamu harus tahu dulu apa kesalahanmu sama dia, sebelum mendekatinya dan yakinkan dia, jika dulu kamu berbuat seperti itu karena suatu alasan," nasihat Kiara, ketika sang anak memandangnya dengan senyum tipis yang semakin jarang terlihat.
Senyum polos anaknya berubah menjadi senyum yang mirip suaminya, kalau tidak senyum miring ya senyum bisnis.
"Haih … Aku sangat merindukan senyum dengan gigi terlihat jelas khas putra kesayanganku," batin Kiara sedih.
Melihat netra sang Mommy yang terlihat sendu, Gavriel pun dengan segera memutar dua kali tubuh sang Mommy sehingga Kiara tersentak kaget, namun kemudian tersenyum dan menggelengkan kepala untuk menyingkirkan rasa
sedihnya.
"Hn. Akan aku lakukan sesuai ucapan Momm," sahut Gavriel, menerima dengan senang hati saat sang Mommy memeluknya erat.
"That's my boy," bisik Kiara.
Sementara pasangan Momm-Son ini berdansa dengan sesekali terkekeh, pasangan lain yang adalah Ezra Queeneira mereka juga melakukan gerakan seperti yang lainnya. Kemudian disaat keduanya sedang menikmati gerakan, di samping mereka berdiri pasangan Dirga-Selyn yang menggangu dengan deheman, sehingga keduanya menolah dan memasang senyum bahagia yang cepat menular.
"Boleh kah Daddy tampan ini berdansa dengan putri cantik Wardhana," ucap Dirga dengan tangan terulur dan Queeneira yang melihatnya segera menyambutnya.
"Tentu saja, Tuan Wijaya, dengan segala hormat," sahut Queene, kemudian pasangan berpindah dengan Queene yang kini berpasangan dengan Dirga.
Dirga membawa Queeneira ke lantai khusus, tepat di samping istri dan putranya juga beberapa pasang yang adalah dua sahabatnya.
Dirga menuntun tangan Queene, untuk bertengger di bahu sedangkan ia membawa tangan satunya untuk ia gengam.
"Siap?"
"Um, siap!"
Lagu dari Ed Sheeran__Thinking Out Loud mengalun menggantikan lagu lainnya. Dengan bertukar senyum, Queeneira mengingat saat dulu ia masih kecil, sang Baba sering sekali mengajaknya menari dengan ia di gendongannya.
Sedikit demi sedikit matanya berkaca-kaca, saat mengingat jika waktu sudah banyak terlewati olehnya dan Queeneira yang seperti ini membuat Dirga segera menjauhkan tubuhnya, untuk kemudian menarik tangan Queeneira yang tersentak, kemudian menatap kaget ke arah Dirga yang menatapnya hangat mirip seperti sang Baba.
"Whats wrong, Queene?" tanya Dirga, saat mereka berdekatan lagi.
Queeneira hanya menggeleng dan menyembunyikan wajahnya di dada dari ayah laki-laki yang ia cintai, ingin mengadu namun ia bukan anak kecil lagi. Jadi, hanya ini yang bisa ia lakukan.
"Nothing. Everything all right," gumam Queene, dengan Dirga yang mengangguk kecil.
Pasangan berganti saat Faro dan yang tahu-tahu sudah bersama Kiara, meminta bergilir untuk mengambil anaknya untuk ganti berdansa dengannya. Hingga kini pasanganan pun berubah menjadi Dirga-Kiara dan Faro-Queeneira yang tersenyum lebar memeluk sang Baba erat, seakan ia tidak pernah bertemu sebelumnya.
"Sorry, Tuan songong. Tuan putri gue, kini giliran dansa dengan Babahanda," kelakar Faro membuat Dirga mendengkus, namun tetap menyerahkan putri dari sahabatnya dan menyambut cepat uluran tangan ratu di hatinya.
"Come to me, dear," goda Dirga dengan Kiara yang memukul dada suaminya main-main.
"Sudah tua,sayang."
"Tak apa, ada yang lebih tua dari kita," sahut Dirga memeluk dan menggerakan tubuh istrinya untuk mengikuti gerakannya.
"Ha-ha!"
Sementara pasangan paling romantis berdansa, disisi pasangan ayah-anak ini berdansa dengan Queene yang memeluk erat leher sang Baba, yang menerimanya sambil mengusap punggung sang anak sayang masih dengan bergerak kiri-kanan mengikuti irama.
"Kamu ingat tidak, dulu, kita juga sering dansa seperti ini. Tapi sekarang berbeda, Baba sudah tidak kuat menggendong kamu lagi," ujar Faro sambil mengingat kenangan mereka. Queeneira mengangguk karena kebetulan, ia juga baru saja mengingatnya dan sekarang sang Baba sudah menanyakannya.
"Tentu saja, dulu saat Quee berumur 7 tahun, Quee berdansa dengan Baba yang menggendong Que di depan. Itu adalah moment indah, yang mana mungkin Quee lupakan," timpal Queeneira mengangkat wajahnya untuk menatap wajah sang Baba, yang kini tersenyum dengan mata menyipit di hadapannya.
"Benar, moment yang tidak mungkin berulang. Kecuali …"
"Kecuali?" beo Queeneira cepat, saat Faro menjeda kalimatnya dan menatap Queeneira dengan senyum menggoda.
"Kecuali itu suami kamu nanti. Baba yakin, dia pasti kuat untuk membawa kamu di gendongannya biarpun dia sendiri sedang terluka," lanjut Faro dengan nada mendayu, membuat Queeneira yang mendengarnya melotot dengan sapuan merah di kedua pipinya.
"Ih! Baba, mana ada seperti itu," elak Queeneira, memukul lengan sang Baba kemudian menyembunyikan wajahnya di pelukan Faro yang terkekeh.
"Ha-ha … Ada yang malu," ledek Faro, menuai erangan sebal Queeneira namun ia tidak bisa membalasnya.
Kesenangan pasangan ayah-anak ini terpaksa harus berhenti, saat keduanya mendengar suara deheman dari samping dan melihat Elisa bersama Gavriel, yang tersenyum tipis ke arahnya.
"Sayang, sudah dansa dengan anak mudanya?" tanya Faro menggoda sang istri, yang tadi menganggu pasangan Mommy-Son ini untuk bertukar pasangan.
"Sudah, sayang. Sekarang biarkan anak muda dan anak muda yang berpasangan, iya kan Gavriel?" sahut dan tanya Elisa, melirik ke arah Gavriel yang mengangguk mengiyakan.
Wajahnya masih datar saat melihat tiga orang satu keluarga ini, tapi mana ada yang tahu isi dalam hati Gavriel saat ini seperti apa.
Apakah sama datarnya, biasa aja atau justru sedang jumpalitan goyang dumang sangking senangnya, karena akhirnya kebagian juga sesinya dan Queeneira untuk berpasangan.
Siapa yang tahu.
"Jadi sekarang ceritanya Queene dan Gavriel nih?" tanya Faro memastikan, ia melihat wajah putrinya yang seakan tidak ingin juga Gavriel yang seakan sangat ingin.
"Lah, bisa begini," pikirnya dalam hati.
"Iya dong, sayang," jawab Elisa dengan antusias.
"Unkle, izinkan Gavriel untuk bisa berdansa meski hanya sebentar dengan Queene," kata Gavriel dengan tegas, menatap Faro dengan sorot mata meminta yang akhirnya membuat Faro mengangguk dan melihat ke arah putrinya.
"Princessnya Baba, ada yang mau dansa denganmu, seorang laki-laki yang tampan. Bagaimana Baba bisa menolaknya," ujar Faro kemudiann mengulurkan tangan Queeneira yang ada di genggamannya untuk di serahkan kepada Gavriel, yang sudah lebih dulu mengulurkan tangannya.
Dengan gerakan ragu, Queeneira pun akhirnya menerima uluran tangan itu, dengan Gavriel yang yang segera menggengamnya. Saat kedua tangan itu saling bertaut, lagu berpindah menjadi lagu Marry Your Daughter__Brian McKnight. Membuat Gavriel tersenyum, dengan Queene yang menundukkan wajahnya serta Faro dan Elisa yang melihatnya dengan hati bahagia.
Kini keduanya saling berhadapan, dengan Gavriel yang kembali mengulurkan kedua tangannya, sedangkan Queene terdiam sesaat melihatnya.
"Letakkan tanganmu di pundakku," bisik Gavriel saat Queene hanya terdiam melihatnya.
"Aku-
"Aku tahu, kamu tidak ingin bersamaku. Tapi malam ini aku sudah meminta izin dengan orang tuamu, setidaknya kamu jaga perasaan mereka dengan berdansa denganku meski hanya sedetik," sela Gavriel, membuat Queeneira
terenyuh dan akhirnya mengulurkan lengannya pelan ke arah pundak lebar Gavriel.
Ada sengatan juga jantung yang berdetak dengan gila, saat lengan Queeneira akhirnya bertengger indah di pundaknya. Juga saat lengannya merengkuh pinggang Queeneira dan membawanya menempel di tubuhnya seperti ini.
Musik masih mengalun, dengan bagian reff yang artinya semua orang pasti tahu.
Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die, yeah
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
When she walks down the isle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter
She's been hearing for steps
Since the day that we…
Akhirnya keduanya pun berdansa di bawah sinar spotlight yang sengaja di hidupkan seseorang, hingga kini pasangan yang berpisah 10 tahun ini bisa dekat tanpa adu mulut, bergerak sesuai irama dan mata saling melihat tanpa ada yang berniat memutusnya.
"Gavriel," bisik Queene, menuai gumaman dari Gavriely yang sama sekali tidak mengalihkan matanya barang sejenak, dari Queeneira yang juga menatapnya.
"Hn?"
"Ini terlalu dekat," bisik Queeneira, saat ia merasa jika jaraknya dan Gavriel terlalu menempel.
Dan apa tanggapan Gavriel?
Gavriel hanya bisa tersenyum, kembali menarik pinggang Queeneira semakin menempel, kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Queeneira.
"I want you."
Deg!
Bersambung