Chereads / ASTREA / Chapter 25 - malu

Chapter 25 - malu

Tidak pernah menyangka kalau aku akan bisa duduk dan mengobrol dengan Alex sesantai ini. Aku tidak menduga ternyata Alex adalah teman mengobrol yang baik, rasanya seperti mendapat teman baru. Mungkin aku sudah salah paham padanya selama ini.

Dulu sebelum aku mengenalnya dengan baik, jangankan mau mengobrol ketemu saja malas. Sebisa mungkin kami menghindar satu sama lain. Kalau pun tak sengaja bertemu, kami juga akan saling mengacuhkan, seolah orang yang ada didepan kami itu transparan.

Kalau bukan karena putri Sandrina, kami tidak akan pernah melakukan kontak apapun.

Setelah menghabiskan teh camomile aku tidak kembali kedalam. Aku sudah merasa jauh lebih baik sih, tapi aku takut hal yang serupa akan terjadi lagi padaku, jadi kuputuskan untuk tetap diluar sambil menghabiskan makanan yang baru saja ku beli.

Alex juga tidak kembali. Sedangkan alasan Alex tidak lagi masuk kedalam, karena katanya dia merasa bosan dengan jalan cerita film tersebut. Sepertinya dia lebih suka film Action dari pada horor.

Tapi entah mengapa aku merasa kalau Alex berada disini adalah untuk menjagaku.

Mungkin saja aku terlalu banyak berfikir atau terlalu percaya diri, tapi sejak dia membantuku keluar hingga sekarang Alex tidak pernah pergi jauh dari sampingku. Di kursi Alex sibuk bermain dengan ponselnya tapi sesekali dia akan melirikku dan mengajakku ngobrol.

Bersamanya waktu berlalu tanpa terasa. Satu jam kemudian film horor selesai diputar, dan orang -orang didalam ruangan keluar.

Melihatku sedang duduk diluar Sandrina datang menghampiriku, disusul dengan Nathan dan yang lainnya. Tampaknya dia penasaran karena aku ada disini alih-alih menonton film, tapi kurasa dia tidak menyadari kepergianku sampai akhir film karena dia sedang asik menempel pada Nathan.

"Kenapa kau ada disini, tidak menonton film? apa kau tidak suka film horor?" tanya putri.

Baru tanya sekarang? bukankah dari awal ide menonton film horor adalah ide mu?, kau tidak pernah bertanya apa film yang aku suka. Yah aku merasa maklum, orang yang sedang kasmaran terkadang memang kurang peka terhadap sekitarnya. Aku baru tahu alasan kenapa dia ingin nonton film horor meskipun dirinya sebenarnya takut, apa lagi kalau bukan supaya dia bisa lebih dekat dengan Nathan.

"Aku cuma sedang lapar" kataku sambil mengangkat kue yang tadi kubeli. Sebenarnya itu hanya salah satu dari tiga kue yang sudah kuhabiskan sebelumnya, entah mengapa setelah ketakutan aku malah jadi kelaparan.

"Aku juga lapar.. " kata Violet.

"Bagaimana kalau kita pergi makan dulu, kami juga sudah lapar" kata David sambil menepuk perutnya.

"Kalian sudah keluar, apa filmnya sudah selesai?" kata Alex yang baru kembali dari toilet.

Sandrina agak terkejut melihat Alex juga muncul diluar. "Kenapa kau juga ada diluar, tidak menonton film?"

"Memangnya siapa yang bilang aku suka nonton film horor, itu membosankan. Lagi pula nonton film horor itu hanya ide seseorang yang punya maksud lain"

Muka putri Sandrina memerah mendengar kata-kata Alex, dia bahkan tidak sanggup mengangkat wajahnya karena malu.

Kata-kata Alex terkadang memang terlalu tepat sasaran. Aku jadi merasa kasihan pada Sandrina, tapi aku juga merasa situasi saat ini benar-benar lucu.

"Makan yuk... ,lapar nih" kata Nadira menyelamatkan suasana.

"Yuk, yuk makan, kudengar dilantai dua ada restoran yang makanannya enak"

Semua orang lalu berjalan kelantai dua, dan aku juga mengikuti. Setelah makan kue aku masih belum merasa kenyang, ku rasa aku masih bisa makan satu dua porsi lagi.

Violet dan Nadira yang berjalan didepan datang dan menghampiriku, lalu tiba-tiba saja mereka memegang tanganku seolah mereka takut aku akan tersesat, seperti seorang kakak yang sedang menggandeng adiknya.

Tak bisakah kalian bisa melepaskan tanganku?

Tiba-tiba saja aku jadi merasa seperti anak bayi, kan malu.

Sepertinya mereka tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang, karena sambil berjalan bergandengan tangan mereka terus berbicara padaku.

"Aku tidak menyangka film nya akan semenyeramkan itu, aku sampai ketakutan menontonnya"

"Iya benar, tapi ceritanya memang bagus. Katanya film ini sedang terkenal sekali loh"

Lantai dua gedung ini dikhususkan untuk restoran dan aneka kedai makanan. Hampir semua makanan dijual di lantai dua, mulai dari permen, es krim, keripik, sandwich hingga nasi. kau tidak perlu takut kelaparan, justru yang perlu ditakutkan adalah apakah uang mu cukup untuk membelinya atau tidak.

Kami sedang makan disalah satu restoran yang katanya menyajikan makanan yang paling lezat dilantai dua, sambil membahas apa yang akan kami lakukan setelah selesai makan.

Ada yang mengusulkan untuk menonton film lagi, tapi para cowok mengusulkan untuk bermain game di game center yang terletak dilantai empat gedung. Hampir semua orang setuju dengan usul itu, kecuali diriku.

Aku tidak mau ikut ke game center bersama mereka, aku belum pernah main game apa pun kecuali dari ponsel. Aku tidak mau mempermalukan diriku sendiri dihadapan mereka, mereka pasti akan mentertawakanku nanti.

"Kalau di lantai tiga ada apa?" tanyaku setelah mengunyah makananku.

"Kalau dilantai tiga ada toko buku dan toko pakaian" jawab Sandrina.

"Kalau begitu kalian saja yang main game, aku mau pergi kelantai tiga dulu" kataku.

"Ella apa kau mau membeli pakaian, kalau begitu aku ikut ya?" kata putri Sandrina bersemangat.

"Ah aku juga ikut" Nadira menyahut.

"Itu ide yang bagus, para cowok bermain game sedangkan kita para cewek pergi belanja" Violet juga ikut bersemangat sampai bertepuk tangan.

Um... sebenarnya aku cuma mau pergi ke toko buku. Tapi bagaimana caraku mengatakannya?

Akhirnya aku hanya bisa diam saja mendengar kesalah pahaman ini.