Keesokan harinya, sepulangnya Kanzia dari rumah sakit, Kanzia turun dari mobilnya di depan sebuah bangunan lumayan mewah bertingkat tiga. Di atas bangunan itu tertera papan nama dengan tulisan Nay and Han Boutique.
Kanzia mendorong pintu utama butik. Denting lonceng atas pintu menyambut kedatangan wanita itu. Langkah Kanzia begitu ringan dengan sneaker yang ia kenakan. Penampilannya yang begitu cuek memancing seorang pramuniaga menghampiri dokter wanita itu.
"Selamat datang di butik kami." Pramuniaga itu tersenyum ramah. Menundukkan kepalanya hormat pada pengunjung yang baru saja datang.
Kanzia balas tersenyum. Ia lalu mengerling memperhatikan semua sudut ruangan.
"Pak Farhan ada?" tanyanya ragu, memperlihatkan barisan giginya yang putih.
"Ada. Beliau sudah menunggu Anda di ruangannya. Mari saya antar!" sahut pramuniaga itu menawarkan diri.
Kanzia mengangguk. Ia memang sudah mengatakan kepada Farhan bahwa ia akan mampir ke butiknya.