Setelah kenyang makan, akhirnya kami berpisah. Para cowok pergi kelantai empat untuk bermain game, sedangkan kami para cewek pergi ke lantai tiga untuk berbelanja. Tentu saja para pengawal juga pergi mengikuti kami berempat, karena fokus pengamanan ini adalah untuk putri Sandrina.
Ku putuskan untuk mengikuti mereka bertiga ke toko pakaian, mungkin mengikuti mereka memilih pakaian akan menyenangkan, ku rasa aku bisa belajar satu dua hal dari mereka tentang fashion.
Saat ini koleksi pakaian dilemariku kebanyakan adalah kaus berwarna gelap, seperti hitam, coklat atau biru tua. Bahkan kakakku Rom-Rom sudah hafal dengan selera pakaianku, dia sering bertanya apa aku tidak pernah ingin mencoba warna yang lain? seperti pink misalnya, tapi aku menjawab kalau warna-warna cerah tidak cocok untukku, jadi aku tidak pernah membelinya.
Setelah menemani mereka belanja aku mungkin bisa mampir ke toko buku sebentar sebelum pulang, ada novel baru yang ingin ku beli disana. Menurut berita ditelevisi buku ini adalah buku best seller saat ini, karena itu aku jadi penasaran dengan isinya.
Ada banyak toko pakaian dilantai ini, tapi entah kenapa ketiga temanku langsung menuju ke sebuah toko yang tercetak nama Toko Noel didepannya. Mungkin ini adalah toko langganan para bangsawan.
Begitu kami memasuki toko, dua wanita cantik yang menjaga toko menyapa kami dengan ramah. Ekspresi mereka berdua tiba-tiba berubah ketika melihat beberapa pengawal yang mengikuti kami. Yah.. aku bisa mengerti perasaan mereka, aku pun pasti akan ketakutan apabila didatangi rombongan pria berbadan kekar saat sedang menjaga toko, mungkin mereka juga takut kalau kami ini adalah gerombolan perampok atau para putri bangsawan yang suka mengacau.
Kepada para pengawal aku mengatakan agar sebaiknya mereka menunggu di depan toko saja, kurasa cukup dengan aku saja disini. Para pria kekar itu berdiskusi sebentar tentang permintaanku, akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim salah satu dari mereka untuk mengikuti kami kedalam, dan aku menyetujuinya. Yah ini lebih baik dari pada semua orang masuk, lagi pula pasti tidak nyaman rasanya berbelanja diikuti orang-orang dengan wajah preman.
Orang yang dikirim itu bernama Gerald, tidak seperti yang lain perawakannya tidak terlalu tinggi dan juga tubuhnya tidak terlalu besar. Warna kulitnya sedikit coklat dan juga wajahnya sedikit manis terutama saat dia sedang tersenyum. Sifatnya sangat ramah dan sering mengajakku berbicara selama kami menunggu para putri berbelanja.
"Aku dengar Nona Elliana ini adalah anak perempuan Tuan Henry, apakah benar?" tanya Gerald.
"Benar" jawabku "Tuan Gerald mengenal Ayahku?"
Mendengar jawabanku ekspresi tuan Gerald tampak cerah. "Tentu saja. Kurasa tak ada satu pun yang tidak mengenal Tuan Henry, beliau sangat terkenal terutama diantara para pengawal"
Tuan Gerald batuk ringan dengan wajah yang agak merah "Ekhem sebenarnya Tuan Henry adalah panutanku, aku sangat mengidolakan dia"
Wow apa ini, sungguh tidak ku sangka akan bertemu dengan fans berat ayahku disini, ternyata ayah populer juga rupanya. Sebagai anaknya aku jadi merasa bangga.
"Ayahku pasti senang mendengar..."
Belum sempat aku menyelesaikan omonganku, Sandrina tiba-tiba datang dan menarik tanganku, dia membawaku ke deretan gaun cantik yang digantung.
"Sedang apa kau disini? kami membawamu kesini untuk berbelanja bukan untuk mengobrol"
"Kamu dari mana saja sih Ella?, dari tadi kami mencarimu" kata Violet sambil melemparkan sebuah gaun kuning padaku "Ambil ini, dan cobalah dikamar ganti sekarang"
Aku berjalan kekamar ganti dengan bingung. Apa apaan sih, kenapa jadi aku yang disuruh mencoba?bukannya kalau orang belanja itu biasanya mereka sendiri yang akan mencobanya, agar bisa tahu baju itu pas atau tidak ditubuh mereka?. Dalam keadaan bingung aku mencoba gaun kuning selutut itu.
Setelah selesai aku segera keluar dari ruang ganti. Di sofa ketiga gadis itu sedang menunggu untuk menilai pakaian yang kukenakan, begitu melihatku keluar mereka segera bereaksi.
"Sudah ku duga itu akan terlihat bagus dipakai" kata Sandrina kepada dua gadis disampingnya. Dengan tangan didagu Violet mengangguk menanggapinya, sementara Nadira berdiri dan menyerahkan gaun yang berwarna biru laut untuk aku coba.
Tidak bisa kah kalian sendiri yang mencobanya?? tapi belum sempat aku berbicara Nadira sudah mendorongku kembali ke kamar ganti.
Apa seperti ini cara anak orang kaya berbelanja? mereka tidak mencobanya sendiri melainkan menggunakan orang lain?, mungkinkah ini alasannya mereka selalu membawa pelayan setiap kali berbelanja, untuk digunakan sebagai boneka manekin. Dan kebetulan saat ini aku lah boneka itu.
Gaun biru laut yang kupakai sedikit lebih panjang dari yang pertama, dan ada renda yang menghiasi dibagian bawahnya, terlihat sangat manis. Ku pandangi diriku sendiri dicermin, tidak ku sangka sepertinya aku terlihat bagus dengan pakaian ini.
Sama seperti sebelumnya aku keluar untuk memperlihatkan gaun yang kupakai. Begitu melihatku senyum ketiga orang itu mengembang sangat tinggi, Nadira bahkan sampai melompat dan bertepuk tangan saking senangnya.
"Cantik sekali ya kan..."
Setelah membuat mereka bahagia kukira mereka akan berhenti, tapi malah semakin banyak yang harus aku coba dan menunjukkannya pada mereka. Bukan hanya gaun tapi juga rok, topi, syal, kaca mata dan juga banyak aksesoris yang lain.
Kenapa aku merasa seperti mereka sedang bermain rumah-rumahan, dan aku sebagai bonekanya yang sedang mereka dandani. Sudah tak terhitung banyaknya benda yang harus kucoba.
Aku sudah lelah, karena tak tahan aku lumpuh disofa, sambil mengenakan baju merah terakhir yang harus aku coba. Aku tak perduli meskipun mereka akan marah, tapi aku sudah tak mau mencoba baju-baju itu lagi.
Violet menautkan kedua tangan di bawah janggutnya sambil tersenyum dia berseru
"Wow Ella, kamu terlihat sexy"
"Itu benar" kata putri
"Iya benar"
Masih lumpuh di sofa aku menjawab "Jangan bicara omong kosong, tidak mungkin aku terlihat bagus dengan warna-warna cerah seperti itu"
"Siapa bilang?" kata putri sambil duduk di sebelahku "Sebenarnya kamu itu cocok mengenakan semua jenis warna"
"Iya benar, apa lagi dengan postur tubuhmu yang seperti model itu, cocok mengenakan baju dengan gaya apa pun" Nadira menambahkan, sambil duduk di sebelah kiriku.
"Aku jadi heran, dengan tubuh yang diberkahi itu kenapa kau suka memakai baju yang membosankan begitu?"
Aku terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan dari Violet. Selama ini aku tidak pernah merasa percaya diri dengan warna-warna cerah, aku takut terlihat norak, aku sering berfikir kalau aku seperti badut yang ada disirkus bila memakainya.