Chereads / Triangle! ( Trio Cynical Women) / Chapter 30 - Kamar baru di Paris

Chapter 30 - Kamar baru di Paris

Luysa!

Pukul 08.00 Waktu Paris, kalau Jakarta sekarang pukul 13.00 WIB, memiliki rentang waktu 5 jam alias Indonesia lebih cepat 5 jam dari Paris.

Sembari menunggu jemputan, aku mengaktifkan ponselku.

Dan karena kartuku tidak bisa digunakan di negara orang (asing), maka aku hanya bisa mengirimi pesan lewat DM Instagram ke Stella dan Niken, kebetulan di Bandara disediakan Free Wifi. Jadi aku bebas mengaktifkan Ponselku tanpa kartu.

Aku ingin secepatnya berkabar kalau aku baru saja sampai Paris.

Setelah DM ku sukses, aku tidak menunggu mereka segera membalasnya karena aku tahu, jam segini Niken pasti sedang sibuk-sibuknya, bahkan ponselnya pasti di pegang asisten.

Dan Stella, ketika bersama Nathan, dia tidak akan bebas memainkan ponsel. Tahu sendiri Galih Super Posesif!

Dan sebelum memasukkan ponselku kedalam tas, aku menyempatkan diri memotret pintu kedatangan, lalu ku posting di Instagramku.

dengan ku bubuhi Caption " I Wish, We Are Here!"

" Itu Abangmu!" ucap Mamy, dan aku spontan mengangkat pandangan ke arah bang Regar.

Aku tersenyum padanya sembari menyelipkan begitu saja ponselku di dalam laci tas.

Mam and Dad memeluknya lebih dulu, dan aku menunggu giliran.

Tidak sampai lima menit bang Regar melepas pelukannya lalu berjalan mendekat ke arahku.

Ia memelukku erat sembari mengacak pucuk rambutku " Wajah adikku kenapa muram sekali?" tanyanya seiring melepas pelukan dan berdri di sisi kananku.

Aku tersenyum " Lupa bawa skincare bang!" candaku.

Bang Regar Malah geleng-geleng kepala, sadar aku sedang bercanda " Dasar perempuan!" semprotnya dan sekali lagi mengacak rambutku, seperti kebiasaannya tiap bertemu denganku.

Selang bercanda kami memutuskan untuk segera meninggalkan bandara.

Dan hari ini untuk pertama kalinya kami di jemput oleh bang Regar di Bandara, katanya hari ini dia libur kuliah.

Jadi dia bisa menghabiskan seharian waktunya di Flat bersama kami.

Entahlah itu benar atau cuma alasan Bang Regar aja!

Selama di perjalanan aku tidak banyak bicara, hanya sesekali jika bang Regar iseng menanyakan hal-hal lucu.

Sementara bang Regar yang juga menyetir masih sempat-sempatnya mengajak Mam and Dady bercerita. Tanya-tanya seputar Perusahaan Dady di Indo, dan masih banyak lagi.

Aku hanya menatap jauh keluar, meski ini bukan pertama kalinya, namun aku selalu saja takjub ketika menyaksikan betapa megahnya bangunan-bangunan kokoh sepanjag jalan di Kota Ini.

****

" Kamar yang sama luy?" tanya bang Regar ketika kami sudah masuk ke dalam flat, dan dia menenteng masuk tas dan koperku.

Sedang barang lain di masukan oleh petugas flat yang selama ini mengurusi flat ketika kami semua sedang di Indonesia.

Aku mengernyit bingung " Masih ada kan?" tanyaku.

Bang Regar terkekeh " Siapa yang curi emang?" ledeknya.

"Lagi bang Regar tanya kamar yang sama!" omelku kesal diledeki.

" Ih bang Regar nanya, karena di sini ada kamar baru dilantai tiga dan viewnya paling cakep!" terang bang Regar.

Aku hanya diam, lalu menoleh ke Mamy " Kamar siapa Mam?"

" Gak mungkin kamar buat Luy, kan?" tanyaku.

Mamah salah tingkah, raut wajahnya berubah seketika. Ada yang di sembunyikan.

Aku mendekati mamy " Kamarnya buat siapa, Mam?" selidikku.

Mamy menelan ludah, gerogi " Yah buat siapa aja yang sukak, emang salah?"

'Yah salah! Aku tahu ada yang mamy sembunyikan!' ungkapku dalam hati.

"Yaudah ayok ke kamar mu kalo emang gak mau yang baru" ucap bang Regar menengahi.

Karena lenganku ditarik paksa sama Bang Regar, akhirnya aku mengikut, padahal sejujurnya aku masih penasaran, sama apa yang disembunyikan mamy.

'KAMAR DI LANTAI TIGA BUAT SIAPA????' tanda tanya besar dikepalaku.

****

Semua barangku diletakkan di sudut ruangan oleh bang Regar.

" Biar Bibi, petugas rumah yang rapihin!" ucapnya lalu merebahkan tubuhnya disisiku.

" Bang!" panggilku pelan

"hum" jawab bang Regar, dan saat aku tengok matanya merem.

" Luy hanya punya waktu empat hari disini, jadi Luy pengen secepatnya urusan dengan Nathan selesai!"

" Kata Mamy, kamu gak inget kejadian di hotel?" tanyanya.

" Iya, yang Luy inget hanya pas Luy bilang kalau baiknya kita tunangan aja dluh jangan langsung nikah, itu doang!"

" Serius, gak inget???" tanya bang Regar dengan tatapan penuh curiga.

Aku bangun beranjak dari tempat tidur dan duduk di kursi sofa yang ada di ujung kasur.

" Kalau inget, gak mungkin luy kek orang bego yang gak tau apa-apa gini!" ucapku kesal.

Bang Regar ikut bangkit, lalu duduk disebelahku.

" Kenapa gak telpon aja, kan bang Regar bisa jelasin!"

Aku menghembuskan nafas kesal " Eh abangku sayang, kamu dimana, di telpon susah di email apa lagi, tambah lagi DM gak di read-read, sok sibuk sekali anda!" omelku.

Bang Regar terkikik " Walah, itu bang Regar lagi di luar kota, lagi praktek lapang, selama sebulan. ini baru kelar makanya bisa libur" terangnya.

Aku mendengus " Gak ada kabar, makanya papah mamah jadi maksa aku ke Paris"

" Padahal aku kan lagi minggu tenang buat ujian, malah jatohnya minggu sinting" ucapku bersungut-sungut.

Bang Regar mengelus pundakku " Yang sabar, belajar juga gak bisa jawab soal semua!" ledeknya.

Dan aku memplototinya untuk itu "Maksud abang apa?" tanyaku tersulut emosi.

Bang Regar malah terkekeh, tidak perduli akan aku yang sedang emosi, saking enaknya tertawa ia sampe menahan perutnya yang mulai membuncit, mungkin kebanyakan makan roti dan malas olahraga.

Bang Regar berdehem, entah untuk apa, biar kembali Gantle kali yah " Mau dengar gak kenapa Nathan bisa kabur jauh gitu?" tanyanya dengan wajah yang mulai serius.

Aku menoleh menatap manik matanya dalam, mencari keseriusan disana dan benar dia sedang serius saat ini " Iya " jawabku.

Bang Regar bangkit berdiri di depan sofa " Tunggu aku bentar malam, aku jemput dan aku jelasin semuanya!" ucapnya.

Aku ikut bangkit, " Kenapa gak sekarang?" tanyaku

Bang Regar menggeleng " tidak mungkin bisa sekarang!"

" Harus butuh waktu dan perlu kepala dingin"

"Jadi kamu tenangin diri dulu, abang juga musti balik ke flat abang, ada yang mau diselesain!"

Aku tidak menjawab, hanya membiarkan bang Regar berjalan, menjauh dari kamarku.

Lalu aku kembali terduduk di sofa dengan beban di pundak semakin berat.

Aku takut kalau aku salah pada Nathan, tapi aku malah lupa ingatan. dan membiarkan masalah kami sampe berlarut-larut hingga dua bulan lamanya.

Sungguh jika memang salahku semoga saja Nathan masih mau memaafkan ku!

Dan Kalau emang ini egoisnya Nathan, aku mau Nathan menemuiku di Paris tanpa banyak alasan.

Aku ingin urusan ini cepat selesai.

Apakah aku memang harus berakhir dengan Nathan atau aku akan membicarakan baik-baik hubungan kami.

Perkara Nikah mudah, aku akan coba pertimbangkan nanti, mengingat memang aku sangat mencintai Nathan.

Jadi aku juga harus memikirkan umur Nathan. Yah meskipun 25 memang masih terhitung mudah.

Tapi yasudahlah, kalau menurut Nathan dan keluarganya umur segitu udah pantas nikah, mau bagaimana lagi.

Aku hanya bisa mencoba memahami bukan membuat Nathan makin terpojok, apalagi menyalah-nyalahkan.

Semoga Paris menjadi awal yang baru buat aku dan Nathan. Dan Kalau saja benar aku berbaikan dengannya aku ingin, menjadikan Menara Eifel sebagai saksi Hubungan kami lahir kembali.

Aku ingin ber swafoto disana bersama Nathan. dan menulis caption Indah!

Dan setelah lelah memikirkan banyak hal di kepalaku. akhirnya aku tertidur di sofa, dengan sudut mataku yang tidak hentinya mengalir air.

Aku menangis untuk Nathan!