Chereads / Story Kalea&Ryuga / Chapter 12 - masalah baru

Chapter 12 - masalah baru

Aku menguap untuk terakhir kalinya. Karena sehabis pesta semalam. Kami baru pulang mungkin jam setengah duaan. Sampai membuka mata sepenuhnya. Aku baru tersadar, ini bukan kamarku!.

"Hah, apa aku dikamar nya? What!" Aku langsung menutup tubuhku. Walaupun pakaianku masih lengkap. Aku tak mengingat kemarin malam. Tapi aku ingat berjalan menaiki tangga dan.....ahhhhh!

"Yaallah maafin Kalea. Agresif banget sih Lo!" aku menimpuk kepalaku dengan bantal. Lalu turun dari ranjang. Suara air yang terjatuh, Pak Ryuga lagi mandi. Aku dengan sigap langsung keluar dari kamarnya. Dan menutup pinti sepelan mungkin agar tidak terdengar suara sedikit pun.

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku terus mengumpat diri sendiri dalam hati. Malu banget tau, aku engga mau sekolah ah. Malu liat Pak Ryuga. Apa kemarin aku tidur bareng dengannya?

Seperti apa tidurku? Aku kadang suka ngorok kalo cape! Yaampun aku kebo banget gusti. Aku terus memaki dalam hati dan langsung diam didalam mobil melewatkan sarapan. Dengan sengaja aku duduk dibelakang menutup wajahku menggunakan buku Kimia yang tebalnya 50 cm.

"Kenapa kamu tidak sarapan, Kal?" Pak Ryuga menatapku lewat depan pintu depan mobil.

"S-soalnya saya bawa bekel." Pak Ryuga langsung duduk dikemudi.

Setelah itu aku tidak banyak bicara seperti biasanya. Hanya sedikit menanggapi. Seperti Oh, iya, AHAHA, engga. Cukup sekian, mobil Pak Ryuga sudah terparkir manis diparkiran. Karena jam masih pagi, jadi tidak banyak orang. Aku langsung melesat pergi jauh melupakan adat menyalim tangannya. Soalnya paru-paruku membutuhkan oksigen. Kenapa lo engga nafas sih bege?

Aku langsung menangkupkan kepalaku diantara tangan diatas meja. Menyampir kekiri, melihat sekitar. Aku baru sadar tak ada orang sama sekali disana. Takut! Bodo deh malu gue!

Lalu seseorang datang. Dia Ridwan, tumben dia berangkat pagi-pagi?

"Kal!"

"Iya?"

Ridwan lalu menggeser dudukku. Kenapa dia sedekat ini coba? Hello, aku sudah move on dari kamu ya. Soalnya kamu playboy cap kadal.

"Kemana aja?"

"Gue disini, malah nanya lagi. Engga liat apa?"

"Lo kayak ngejauh tau. Gue kangen,"

Aku langsung menatapnya. Engga salah denger?

"Yang bener?" aku menggodanya. Dia keliatan lusuh, dan lelah.

"Iya! Suerr kangen godain lo. Lo makin gendut deh," aku langsung menonjoknya dengan bibir yang cemberut."Tapi cantik." lanjutnya disela membisik sambil meringis kesakitan. Aku jadi diam lagi, sembari menutupi senyum. Ishh.

"Pasti ada maunya Lo!"

"Iya, pinjem hape dong!"

Nah,kan sia-sia deh neng.

"Pergi lo! Awas kalo kesini lagi. Temen yang datang kalo cuman ada maunya doang."

"Kan gue juga pernah bilang. Kalo lo butuh penyemangat, gue siap kok jadi penyemangat lo!"

"Engga percaya gue. Mulut buaya kaya Lo tuh cuman sebagai pemanis diawal doang. Jauh-jauh dari Gue, hus hush!" Aku mendorongnya agar keluar dari mejaku.

"Kalea kok jadi galak gini sih?"

"Iya gue galak, makanya sana. Sama Adel tuh yang lemah lembut juga pinter!" Ridwan tak lagi melawan. Dia langsung duduk ditempatnya. Malas sekali kalo harus berurusan bareng Ridwan. Sekalinya gue butuh tironan dia malah pura-pura bego lagi. Iya sih,Ridwan emang bego apalagi kalo ditanya suka telmi. Tapi ngeselin tau, ada butuhnya doang.

****

Sehabis pelajaran selesai. Aku bersama Dania pergi ke kantin. Ocehan Tasya dan Kasyifa sampai terdengar ke meja Dania dan aku.

"Lagi ngomongin apaan sih Lo? Berisik amat kayak ayan bertelor." Dania bertanya pada Tasya.

"Lo engga denger? Berita soal Pak Ryuga yang mengencani anak muridnya?"

Aku mematung seketika. Tenggorokanku tercekat, aku langsung meneguk jus didepanku.

Dania lalu pindah meja."Masa sih?"

"Iya, beritanya ada dikelas dua belas sih. Katanya biasanya mereka berangkat pagi dan pulang juga bareng. Dan rencananya kali ini mereka bakal menguntitnya. Lo ikutan?"

Dania menggeleng lalu ke mejaku lagi. "Kal, Lo mau ikutan kagak? Gue mah ogah ah."

Kalo sampe aku ikutan mungkin dia yang nyebarin ini juga tau mukaku dong. Gawat, aku harus bilang Pak Ryuga soal ini.

"Hah? Gue mah, engga suka beginian. Habis ini soalnga mau pulang."

"Loh loh loh, ternyata dia nih Kal." Dania memperlihatkan ponselnya.

Sebuah poto yang menampilkan sebuah acara. Itu pesta keluarga Pak Ryuga. Poto itu ketika aku menghampiri Pak Ryuga dan dokter Risfan. Siapa yang bisa jadi paparazi sih?

"Iya, seumuran kayak kita yah."

"Wah, Lo kok bisa tau? Lo penggemarnya juga yah?" Aku melotot lalu tersenyum mengiyakan.

Duh, aku kalo aku sendiri juga sadar. Pasti semua orang juga sebentar lagi bakal sadar kalo itu aku. Ini gimana yaallah?

Aku langsung berdiri dan pamit pada Dania untuk pulang lebih dulu. Aku harus menelfon Pak Ryuga agar tidak menungguku kali ini. Aku harus pulang saat ini juga.

"Kalea?"

Aku berbalik dan mendapati Sandy."Sandy, ada apa?"

"Lo kok buru-buru banget sih, mau kemana?" Sandy menahan tanganku.

"Gue harus pulang San, nenek Gue nanyain Gue." alibiku.

"Gue anterin yah?" aku mencoba menolak dengan menggeleng.

"Engga perlu, gue bisa pake ojek. Jangan terlalu baik San."

"Ada yang baik kok dilarang sih. Mending bareng Gue sekalian kita konfoi kerumahnya Pak Ryuga juga. Tentang kontroversial hubungan Pak Ryuga."

Nafasku lalu tercekat. Mereka bisa sampai kerumah? Untungnya aku mendengarkan Sandy lebih dulu. Karena kalo tidak pasti semunya akan kebongkar.

"Engga bisa, gue mau pulang dulu. Kasian nenek khawatir sama gue, gue duluan ya San." aku melepas pegangan Sandy. Dan langsung berlari.

***

Setiba aku dirumah. Nenek langsung bertanya dan mengkhawatirkan keadaanku. Aku bilang saja kalo aku tidak apa-apa.

Tapi tak lama kemudian. Pak Ryuga tiba-tiba saja muncul dari arah dapur.

"Loh, bapak kesini?"

"Iya Kal, karena felling kamu juga kesini."

"Lea bantuin nenek masak atuh, hayu." aku langsung beranjak dan mengikuti nenek ke dapur. Oh iya, semalam aku bermimpi lagi tentang kejadian itu. Tapi masih menjadi sebuah teka-teki.

Aku mengupas bawang lalu mengirisnya tipis-tipis. Ditengah keasikan aktivitas memasak. Mulutku rasanya sudah gatal semenjak tadi.

"Ehm, Nek boleh Lea tanya sesuatu engga?"

"Nanya naon atuh?"

Aku memasukkan bawang yang sudah diiris tadi kedalam katel. "Lea pernah kecelakaan engga nek?" siapa tau nenek pernah menjengukku kali itu. Atau dia tau sesuatu perihal kejadian itu.

"Pernah."

"Kapan? Dimana? Apa sama Kania juga?"

Nenek menggeleng lalu mengangkat bahunya."Nenek cuman dikasih tau lewat telpon. Katanya sih kamu sama Kania kecelakaan udah gitu."

"Gitu doang?" tanyaku tak percaya.

Nenek mengangguk sekali lagi.

"Buat apa kamu nanya begituan?"

Supaya Kalea tau, penyebab yang sebenarnya kenapa Kalea hilang ingatan. Juga kenapa Kalea harus dipindahkan dan tinggal bareng kakek dan nenek.

"Kalo si pelaku penyebab Kalea kecelakaan nenek tau engga?"

"Kamu tuh korban tabrak lari. Terus Kania juga ditemukan pingsan disana."

"Kania pingsan?"

***

Aku harus tau semua kebenarannya sekarang juga. Karena bagaimana pun seseorang yang benar-benar salah harus dihukum untuk itu. Aku meminta Pak Ryuga untuk mengantarku ke bandung kota. Lebih tepatnya kerumah kedua orang tuaku.

Hari ini bandung dilanda hujan lebat. Beberapa titisan hujan mengenai kaca jendela mobil Pak Ryuga. Perasaanku bercampur aduk. Perasaan seperti gelisah dan takut akan sesuatu. Aku masih ingat papah selalu bersikap dingin apabila dekat denganku. Padahal aku sendiri tak tau salah apa.

Mobil kami berhenti tepat dipekarangan rumah besar itu.

"Jangan terbawa emosi, bisa dibicarakan baik-baik."

"Kata siapa mau marah-marah?" aku membuka pintu mobil dan berjalan perlahan memasuki rumah itu. Ketukan pertama masih tidak ada yang menanggapinya.

"Mereka kemana sih? Kita balik lagi aja yuk, Pak." usulku lalu ditepis segera oleh Pak Ryuga.

Krek.. Pintu terbuka perlahan. Menampilkan seorang gadis berambut panjang sebahu.

"Kak Kal?"

"Kania, mamah ada?"

Aku dan Pak Ryuga langsung masuk kedalam rumah. Kania sedang sendiri dirumah. Karena mamah dan papah sedang pergi katanya.

"Kenapa Pak Ryuga ikutan datang?"

"Dia suami gue." ucapku pelan.

"Ha-?" aku tak menggubrisnya. Dan langsung pergi ke kamar lamaku. Banyak hal yang berubah, terutama letak benda-bendanya. Niat sekali mereka merombak semua barang-barangku.

"Kan, Lo liat semua buku-buku gue engga?"

"Bukannya buku kakak semua udah pindah kerumah nenek?"

"Tolol, buku gue waktu SD. Kemana semua barang yang lain?"

"Kayaknya sama papah di ke gudangin deh kak."

Aku langsung berjalan ke gudang. Melewati ruang tamu, dan Pak Ryuga sedang duduk sendirian. Ayo harus fokus kepada tujuan utama.

Kardus pertama adalah tumpukan catatan waktu SD. Aku memisahkannya, lalu menemukan satu lagi termasuk barang hapeku waktu dulu. Aku juga tak ingat kenapa hapeku rusak. Aku langsung membawa dua kardus itu ke ruang tamu.

"Kebetulan engga ada orang dirumah. Kita pulang sekarang yu, Pak."

"Kakak mau kemana lagi?" Kania bersuara.

"Gue harus balik lagi. Lo jagain rumah sampai mamah dan papah pulang. Jangan kasih tau mereka gue kesini."

Meski aku tau Pak Ryuga menolak. Tapi dia tidak menentang, dan mengikutiku sampai mobil. Hari itu kami pulang bersama memori kelam masa kecil. Juga supaya ingatanku kembali. Bagaimana rasanya kalian hidup tanpa kenangan masa kecil? Seperti kehilangan jati diri sendiri. Iya, seperti diriku.

.

.

.

.nxt

Jangan lupa vote dan komen.