Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Miss Dangerous

Joy_Petraska
15
Completed
--
NOT RATINGS
23.1k
Views
Synopsis
3 gadis datang ke SMA Bintang Galaksi dan langsung menarik perhatian semua orang. Namun mereka semua bingung mengapa ada murid baru yang pindah di tengah semester. Vania, Abel dan Lystra namanya. Hari pertama mereka sekolah pun sudah memiliki masalah. Mereka bertiga memiliki tato mawar emas di leher mereka. Mereka berusaha untuk menyembunyikannya dari orang orang. Apa arti dari tato tersebut? Kenapa mereka merahasiakan tato tersebut? Dan apa alasan mereka pindah?
VIEW MORE

Chapter 1 - ~1~

Seorang lelaki yang tertidur pulas di kelasnya, terpaksa membuka matanya saat sahabatnya memanggilnya

"WOII" teriak sahabatnya itu ditelinga dia

"apaan sih" jawab sinis lelaki tersebut

"katanya ada murid baru loh Van" kata sahabat nya

"ya terus hubungannya sama gw apa?" kata Vano tidak peduli

Lelaki tersebut bernama Vanno, lengkapnya Alexander Vanno Huttenberg, sedangkan sahabatnya yang tadi membangunkan dia bernama Zendra Cleonata Andrana, atau dipanggil Zen oleh teman temannya.

"eh tapi serius bakal ada anak baru?" tanya Vano kepada Zen

"yeee penasaran juga kan lu..."

"ya udah sih ah" Vano berkata sambil berpura pura marah.

"dih sewot....anak barunya ada 3, perempuan semua" kata Zen menjawab pertanyaan Vano sebelumnya.

"cantik?" tanya Vano lagi

"mana gw tau, liat aja belum gw" sewot Zen

"Yee kan kirain gitu...."

Tiba tiba wali kelas mereka masuk ke kelas bersama 3 anak baru yang baru saja Vano dan Zen bicarakan.

"perkenalkan semuanya, ini adalah murid baru di SMP Bintang Galaksi" kata guru tersebut memperkenalkan 3 anak perempuan di sampingnya

"silahkan perkenalkan diri kalian" kata wali kelas mereka kepada 3 gadis yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian semua orang di kelas

"kenalin nama gw Alexandria Christabel Audrinti, panggil aja Abel" kata gadis pertama yang bernama Abel sambil tersenyum manis

"gw Saphira Lystra Lorenza, panggil aja Lystra" kata gadis disebelah Abel, tentu dengan senyuman manisnya.

Tersisa satu gadis lagi yang sedari tadi menarik perhatian beberapa cowo....atau lebih tepatnya Vano.

"Vania Christibel Lorenza. Vania" singkat padat dan jelas, lengkap dengan muka dinginnya.

"baiklah, ada yang ingin bertanya kepada mereka?" tanya wali kelas mereka yang memiliki name tag bertuliskan H. Dewi

Setelah Bu Dewi berkata demikian ada beberapa murid yang mengangkat tangannya untuk bertanya.

"kalian kembar?" tanya salah satu murid dalam kelas tersebut yang dijawab oleh Lystra dengan semangat "tentu saja!"

Lalu ada lagi murid yang bertanya "udah temenan dari kecil?", Abel membalas dengan mengatakan iya dengan tersenyum

"kalian kenapa pindah ditengah semester begini? ada masalah apa dengan sekolah lama kalian?" tanya Zen

Lystra dan Abel tertegun dan menengok kearah Vania, seperti meminta Vania untuk menjawab.

Vania yang merasa diperhatikan oleh kedua sahabatnya hanya menatap sekilas kearah Lystra dan Abel, lalu menatap kearah Zen dengan tatapan dingin, lalu berkata "bukan.urusan.lo" dengan penekanan disetiap katanya.

Setelah itu Vania berkata kembali "udah kan? ga ada yang nanya lagi, ya udah" sambil berjalan ke tempat duduk di belakang diikuti oleh kedua sahabatnya.

Setelah itu mereka menjalani kelas mereka dengan rasa bosan yang menyerang.

Setelah penderitaan- maksudnya kelas matematika mereka pun mendengar suara bel istirahat dan berlarian kearah kantin. Begitu pula dengan Vania dan kawan kawan.

~Kantin~

Lystra, Vania, dan Abel memilih tempat duduk di pojokan dekat kaca yang mengarah ke lapangan mereka.

"so mau pada makan apa?" tanya Abel

"nasi uduk sama teh manis aja" jawab Lystra

"lu Van?" tanya Lystra kepada kembarannya itu

"hah?" jawab Vania yang dari tadi hanya bengong menatap kearah lapangan

"mau makan apa bego" tanya Abel sambil memukul kepala Vania

"ck ga usah mukul juga kali. Gw mau jus jeruk sama baso aja" kata Vania

Namun Abel tidak beranjak pergi dari meja mereka seperti menunggu sesuatu

"Lo gak pesen bel? kok diem sih" tanya Lystra

"uangnya bodoh, masa make uang gw sih. Ogah ya gw" sambil meminta uang kepada mereka

"pelit amat sih lu ah" protes Lystra

"Yee biarin kali. Setidaknya duit gw banyak" Abel tak mau kalah

"ya kalo banyak Napa ga bayarin gw sama Vania sih ahh" Lystra menjawab lagi

"kan kalian juga punya duit banyakkkk" kata Abel setengah teriak

Vania hanya bisa tertawa melihat kelakuan 2 sahabatnya itu. Vania memang kelihatan dingin dan jutek namun bila sudah kenal lama maka Vania akan dengan mudah tertawa depan mereka.

"udah sih ahh. Nih bel gw bayarin yang kalian" kata Vania sambil memberikan uang milik dia

"nah gitu dong Van. Lu jadi kayak kembaran dikit lu napa sih Lys ah" sewot Abel sambil berjalan pergi untuk memesan

"yeeeee" sewot Lystra juga

Selang beberapa saat Abel kembali dengan makanan mereka. Merekapun mulai makan.

"eh, tadi yang nanya kenapa kita pindah tengah semester Napa sih" Lystra berbicara setelah menerima pesanan dia

"iya dih. Kepo amat sih jadi orang. Bingung gw" Abel mangut mangut

"yeee kan. Makanya gw jawab jutek gitu" timpal Vania

"jelek lagi kan" kata Abel

"oh jadi gw jelek?" tanya sebuah suara dari arah belakang Lystra dan Abel. Vania hanya menatap dingin orang tersebut

Lystra dan Abel menoleh ke belakang, dan mereka melihat Zen, Vano dan 1 lelaki lainnya

"iya" jawab Abel dengan muka santai

"wajah ganteng gini Lo katain jelek? wah buta apa yak?" bela Zen

"ganteng? pft--ganteng katanya. Monyet aja malu saudaraan sama lu kali" kata Lystra sambil menahan ketawa

Vano dan 1 lelaki lainnya menertawakan Zen yang baru saja diejek oleh Lystra. Vano dan 1 temannya itu berjalan ke samping Vania yang kosong, dan duduk begitu saja. Hal yang sama pula dengan Zen, dia duduk disebelah Abel.

"dih paan nih, main duduk duduk aja" kata Lystra

"ya emang kalian ga mau duduk sama most wanted nya Bintang Galaksi?" kata Vano dengan bangga

"pede amat lu, kenal aja nggak gw" timpal Abel

"ck, kenalin gw Vano itu Zen dan samping gw Joshua" kata Vano sambil mengenalkan teman teman dia

"ga ada yang nanya juga" Vania buka suara

"ehh ada orang toh disamping gw" sindir Vano yang duduk ditengah Joshua dan Vania

"buta? kasian. Udah jelek ga punya otak buta lagi. Miris ye" ejek Vania

Vano terdiam dengan ejekan Vania tersebut. Dia terkejut dengan seorang perempuan mengatai dia jelek

"ehh kalian tadi ngomongin apa?" tanya Zen tiba tiba

"kepo" jawab Abel singkat

"ya elahh kasih tau Napa sih" paksa Zen

"rahasia kita" Lystra berkata juga

"dih mainnya gitu" sewot Joshua

"iya ih ga asik" Vano ikutan

"kalian emang siapa?" tanya Lystra sinis

Memang pada awalnya mereka bertiga sudah tidak menyukai para lelaki ini

"kita? manusia. Sesama manusia itu harus berbagi apalagi namanya rahasia. Jadi boleh lah kasih tau kita kenapa kalian pindah" paksa Vano

Vania mengernyit melihat paksaan Vano, tapi dia hanya diam....untuk sekarang. Vania membiarkan Lystra dan Abel yang mengurus mereka, karena Vania juga tidak suka dengan mereka

"kenapa sih ga mau banget kita tau. Toh kalian pasti pindah karena apa coba? ketauan ngelakuin yang aneh aneh paling" kata Vano dengan seringainya

Vania Abel dan Lystra, mengetahui apa maksud dari 'berbuat yang aneh aneh' itu dan merasa tersinggung tapi mereka mencoba untuk tenang

"kalian dateng dateng bikin orang kesel yah.." kata Lystra

"biarin. Toh kita ga rugi ini" jawab Zen cuek

"oh ayolah beritahu kami. Kenapa kalian pindah ditengah semester" mereka mulai memaksa ketiga sahabat itu dengan agresif

"kasih tauu aja napa sih!!" Vano sedikit meninggikan suaranya

Lystra Abel dan Vania tetap diam dan memilihi untuk membiarkan mereka.

Zen yang tidak terima dihiraukan, berteriak

"oh jadi benar apa kata Vano?! Kalian ngelakuin yang aneh aneh di sekolah lama kalian. Jadinya kalian pindah kesini dan malu?! hah?! iya?!" seketika semua orang di kantin melihat kearah mereka

"apa lo bilang?!" marah Lystra

"tidak usah mengelak lagi! Jujur saja kepada satu sekolah ini alasan kalian pindah itu!!" bentak Vano

Vania berusaha dengan keras untuk tidak hilang kendali

"kalian tidak memiliki hak untuk mengatakan itu kepada kami!!" Bentak Abel

"berani banget lu bentak kita"

PLAK

dan terdengar lah suara tamparan dari pipi Abel oleh Joshua. Semua orang tertegun melihat itu

BRAK

Vania yang sudah tidak tahan melihat teman teman dia ditampar dan dibentak oleh orang yang bahkan satu hari kenal pun tidak, menggebrak meja dengan keras

"oh lihat yang dari tadi diam saja mengambil gerakan juga akhirnya" kata Zen dengan seringainya

"apa yang ingin kau lakukan eh? Menghajar kita?" Vano dengan nada remeh

Mata Vania berubah menjadi merah, Lystra dan Abel hanya diam saja setelah melihat perubahan mata Vania. Mereka tau bahwa jika Vania sudah seperti ini, ia tidak bisa dihentikan.

"Lys bawa Abel ke UKS sekarang" kata Vania dingin dan hanya dibalas anggukan dari Lystra. Lalu berjalan pergi

Vania menatap ketiga orang lelaki yang masih menatap Vania remeh.

"berani sekali anda menampar sahabat saya" suara dingin dari mulut Vania keluar

Semua orang tertegun dengan bahasa sopan yang Vania gunakan. Semua orang dapat merasakan aura yang menyeramkan dari diri Vania

"Anda siapa sampai berani beraninya memaksa saya dan teman teman saya untuk mengatakan alasan kami pindah?" terdengar tenang namun menyeramkan

Vania menatap tiga orang laki laki yang dari tadi mengganggu mereka dengan matanya yang sudah menjadi merah dengan tajam.

"kau, berani sekali menampar sahabat saya" tunjuk Vania kepada Joshua

"dan kalian berdua. Berani sekali kalian membentak teman teman saya, dan berani sekali kalian bertiga ingin mengusik privasi kami" tatapan Vania semakin menajam kearah mereka. Seperti tatapan membunuh

Ketiga lelaki yang dari tadi membuat keributan terdiam takut saat melihat Vania berubah menjadi seperti itu.

"itu karena sudah membentak sahabat saya" kata Vania sambil menendang perut Vano hingga tersungkur

"itu karena sudah berani mengganggu privasi kami" sekarang giliran Zen yang ditonjok oleh Vania

"dan ini karena sudah berani menampar sahabat saya" tampar Vania dengan keras kepada pipi Joshua. Cukup keras untuk membuat Joshua tersungkur.

Vano, Zen dan Joshua melihat Vania dengan perasaan yang takut. Begitu pula dengan semua orang.

Vania menatap jijik kearah 3 orang itu dan berkata "lain kali kalau ingin cari masalah, carilah orang yang benar dan bersikap dewasa lah" dengan nada dingin dan menusuk.

Vania berjalan pergi, namun ia berhenti sejenak

"ah iya...sekali lagi kalian cari masalah dengan kami. Resikonya akan lebih dari ini" lalu melanjutkan jalannya keluar kantin.

Vania berjalan keluar kantin dengan tatapan datarnya yang membuat murid lain takut dan memberi jalan kepada Vania.

Saat Vania berjalan pergi, samar sama Vano melihat sebuah tato mawar di leher Vania. Tapi dia tidak yakin.

to be continue~