Film baru saja diputar sekitar sepuluh menit, tiba-tiba Nathan datang meminta untuk menukar tempat duduk denganku. Putri mengangguk padaku sebagai tanda kalau aku harus menyetujui permintaan dari Nathan. Ck, gangguin orang yang lagi nonton saja sih.
Jadi akhirnya dengan malas aku bangun dari tempat dudukku, dan pindah ke tempat duduk yang ada di sebelah kanan sandrina.
Ketika aku sudah duduk, aku baru sadar kalau ada Alex di sebelah kananku. Karena aku duduk disampingnya, kami jadi makin kelihatan seperti sepasang kekasih yang duduk berdampingan, karena warna baju kami yang sama. Tentu saja hanya warna yang sama karena merek jelas berbeda. Baju yang ku miliki harganya sangat murah, satu baju Alex bila dijual mungkin bisa membeli lima lusin baju seperti yang kupakai.
Ekspresi wajah Alex menunjukkan ketidak puasaannya melihat aku duduk disampingnya. Dia sempat mengatakan protesnya kepada Nathan tepat sebelum pindah. Seolah aku lah yang memaksa Nathan untuk pindah.
Ayolah memangnya aku suka duduk disampingmu, aku duduk disini juga karena terpaksa tau.
Meskipun kesal tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut kami, kami hanya duduk dan menatap layar film dalam diam. Aku sendiri tidak bisa menikmati menonton film dengan baik, karena aku sama sekali tidak merasa nyaman duduk disamping Alex.
Aku memakan popcorn ku untuk mengusir rasa kesalku. Ternyata popcorn yang dijual dibioskop rasanya sangat enak, pantas saja kalau harganya mahal. Tapi dengan uang sebanyak itu kami bisa membuat satu karung popcorn buatan sendiri.
Ketika aku lagi asik makan popcorn tiba-tiba gambar di layar berubah, dari gambar wanita yang sangat cantik jadi mahluk yang sangat menyeramkan. Jeritan para penonton terdengar seketika, karena terkejut aku nyaris menjatuhkan popcorn yang ada ditangan ku. Bukan terkejut karena kemunculan mahluk itu dilayar, tapi terkejut karena suara jeritan yang tiba-tiba.
Ku dengar suara tawa pelan dari sampingku, saat aku menoleh aku lihat Alex masih menonton film dengan ekspresi datarnya. Hanya ada Alex di sampingku, kalau bukan Alex lalu siapa yang tertawa? apa mungkin aku salah dengar?
Aku menoleh ke Sandrina yang tadi berteriak kencang, saat ini dia tengah sibuk menyembunyikan wajahnya ke dada Nathan, dan cowok itu terlihat senang saat Sandrina melakukan itu.
Pandanganku ku alihkan kepada orang-orang yang ada di depan. Daniel sepertinya tidak terlalu takut, sedangkan Stefan hanya sedikit menutupi wajahnya dengan tangan.
Violet dan Nadira saling berpelukan karena ketakutan, sementara Davide menutupi wajahnya dengan wadah popcorn, popcorn yang tadinya ada dalam wadah jatuh berserakan dibawah kursi bahkan masih ada yang menempel dirambut dan nyangkut pada pakaian.
Spontan aku tertawa melihat mereka yang seperti itu. Ternyata suara tawaku menarik perhatian Alex hingga membuat dia bertanya
"Apa yang kau tertawakan?"
"Itu, mereka...." kata-kataku terhenti seketika, karena saat aku menoleh mataku tidak sengaja bertemu dengan mata hitamnya Alex, jarak antara kami yang terlalu dekat membuatku merasa gugup.
Aku menurunkan tanganku yang tadi sedang menunjuk orang yang ada didepan, lalu aku juga mengalihkan pandanganku kelantai dan perlahan- lahan kembali ke film. Tiba-tiba saja suasananya jadi terasa canggung.
Kucoba untuk kembali memfokuskan perhatianku kepada film yang sedang diputar dan menyingkirkan perasaan yang lain.
Beberapa menit kemudian adegan film beralih pada kejadian berdarah. Ceritanya ada sebuah keluarga yang tinggal di sebuah rumah mewah tapi mereka dibunuh oleh mahluk mengerikan seperti zombie yang tiba-tiba saja muncul. Wanita didalam film itu jatuh terlentang dalam keadaan berdarah darah disekujur tubuhnya, begitu pun anak perempuan yang ada disampingnya.
Kejadiannya sama seperti kejadian yang muncul di dalam mimpiku. secara tiba-tiba dimataku adegan dimimpi muncul kembali, menggantikan adegan didalam film. Mendadak tubuhku terasa lemas seperti tanpa tenaga, tubuhku gemetar dan keringat dingin mengucur disekujur tubuhku.
Ketakutan menyelimuti hatiku, jantungku berdetak sangat cepat dan nafasku kacau tak beraturan. Di mataku gambar yang ada dalam mimpi tumpang tindih dengan gambar yang muncul pada layar, aku tak mampu lagi membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata.
Menyadari keanehan yang terjadi padaku Alex bertanya "Ada apa dengan mu? apa kau sedang sakit?" suaranya terdengar sangat cemas.
Bagaimana mungkin aku bisa menjawab, untuk bernafas saja aku sangat sulit.
Aku berfikir harus segera keluar dari tempat ini sebelum aku pingsan. Aku berdiri dari kursiku dengan susah payah perlahan-lahan, berharap sandrina tidak menyadari kepergianku. Baru beberapa langkah berjalan kakiku terasa lembut dan aku pun terjatuh, ku rasakan tangan yang kuat menangkapku sebelum aku membentur lantai.
"Aku akan membantumu" itu suara Alex
Pria itu memegangi pundakku dengan kuat dan membiarkan punggungku bersandar di lengannya. Pengawal yang berdiri di paling belakang membantu membuka kan pintu. Sebelum kami melangkah keluar dari ruangan, Alex sempat memberi instruksi kepada para pengawal untuk menjaga sandrina dengan baik.
"Sebaiknya kau ke rumah sakit" kata Alex sambil menyerahkan segelas teh camomile
"Tidak, tidak perlu" kataku, setelah bisa berbicara.
Aku meneguk teh hangat itu sekali lagi, setelah itu perlahan-lahan perasaanku menjadi lebih tenang.
"Aku akan merasa lebih baik setelah beristirahat sebentar"
Alex memperhatikan ku dalam diam selama beberapa menit, aku menyadari tatapannya tapi tak berani menoleh untuk melihatnya. Ku arahkan pandanganku pada segelas teh hangat ditangan sambil perlahan menata kembali hatiku.
"Kau takut pada film horor?"
"Tidak, aku tidak takut"
"Ku fikir juga begitu" kata Alex "Seorang gadis yang tidak takut pada para penculik, tidak mungkin takut pada film horor"
Apakah itu sebuah pujian? kenapa dia bilang begitu?, kurasa dia sedang meledekku.
"Kalau begitu apa yang terjadi padamu tadi?"
Aku terdiam, dan bingung. Tidak tahu apakah harus mengatakan nya atau tidak. Bagaimana kalau setelah aku menceritakannya Alex malah akan menganggapnya konyol? atau jangan-jangan dia hanya akan mentertawakan ku.
Tapi akhirnya aku putuskan untuk menceritakannya.
"Adegan di dalam film tadi sama dengan mimpi buruk yang sering datang menghantuiku, tiba-tiba saja aku jadi merasa takut"
"Apa kau punya trauma di masa lalu yang berkaitan dengan hal itu?" tanya Alex.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Lebih tepatnya aku sama sekali tidak ingat" jawabku.
"Mungkin kau bisa menanyakannya pada orang tuamu saat pulang nanti, siapa tahu mimpi burukmu itu akan menghilang setelah kau mengetahui penyebabnya"
Aku memendangi Alex selama beberapa saat, aku terkejut dia akan memberiku sebuah saran yang bagus alih-alih mentertawakan ku.
"Apa??" dia bertanya.
Aku menggeleng "Tidak" lalu aku tersenyum "Hanya tidak menyangka aku akan mendapatkan saran dari seseorang yang pernah ingin memasukkan ku ke penjara bawah tanah".
Alex berkedip dan terdiam sesaat, tapi kemudian dia tertawa pelan tiga kali.
Suara tawa ini, aku yakin ini adalah suara tawa yang tadi ku dengar didalam.
Melihat dia tertawa aku jadi ingin ikut tertawa juga. Kurasa benar kata orang, kalau tertawa itu menular.