Seusai obrolan mereka yang penuh dengan ketakutan dan kepanikan itu, mereka memutuskan untuk pulang. Riella dan Lystra pergi ke mansion miliki si kembar sedangkan Abel pulang ke rumahnya. Vania sendiri masih di markas membicarakan segala kemungkinan antar RG dan CoD. Vania dibuat pusing dengan kabar kembalinya Riana. Vania juga tidak akan memberitau orang yang tidak berkepentingan. Seperti Vano dkk dan kepolisian, begitu pula dengan media. Ia takut bila kabar ini diekspos orang orang akan ketakutan kembali dan teringat kejadian beberapa tahun lalu yang terbilang kelam dan menyeramkan itu.
Setelah pembicaraan yang membuat Vania penat itu selesai, Vania pergi ke mansion karena hari sudah malam juga. Vania ingin segera sampai di mansion agar dia bisa tidur, dan esoknya akan memberitau semua hal yang dibicarakan kepada sahabatnya. Dengan cepat Vania mengendarai mobilnya, tidak sampai 1 jam Vania sudah sampai di mansionnya itu. Vania berjalan masuk dan langsung ke kamarnya lalu tertidur pulas, sama dengan 2 saudarinya yang lain
Pagi pun tiba. Vania bisa merasakan cahaya matahari masuk ke kamarnya melewati sela sela gorden miliknya. Suara alarm pula terdengar di kamar itu. Vania akhirnya bangun dan berjalan ke kamar mandi
Seusai ia mandi dan memakai seragamnya, dan seperti biasa kedua saudarinya sudah ada di dapur memakan sarapan. Vania selalu bingung kenapa kedua saudarinya itu selalu selesai lebih dahulu daripada dirinya. Saat Vania menanyakan hal itu mereka mengatakan bahwa Vania mandi sangat lama, dan itu memberikan waktu bagi kedua saudarinya itu.
Saat mereka merasa perut mereka sudah terisi, mereka berangkat dengan mobil Vania yang lain. Vania tidak mengizinkan mereka untuk membawa mobil sendiri, karena sehabis dari sekolah mereka akan langsung ke markas, dan kata Vania akan lebih mudah dilacak oleh Sofia bila hanya satu mobil, dengan begitu mereka harus menjemput Abel terlebih dahulu
Mobil yang dikendarai oleh Vania dkk akhirnya sampai di parkiran sekolah. Mereka berjalan kedalam sekolah, dan tentu saja tidak sedikit yang membicarakan mereka
"eh bentar lagi kita ujian loh"
"eh iya ya"
"kok cepet banget sih"
"lama tau el, lu nya aja yang masuk pas kita udah mau lulus"
"iya juga sih"
"kalian tar belajar gak?"
"ngapain?"
"ya...biar nilainya baguslah Van"
"kan gw udah pinter. Kalian juga kali"
"iya bel, lu gimana sih"
"gw kan sekolah di Kanada, masa gw bego sih bel"
"iya dah, gw yang bego disini"
Tanpa terasa mereka sudah di depan kelas , mereka masuk ke kelas dan mereka dikejutkan oleh pemandangan didepan mereka. Lebih tepatnya Vania...keempat gadis itu melihat Vano sedang ber romantis an bersama seorang gadis. Ketiga gadis yang melihat itu langsung menoleh kearah Vania yang sudah menatap Vano dan gadis itu dengan tatapan datar. Mereka tau Vania menyukai Vano, mereka menatap Vania dengan iba namun tatapan mereka berakhir saat Vania berkata "ga usah natap gw iba, gw ga suka. Jangan bikin gw congkel mata kalian" mereka tertegun saat mendengar itu, karena mereka tau Vania yang saat ini sedang sadis dan tidak sungkan sungkan untuk melukai seseorang tanpa alasan, dan yang lebih parahnya mereka melakukan kegiatan mereka dimeja Vania
Vania berjalan ke mejanya dan menendang kursi miliknya dengan keras, hingga yang duduk pun terjatuh
"apa apaan sih Van?!"
"berisik"
"Van lo kenapa sih?!"
"miggir gw mau duduk" dingin...sangat dingin
Zen yang baru datang dan Joshua yang ingin bermain ke kelasnya baru saja datang, dan melihat Vano terlibat sebuah masalah
"Lys ini kenapa?"
"tanya sahabat bejat lo itu" Lystra berjalan ke mejanya, begitu pula denga Abel dan Riella, lalu mereka kembali memperhatikan Vania, mereka takut Vania akan menyakiti Vano dengan parah
"no kenapa sih? pagi pagi udah ribut aja"
"iya, lo ributnya sama Vania lagi no"
"berisik kalian berdua"
Vania sendiri hanya menatap Vano dengan tatapan dingin, Vania tidak bisa duduk karena wanita yang tadi bersama dengan Vano duduk di kursinya dan Vano berdiri di depan wanita itu
"tch" decih Vania
"napa sih lo? pagi pagi udah ngajak ribut"
"gw gak mau ribut, gw cuman mau duduk"
"ya tapi ga usah nendang gw sama dia juga"
"suruh siapa duduk dikursi gw. Sekarang suruh cewe lo buat berdiri gw mau duduk"
"berdiri"
"ga mau no" manja wanita itu
"michelle ayo berdiri"
"gw ga mau no! kamu juga kenapa ngikutin kata cewe ini sih"
"udah dramanya?"
"berisik lo!"
"no singkirin barang lo, sebelum gw yang singkirin"
"apaan lo bilang gw barang!"
"buru no, gw ga mau pagi pagi udah mukul orang"
"dianya ga mau Van"
"dasar nyusahin" Vania pun menendang meja miliknya dan sukses membuat Michelle takut, lalu Vania mengambil kerah Michelle, dan melempar Michelle
"Vania!"
"Van lo kok gitu sih!!"
"Vania apa apaan lo!"
"Berisik!" itu bukan Vania yang teriak tapi Riella. Orang orang yang di kelas itu terdiam semua
"kalian berdua ga usah ikut campur"ucap Lystra
"udah kalian diem aja"kali ini Abel
"ga bisa gitu lah bel!"
"lo mau masuk UGD hah?!" bentak Abel
"atau kalian mau masuk tanah langsung?!" Lystra ikutan membentak
"vania bisa aja masukin kalian kedalam tanah dalam sekejap, kalian juga ga tau kan masalahnya kayak gimana!" Abel membentak kembali
"jadi gw saranin diem aja, daripada kalian masuk UGD atau lebih parah kedalam tanah"
Zen dan Joshua yang mendengar itu hanya bisa menelan ludah dan diam
"woi sakit tau!" teriak Michelle tiba tiba
"Michelle kamu ga kenapa kenapa kan?"
"ga apa apa kok no"
"najis" sambil duduk dikursinya
Lalu semua yang di kelas itu tiba tiba terdiam karena melihat Michelle dengan beraninya menampar Vania, seketika itu juga suasana kelas berubah menjadi sangat pengap dan membuat semua orang sulit bernapas
"diem aja kan lo? gak berani gw kan?" ejek Michelle
"harus banget yah tiap hari gw ngirim orang buat ketemu ajal?"
Perkataan Vania itu membuat Michelle terdiam. Vania berdiri dan melihat ke Michelle yang lebih pendek darinya.
"kok diem, takut lo? gitu aja udah takut"
"ng-nggak kok"
"no urusin barang lo, gw ga mau nyentuh barang lo yang menjijikan ini"
"gw bukan barang" Michelle ingin menampar Vania lagi, tabi ditahan oleh Vania
"tangan lo ringan banget yah. Sebenernya gw suka sih sama orang yang tangannya ringan, tapi masalahnya lo udah bikin gw marah"
"apaan sih lo?! lepasin tangan gw!"
"pilih, gw patahin atau gw putusin tangan lo"
"Vania!"
"nah sekarang cowonya yang ngebela"
"lo kok pengen banget nyakitin Michelle"
"gw? lo nyalahin gw?"
"emang salah lo van!" bentak Vano
Amarah Vania sudah tidak bisa ditahan kembali, dan akhirnya aura membunuh itu kembali lagi. Vano, Zen dan Joshua yang sudah pernah merasakan aura tersebut langsung berubah pucat
"salah saya? biar saya ingatkan kembali Vano. Anda dan barang anda lah yang ber romatis ria di meja saya, saya memiliki hak untuk mengusir kalian dengan cara menendang kalian. Masalah akan selesai bila barang anda menurut dan berdiri dari kursi saya. Tapi lihat yang memiliki otak kecil, alhasil saya melempar dia, seharusnya sudah selesai, tapi lagi lagi barang anda memutuskan untuk menampar saya!"
Vano tidak menjawab ia hanya diam dan menunduk
"no cewe ini siapa sih?"
"iya no, dia siapa?"
"pacar gw.."
"pacar?!"
"gw pikir lo..."
"gak! gak gw udah ga lagi!"
"bodoh" singkat Zen
"gw akhirnya tau, kenapa dulu RG dan BM musuhan, persukutan kita selesai sampai sini" Vania berucap dingin
"dan buat lo, lo beruntung hari ini. Pergi jauh jauh dari gw, gw jijik" lanjut Vania kepada Michelle
Vano dkk dan Michelle pergi dari kelas tersebut, sepertinya mereka akan membolos. Sedangkan Vania memutuskan untuk tidur, Vania tetap tidur saat guru masuk. Sedangkan Abel, Lystra dan Riella juga ikutan tidur dibelakang kelas. Pada akhirnya mereka berempat tidur dibelakang kelas bersama sama
Sedangkan dengan Vano dkk mereka pergi ke rooftop, lalu Michelle kembali ke kelasnya