Sepanjang perjalanan Arina cemas bukan main. Mengantar adiknya saja hanya sampai depan gerbang rumah. Ia langsung pamit kembali ke rumah sakit.
"Kenapa aku khawatir sama dia?" batin Arina.
Lampu merah menyala. Arina menginjak pedal rem kuat. Kaget karena sejak tadi ia menyetir tidak fokus. Sibuk memikirkan Reza.
"Hufffff." Arina menghembuskan nafas legah.
"Syit, karena Reza aku begini." omelnya sembari memukul kuat setir mobil.
Ting!" Lampu hijau menyala. Arina melepas pedal rem dan menancap gas kembali melaju menuju rumah sakit.
...dan sekitar sepuluh menit ia sudah memasuki halaman parkir rumah sakit.
Ia mengunci mobil dan langsung berlari menuju kamar Reza.
Pak!
Arina bertubrukan diambang pintu dengan Dokter yang baru saja keluar dari kamar Reza.
"Duh." jerit Arina seraya menengok siapa yang bertubrukan dengannya.