Chereads / Story Kalea&Ryuga / Chapter 8 - Perjanjian

Chapter 8 - Perjanjian

Hidup ini tak selamanya akan seperti rencanamu. Kadang bisa berjalan melampaui batasanmu.

"Kita jalan pelan-pelan ya?" setelah lama dalam keheningan. Pak Ryuga kembali menjalankan mobilnya.

"Kata Bapak sendiri, Bapak akan dukung saya juga cita-cita saya." ucapku tanpa memandang dia sama sekali.

"Itu benar, Lalu?"

"Saya engga bisa kalau harus memenuhi tanggung jawab—" bibirku kelu sekali. Ini kenapa ya, tiba-tiba jadi dramatisir kayak gini?

"Pernikahan kita memang tidak sah secara hukum, tapi saya seperti memiliki sebuah tanggung jawab untuk mengurus kamu. Saya engga akan ngekang kamu, mau kamu berjalan bersama laki-laki lain atau berpacaran juga boleh. Tapi ingat, semua ada batasannya. Jangan sampai kamu melukai kepercayaan yang sudah saya taruh. Juga masalah tanggung jawab," Pak Ryuga berhenti sejenak."Tanggung jawab kamu hanya tentang jasmani saya. Seperti memasak dan lainnya, dan lainnya adalah saya akan menambahkan kelas tambahan disetiap minggunya. Setelah kamu lulus SMA, baru kita memutuskan hubungan ini akan seperti apa."

Siapa yang naruh bawang ditengah-tengah woy!!

Cukup hening sesaat. Karena penuturan Pak Ryuga sendiri sudah jelas ditelingaku. Rasanya semua beban dipundakku sudah terangkat, ahay. Kok bisa sih ada manusia se-dewasa ini? Pantesan satu sekolah nge-fans banget sama dia. Ternyata orang kek gini? Kalau tau dari dulu udah aku bungkus dari lama deh.

"Oh yah, minggu kita ketemu orang tua kamu."

"Mau apa?"

"Kamu ini masih putri papah, saya mana bisa bikin manusia langsung segede gini buat jadi istri." tambah Pak Ryuga dengan kekehan kecilnya.

"Bukan gitu, tapi dalam acara apa?"

"Cuman perkenalan singkat sih, keberatan yah?" aku menggeleng pelan. Lagian aku sendiri sudah menerimanya, engga mungkin mamah tidak bisa menerimanya. Nenek dan kakek saja terima.

"Kayaknya saya kangen sama nenek dan kakek deh, tapi kalo Bapak mau ketemu mereka. Pergi aja, saya engga keberatan kok."

"Yasudah." putusnya dengan tambahan senyum kecil.

***

Kapan tau saat seseorang itu menusuk dari belakang. Seusai membersihkan diri aku menulis banyak poin dalam satu kertas. Perjanjian diatas kertas ini mungkin banyak yang menguntungkan pihak kedua. Yaitu aku, tapi beberapa keuntungan juga sangat gud job! Buat pihak kesatu.

"Pak, bapak bisa tanda tangan disini. Perjanjian yang tadi, supaya lebih beneran gitu." Pak Ryuga melihat sekilas. Ternyata ia sedang main laptop, pas aku lihat ternyata profile siswa-siswa angkatanku. Pantesan dia mau nambah kelas tambahan. Soalnya dia tahu nilaiku banyak yang anjlok juga.

"Sudah, Kal. Kalo butuh sesuatu tinggal bilang aja. Oh ya," Pak Ryuga berhenti namun ia menuju ke kamarnya yang diatas.

"Ini kartu buat kamu, setiap bulan akan terisi. Tolong gunakan sebaik-baiknya ya." aku menerimanya. Engga pernah aku pegang kartu kayak gini.

"Baik, Pak. Makasih banget sebelumnya." ucapku lalu mendapat senyuman dari Pak Ryuga.

"Nilaimu banyak yang anjlok, besok kamu harus ikut kelas tambahan."

"Jadi Bapak, yang rekap semua nilai siswa?"

Pak Ryuga langsung menggeleng. Loh?

"Saya yang minta,"

"Bakal curiga engga sih?"

"Ya engga lah, saya diminta buat pilih salah satu siswa yang mempunyai kemampuan. Ya saya pilih kamu lah, untung banget kan tinggal serumah ini."

Ya ampun senyum Pak Ryuga ini bikin meleleh hati tau engga. Kalea engga kuat cuman jadi pemandang doang. Kok bisa sih, Pak Ryuga bisa tau aku? Aku kan cuman keripik rempahan dari seribu siswa di sekolah itu. Kok bisa Pak Ryuga mandang aku berbeda gitu. Uh, jadi baper neneng tuh.

Pak Ryuga yang sedang menatap Laptop khusyuk tiba-tiba kaget saat pintu rumah terketuk. Itu siapa?

"Kamu masuk kamar, Kal." ucap Pak Ryuga pelan padaku.

Aku hanya mengangguk dan langsung bergegas kesana. Tapi sepertinya seseorang itu melihat bayanganku.

"Itu siapa, Yug?" suaranya tampak seperti kukenal.

"Oh itu saudara yang nginep disini." jawab Pak Ryuga. Aku bisa mendengarnya karena menguping dipintu.

"Tapi kok kayak yang ketakutan gitu liat aku, pemalu yah orangnya?"

"Ah iyah, ayo duduk Sin." oh Bu Sintia. Ngapain malem-malem kesini coba? Hem, kalo ada dikampung tuh udah dinikahin manten deh dia. Eits jangan Pak Ryuga kan milik aku.

"Kamu lagi rekap nilai siapa, Yug?"

"Biasa nilai siswa yang berprestasi gitu." terdengar Pak Ryuga terkekeh kecil.

"Coba aku liat,"

"Oh Kalea? Nilainya menurutku biasa aja, Yug."

Biasa katanya? Hem udah aku gibeng dia dari tadi. Tapi masalahnya aku masih sekolah sih.

Dia engga tau apa, kalo aku sebenarnya pinter. Cuman ketutupan sih, biasa otaknya suka beku gitu.

"Tapi kita bisa lihat potensi dia dari kecil," merdu banget suaranya.

"Kamu suka sama dia?" apa? Pak Ryuga suka sama aku? Aku pikir juga gitu sih.

Aku tak mendengar apapun setelah itu. Cukup hening sesaat, namun tenggorokanku tiba-tiba kering.

"Emangnya cocok ya? Guru suka sama muridnya?"

Aku meluruh ditempat. Rasanya penuturan kata-kata yang diucapkan oleh Pak Ryuga menusuk benar diulu hatiku. Maknanya apa untuk ini? Apa yang sebenarnya tengah ia coba untuk mengikatku? Apa ini sebuah permainan? Kalo emang ia, maka aku tak akan kalah. Dengar Pak Ryuga, sampai kapanpun aku engga akan suka sama you.

"Iya sih, yaudah ah aku pulang dulu. Cuman mau nganter, masakan ibuku ini." Ryuga melihat kearah lantang Sintia. Lalu melemparkan senyum khasnya. Namun, Ia masih bimbang kata-katanya barusan apakah bisa didengar oleh Kalea?

***

Pagi sekali aku terbangun dari tidurku. Aku tak tau kapan dan jam berapa Bu Sintia keluar dari rumah Pak Ryuga. Karena setelah mendengar bahwa Pak Ryuga tak mencintaiku sebelum aku menembaknya pun. Aku langsung tidur dan tak ingat apa-apa lagi. Bahkan sampai sekarang, tenggorokanku sakit. Karena semalaman suntuk aku tidak minum-minum.

Hari ini adalah hari sabtu. Sekolah memang libur karena Full-day. Dan apa yang akan aku lakukan seharian bersama Pak Ryuga?

"Kamu tidak papa, Kalea?" tanganku mengambang diudara. Aku sedang menuangkan air kedalam gelas.

"Saya baik kok Pak,"

"Kenapa kamu pakai baju olaharaga sekolah?"

Malah nanya lagi. Aku hanya membawa pakaian satu set. Karena tidak ada lagi yasudah aku pakai seragam saja. Dari pada baju pramuka yang kupakai.

"Baju yang saya bawa cuman satu, terus sisanya seragam." ucapku tanpa berbalik.

"Kamu siap-siap, saya panaskan dulu mobilnya." Pak Ryuga lalu hilang entah kemana. Aku harus pake baju apa dong!

10 menit aku keluar dari kamar. Untungnya otak ini sedang encer. Jadi aku memakai atasan jaket dan kebawahnya adalah rok span Pramuka. Kalea pinter banget ya allah.

"Kita mau kemana, Pak?"

"Ke Mall," ucapnya singkat. Mobil telah keluar komplek perumahan. Hatiku masih bimbang sih, gimana kalo ada orang dikenal yang tidak sengaja melihatku dan Pak Ryuga berduaan?

Tapi positif thingking aja dulu. Ini dunia kan luas banget tuh, engga kaya sinetron di Sctv. Yang secara tak sengaja ketemuan dipusat belanja atau yang lainnya.

Kami akhirnya sampai diparkiran. Aku memang sengaja menggunakan masker. Ya, hati-hati kalo nanti ketemu sama kenalan Pak Ryuga kan mereka engga akan tau wajahku.

"Kamu tinggal pilih, Kal. Saya tunggu disini,"

"Loh, Bapak engga akan belanja? Biar saya yang pilihin yah." aku mulai mencari pakaian-pakaian untuk laki-laki. Lalu aku melihat kemeja berwarna merah maroon yang gelap. Itu sangat cantik, aku suka dan sepertinya cocok untuk Pak Ryuga.

"Ini Pak, kayaknya—" sesosok wanita berjalan kearah kami. Aku langsung menyerahkan bajunya dan berbalik dengan cepat.

"Ryuga?" itu suara Bu Sintia.

"Eh, Sin hay." salam macam apaan tuh?

"Kamu lagi apa?"

"Biasa lagi milih baju," hatiku sesak banget yak. Kenapa sih, dia ini selalu nongol ditengah-tengah aktifitasku bersama Pak Ryuga? Jangan-jangan dia ini titisan kunti lagi. Gentayangan dimana-mana.

Aku langsung melangkah maju dan pergi dari sana. Tujuanku kesini kan untuk belanja pakaian. Jadi robek deh  gara-gara tuh orang. Lalu langkahku tak seimbanh gara-gara seseorang menubrukku dari belakang.

"Eh, eh eh—" dengan sigap satu tangan menahan agar tubuhku tak terhunyung kebelakang.

"Eh maaf, engga sengaja."

"Engga papa," ucapku sambil merapikan baju. Saat aku akan pergi

"Tunggu, kayaknya kita pernah ketemu deh." ucapnya tertahan.

"Gue Sandy dari kelas X Mipa 6, Lo sekolah juga di SMA Bandung kan?"

"Iya, ahay Sandy. Mungkin kita pernah ketemu tapi Gue engga kenal."

"Lo temennya, Zidan kan?"

Aku mengangguk membenarkan.

"Gue Kalea, lo tau lah kelas Zidan apa. Gue sekelas sama dia." tutur kataku. Dia mengangguk.

"Lo lagi ngapain di Mall sendirian?"

Lah ni anak nanya lagi, jawab apaan yak?

"Gue lagi beli baju nih, biasa biar OOTD gitu. Tapi karena engga punya temen akhirnya Gue sendiri aja."

"Mau Gue temenin?"

Aku tertawa hambar sedikit,"Kalo Lo sendiri? Ngapain jalan-jalan ke Mall sendirian lagi. Tapi kalo gabut ayo aja," ucapku langsung diangguki antusias oleh sandy. Akhirnya kami berdua berjalan kembali masuk ke fashion wanita. Gimana kalo ketemu Pak Ryuga nih? Gaswat banget!

.

.

.

Next yuuu