Chereads / Luka, dan Cinta Dira / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Dira Pov

Aku tidak tahu maksud Rey. Dia mengajakku makan Mie Ayam diwarung depan SMA kami dulu. Lelaki itu seolah mengajak ku mengingat apa yang pernah kami lalui dulu.

"Neng Dira kan?"

Aku mengangguk dan mengiyakan, tak lupa tersenyum kepada pemilik warung yang ternyata masih ingat dengan ku.

"Iya, Pak. Bapak hebat banget. Hampir 3 tahun aku nggak pernah kesini"

"semua anak Osis, yang sering makan di warung bapak pasti ingat, Neng. Suami nya Neng Dira?"

Mata ku melotot horor begitu pemilik warung menanyakan hal itu sambil menatap Rey. Aku sudah akan menjawab, tetapi Rey sudah dulu menjawab pertanyaan Bapak ini.

"Insyaallah pak, Bapak doa kan saja"

Pemilik warung hanya tersenyum sembari menggangguk anggukkan kepalanya.

" Pasti bapak doakan, semoga lancar sampai hari H nya , Neng Kasep" aku pun hanya bisa tersenyum tipis.

"Maksud kamu apa bilang gitu sama bapak?" Tanya ku kepada nares ketika pemilik warung tadi meninggal bangku yang kami tempati.

"Kenapa? ada yang salah Nin? ucapnya dengan enteng tanpa memperdulikan ku.

"Siapa juga yanng mau jadi calon istri kamu?"

"Siapa lagi bukan kamu"

Aku menatap nya dengan gemas,ingin sekali mencakar mulut nya tapi aku memilih diam, sambil meracik sambal di bakso ku ini.

"Jangan banyak banyak Nin, nanti mules"

Rey berucap saat ku memasukkan beberapa sendok sambal di mangkok bakso ku. Aku tidak menggubris nya dan memilih melanjut kan memasukan kecap lalu mengaduknya. Aku mulai memakan bakso ku, dengan sesekali mencuri pandang ke arah Rey yang sedang makan dengan sangat nyaman.

Aku mengingat seberapa sering Rey membuat ku nangis dulu,seberapa sakit luka yang ia beri, Namun tetap saja aku tidak bisa membencinya. Atau mungkin aku tidak bisa membenci nya, walaupun kesalahan yang ia beri kepadaku sangat besar.

"Kenapa liatin aku terus Nin?"

Seketika mataku melotot mendengar nya. Aku mencoba mengalihkan pandangan mata dengan meminum es teh milikku.

"Siapa juga yang lihatin kamu?"

"Dari tadi kan kamu lihatin aku terus! Ada yang mau di bicarakan?"

"Udah kamu lanjutin makannya, Aku masih sibuk habis ini"

Dia masih menatapku beberapa detik, sebelum memilih melanjutkan aksi makannya.

Kami makan dengan tenang. Sampai seseorang tiba tiba me memanggil namaku, yang membuat ku dan Rey seketika menoleh ke arah asal suaranya.

"Dira"

"Kakak!" pekik ku dengan senang begitu melihat salah satu senior di Himpunan. Begini begini, aku adalah anak yang aktif berorganisasi selama sekolah ataupun kuliah

aku berdiri menyambut nya lalu seketika memeluknya singkat. Dan di balas dengan menepuk nepuk surai ku dengan pelan. " Gimana kuliah lu?"

"Beres dong kak, aku cuman nunggu hari wisuda ku aja"ucapku dengan bangga.

"Kabar temen lu gimna? Calya sama si Friska itu?"

"Alhamdulillah baik kak, setelah nikah sama kak Rion sama kak Reyhan"

Dia manggut manggut mengerti. "Siapa?" tanyanya sambil menatap ke arah Rey.

Aku akan menjawab, namun dengan tiba tiba ada tangan kekar yang melingkar di pundak ku. Aku menoleh dan mendapati Rey, dengan seketika dadaku berdegup kencang setelah melihat pelakunya.

Kenapa suka sekali dia menyentuh ku? apa dia sama sekali tidak berfikir keadaanku yang sedang menenangkan detak jantung ku ini.

Rey mengulurkan tangannya ke arah seniorku. "Abraham Reynand. Calon suami Anin" ujarnya begitu mereka saling berjabat tangan.

Lagi lagi aku menatap nya dengan terkejut.

kenapa dia bertingkah seenak jidatnya dengan mengaku ngaku begitu?

Senior ku hanya manggut anggut kan tanda mengerti. Dia melepas Jabat tangannya dengan Rey, lalu melemparkan pandangan menggoda ke arah ku. Ya Tuhan semoga saja mulutnya tidak lepas kendalim

"Jadi ini Rey Rey itu? Tanyanya jahil. "Pantesan nggak bisa move on. Ganteng gini orang nya,Ra!"

Dia, dan Rey tertawa. Sementara aku diam menahan malu. Demi Tuhan, Aku malu!!

"Yaudah gue duluan ya Ra. Janga lupa undangan buat gue sama anak anak harus sampai rumah"

Aku melepas rangkulan Rey dari pundakku, setelah kepergian senior ku itu. Dan memilih kembali duduk di bangku ku tadi dan diikuti Rey.

"Ternyata aku populer juga di kampus mu Nin."

Aku berdehem pelan. "Emangnya yang punya nama Rey Rey itu cuma kamu? jangan geer deh"

Dia menatap ku dengan intens yang membuat ku sedikit gugup. " Tapi Rey yang dekat sama kamu cuma aku doang kan?!"

Skakmat.Saialan Nares! Dia selalu bisa membuat ku tidak berkutik.

"Santai aja calon istriku. Mukanya nggak usah tegang gitu." ujarnya dengan tertawa sambil mengacak pelan rambutku.

Aku memberenggut mendengar ucapannya. Dia barusan memanggilku 'Calon Istriku'. Ingin menolak dan memarahinya, namun hatiku yang murahan malah merasa senang mendengar nya.

Doble Sialan!

"Setelah kita menikah, nggak boleh main peluk cowok gitu aja, Nin. Aku nggak suka lihat nya"

Aku menatap ke arah Rey yang menatapku dengan serius. Dia ini kenapa,sih? Perasaan dulu,dia yang sangat berdekatan dengan ku dulu. Sekarang kenapa Rey terlihat begitu memperdulikan ku.

"aku serius Nin!"

••••

Malam ini, aku tengah melakukan panggilan video Dengan kedua teman ku, Calya dan Friska. Dan seperti yang ku duga, mereka sudah seperti cacing kepanasan, menunggu ceritaku yang tadi belum sempat selesai yang bertemu dengan salah satu senior kami dulu.

Aku menatap kedua teman ku sambil memakai cream malam di wajah ku seperti rutinitas ku biasanya. Aku menghela nafas dan mengangguk.

" Tadi gue diajak si Rey beli Makan Mie didepan SMA dulu. terus bapak penjualnya masih ingat gue, Dia nanya dong itu siapa yang sama gue. Eh si Rey dengan enteng bilang calon suami gue"

"Lah emang bener kan Ra" Calya hanya diam menyimak tanpa mau menyela.

" Tapi ya nggak gitu juga kali Fris"

Aku menghela nafas berat dan mengangguk. Memang benae ucapan friska, Aku tidak menolak lamaran Rey.

"Lu serius kan Ra, Nerima Rey?"

"Lu nggak papa?"

"Kalu gue bilang baik baik aja sama aja gue bohong. Apa yang semua gue bangun runtuh gitu aja, semudah itu Rey hancurin tembok pertahanan gue. Runtuh cuma karena dia hadir kembali di hidupan gue secara tiba tiba gitu aja". Aku menghela napas berat, dengan mata yang mulai berkaca kaca.

" Gue masih sayang sama Rey. Sayang Banget. Tapi, gue bingung sama apa yang di mau hati gue. Dengan kehadirannya yang tiba tiba dengan bilang melamar gue di depan Abi sama bunda gue, Gue gak bisa berpikir apapun"

Calya dan Friska menatapku dengan iba. Kedua sahabat ku ini, adalah saksi bisu dimana perjuangan ku untuk mencintai Rey selama ini.