Sudah seharusnya aku curiga ketika bunda memberikan ku izin dengan mudah. Tentu saja ada maksud terselebung yang bunda berikan. Sialan! Sekarang coba lihat apa syarat yang bunda berikan. Seharusnya aku bertanya dulu apa syaratnya bukan langsung iya. Dasar Dira Bodoh!.
kini Aku harus berangkat bersama Rey!.
sudah hampir 2 Minggu setelah kejadian kemarin aku baru bertemu lagi dengan nya. Entah kemana perginya lelaki ini sampai tidak muncul di kehidupan ku. Meski diam diam aku merindukan nya tetapi aku harus menutupi nya agar tidak seperti dulu, kini aku harus jual mahal walaupun sedikit.
Aku yang dulu sudah terlalu murahan dihadapan Rey. Sekarang aku tidak mau mengulangi kebodohanmu dulu.
aku menatap kedua orang tuaku untuk berpamitan. Aku menatap malas kepada bunda.
"Aku mau Nginep di Bandung selama 1 Minggu lho." ujarku supaya mereka paham dengan keadaan ku saat ini.
,"udah dua kali Lo Ra, kamu bilang gitu. Bunda udah nanya sama Rey, dan tepat jadwal nya Rey juga kosong ya kan nak?" Tanya bunda sambil menatap Rey yang berdiri di samping ku.
"Iya Tante"
Aku kesal mendengar ucapan Rey yang mengiyakan omongan bunda dengan mudahnya.dan aku juga tidak bisa menolaknya.
Kini aku dan Rey sudah duduk di bangku mobil untuk perjalanan menuju Bandung. Aku belum memberi tahu Calya dan Friska, Jika aku akan berangkat bersama Reynand. Biar lah mereka melihat secara langsung.
"Kenapa sih, kamu ikut?" tanya ku dengan kesal.
"Calon mertua yang minta"jawabnya dengan mudah
"Kamu kan bisa nolak , dengan cari alasan apa susah nya?"
"Coba gimana cara nolaknya? Lagian aku juga mau ketemu sama Calya dan Friska"
"Mau apa sih?" tanyaku denga mata memincing ke arah Rey.
"Mau minta maaf karna udah jahatin kamu dulu. sampai bikin nangis lagi".
Aku hanya berdehem pelan, dan mengalihkan pandangan kearah jendela mobil. Dia selalu berhasil membuat jantungku berdetak lebih cepat.
"Nin, Punya makanan nggak? Aku lapar, belum sarapan" akunya dengan melas.
"Nggak bawa. Makan angin aja Sana banyak kok!".
Dia tidak menyahuti ku lagi. Tapi tidak lama kemudian, ia memberhentikan mobil di depan Indomaret yang kami lewati. Rey mematikan mesin mobilnya, dan menoleh kearah ku.
"Mau ikut turun nggak?"
"Nggak"
Dia mengangguk dan mengelus surai hitamku dengan lembut.
"Aku keluar dulu kalau gitu, Sebentar saja kok Nin"
Aku tidak menjawab nya dan memilih mengalihkan pandangan ku dari arah nya.
Tidak lama kemudian dia turun dan berjalan masuk ke Indomaret.
Aku menghembuskan napas pelan, dan menutup wajahku dengan kedua tangan ku. Lalu menangis tanpa suara,Aku membawa makanan.Aku membawa sandwich dan minuman, karena ku pikir aku akan naik bis.
Aku sengaja bilang tidak, agar dia tahu kalau aku serius tidah mau menikah dengannya. Bukan karena sudah tidah mencintai nya lagi. Aku hanya takut Rey akan melukai lagi dan lagi.
Aku takut, sangat takut.
Aku menghapus air mataku ketika melihat Rey keluar dari Indomaret dan berjalan ke arah mobil. Dia menenteng satu kantong kresek plastik yang berisi beberapa macam jenis makanan.
Dia mengeluarkan susu pisang dan roti yang sepertinya baru matanag, karna tercium baunya. Lalu, menyerahkan kepada ku.
"masih suka susu pisang kan?"
Aku terdiam, menatapnya dan susu pisang bergantian. Rey masih ingat minuman kesukaanku. Tanpa bisa ku cegah air mataku lolos begitu saja. Tangan ku terulur menutup wajah ku kembali.
"Nin, kenapa? kamu kenapa?" suaranya terdengar khawatir
Rey menarik tanganku, dan menjauhkan dari wajahku. aku menatapnya yang menatapku balik dengan panik.
"Nin, ada apa?"
Dengan masih dengan isakan, aku perlahan membuka tas ku, dan mengeluarkan air minum dan bekal yang kubawa
"A aku ba bawa makanan. Ta tapi nggak mau kasih ke ka-kamu" Aku berusaha dengan jelas untuk berbicara, tetapi aku masih ingin menangis. Setelah mengatakan itupun aku masih tetap menangis, seperti anak kecil. Ini sungguh memalukan, tapi mau bagaimana lagi? Aku tak bisa menahannya.
Namun bukannya marah, Rey malah tertawa sambil mengusap air mata di pipiku.
"Apa,sih. Sampai nangis gini" Dia mengusap lembut air mata dipipiku.
"Iya nggak papa kamu kamu nggak mau kasih. Dimakan sendiri juga nggak papa Nin. Udah jangan nangis lagi. Aku nggak bakal minta makanan kamu lagi" ucapnya sambil menghapus air mata ku tak lupa ia masih terkekeh geli. Mungkin ia geli saat aku menangis seperti anak kecil.
Aku diam denga sesekali masih terisak dan masih didengar di telinga Rey. Ini sungguh memalukan. Sangat memalukan, Setelah ini, aku harus berbuat apa dihadapan Rey? Apa aku harus berpura pura tak pernah menangis di depan nya? Ini sangat Konyol..
Setelah menempuh perjalanan lama menuju Bandung, kurang lebih dua jam, Kini aku dan Rey sudah tiba di Villa Calya tepat nya Villa milik keluarga suami Calya. Menurut ku Tempat Villa berdiri sangat strategis. Dengan masih banyak pepohonan yang berdiri kokoh menambah suasana sejuk.
"Ini benar Villanya?
"Dari Shareloc yang dikirim Calya memang benar ini. Eh itu mereka" Tunjukku ke arah halaman depan Villa. Disana sudah ada Calya,Friska Dan juga para suami nya tak lupa ditengah tengah mereka ada sosok anak laki laki kecil yang duduk di antara Friska dan suaminya.
Rey mengangguk " Yuk Turun"
Aku mengangguk dan mulai turun disusul Rey dibelakangku. Dan, tepat seperti dugaanku Kini mereka semua terkejut melihat ku datang bersama sosok lelaki. kedua teman ku itu melongo menatap Rey yang sudah berdiri di sampingku.
"Hai" Sapaku kepada Thomas suami Calya, sedangkan Calya dan Friska masih asik menatap Rey.
"hai, ini siapa lu Ra?"Tanya Thomas sambil menatap ku dengan penuh goda dan melirik Rey.
Rey mengulurkan tangan di hadapan Thomas. "Rey,Calon suami nya Anindira"
"What the Fuck!! Ini rey".
"Bahasa lu bego anak gue disini dan Bini lu hamil janga ngomong sembarangan"sahut Abi yang semula diam.
"Whatt!!! Lu hamil Cal?" Seru ku terkejut kepada Calya. Dan di balas jitakan oleh Friska.
"Jangan teriak begoo Ada Ell itu. Nanti ditiru"
"sayang Bahasa nya nggak boleh gituu"
"Kanjeng Raja Abi sudah mulai bucin ya Tuhan" sahut Calya yang dibalas tatapan tajam dan penuh seringai dari Friska.
Yang dibahas hanya diam, Cuek bebek. Diam tak peduli. Seperti tak ada apapun yang menyangkut pautkan ya
Aku bisa melirik Rey yang sedang menggaruk kepalanya. Dia kelihatan bingung. Ya, Siapa juga yang tak bingung, melihat kelakuanku dan juga kedua temanku yang begitu aneh.