Chereads / SANG PENGGODA CINTA / Chapter 35 - Kau Cintaku

Chapter 35 - Kau Cintaku

Semua yang ada padamu

Membuat aku jadi gelisah

Sampai sampai aku terjaga dari mimpiku

Yang perlu kau tahu ... rasa cintaku padamu

Hanyalah di dalam mimpi

Terpesona, aku terpesona

Mungkin saat ini lirik lagu "Terpesona" paling pantas dengan apa yang Kayla rasakan. Kayla memandang Reynand yang terus mengoceh tentang hubungan mereka. Hubungan yang tidak pernah dimulai dan diakhiri. Perjodohan singkat yang membawa mereka menjadi dekat satu sama lain. Namun berakhir begitu saja Reynand mulai mencintai wanita lain.

Walau seperti itu, Kayla tidak ingin mengakhiri semuanya dengan mudah. Jangankan dengan Reynand secara pribadi, mengakhiri hubungannya dengan keluarga Reynand pun ia tidak sanggup.

Kayla dengan begitu berani mendekatkan wajahnya. Bibir berlipstik merahnya menghentikan gerakan bibir Reynand dengan cepat. Membuat pria itu sontak terperangah dan melupakan ocehannya.

Kayla menatap berani netra hitam Reynand yang melihatnya dengan pandangan terkejut. Wanita itu menelan ludah sesaat lalu berkata dengan suara lirih.

"Aku sangat mencintaimu, Rey. Jangan membuat jarak yang lebih dari ini ...," ujar Kayla dengan napas sedikit memburu akibat gugup, lalu meneruskan perkataannya, "... semua sudah aku lakukan, dan kau pun belum memiliki pasangan hingga saat ini. Tidak bisakah kita memulainya dengan serius?"

"Kau pun sudah tahu jawabanku, Kay. Mengapa selalu menanyakan hal ini?" balas Reynand disertai dengan embusan napas berat.

"Apa ini karena tindakanku yang mempermalukanmu di media waktu itu, hingga kau tidak bisa mencintaiku walau pada akhirnya Sheryl tidak jadi kau miliki?"

Kayla mengungkit kembali peristiwa yang telah membuat ia geram. Mendengar kabar kalau Sheryl bermalam di apartemen Reynand. Merasa dikhianati, ia menambahkan sebuah gosip kalau wanita itu sedang mengandung anak Reynand. Rasa cemburu memang telah membuat Kayla tidak berpikir panjang. Sambil terisak, mengatakan semuanya kepada para wartawan, betapa sakit hatinya atas kelakuan Reynand.

Kondisi menjadi tidak baik. Bukan hanya mncoreng nama Reynand sendiri yang langsung dicap sebagai pria bejat karena berani meniduri tunangan adik tirinya hingga hamil. Namun juga menggoyahkan kestabilan ekonomi perusahaan Pradipta. Saat itu harg sahamnya terjum bebas. Banyak vendor yang membatalkan kerja sama dengan mereka.

"Mengenai hal itu, aku sudah melupakannya. Aku paham mengapa kau melakukannya, Kay. Yang pasti, saat ini aku tidak ingin menjalin sebuah hubungan yang serius," jelas Reynand menatap serius Kayla.

"Jika kau berpendirian seperti itu, maka aku juga tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hatimu, Rey."

***

"Mama tidak akan pernah merestui mereka!" seru Erika berbalut emosi tinggi. Ia sangat gusar melihat Kayla datang ke kediaman Pradipta. Itu artinya Kayla masih dekat dengan keluarga mereka.

Wanita lanjut usia itu masih terus mengoceh tentang ketidaksukaannya terhadap Kayla. Dari profesinya yang seorang aktris hingga tindakan ceroboh Kayla di masa lalu. Menghancurkan nama baik cucunya dan perusahaan di muka publik.

"Iya, Ma. Aku tahu. Tapi sekarang mereka hanya berteman. Mama tidak usah terlalu mengkhawatirkan Rey," sahut Aina dengan kening yang mengerut.

"Sebaiknya kau tidak terlalu dekat dengan wanita itu agar ia tidak banyak berharap kepada Rey." Bola mata Erika hampir saja keluar menegaskan kalimatnya.

"Ya tidak bisa bergitulah, Ma. Masa melarang orang datang ke rumah hanya karena tidak suka?" tolak Aina.

Erika melipat tangannya di dada. Mengembuskan napasnya kasar. "Ya pokoknya kamu harus bisa. Selama Mama ada di sini, Mama tidak ingin melihat ia dekat dengan Rey. Baik secara pribadi maupun dengan kita. Wanita itu tidak cocok dengan keluarga kita," sahut Erika masih bersikeras, lalu melanjutkan kalimatnya, "Mama heran, kerasukan apa kamu hingga membuat ide perjodohan Rey dengan seorang aktris? Aktris itu hidupnya bebas dan kebanyakan bukan orang benar."

Aina tidak menjawab. Maksud hati sebenarnya ingin membuat Pradipta Corp lebih besar dengan menikahi putranya dengan putri keluarga Brata yaitu Kayla yang notabene berasal dari keluarga pebisnis sukses. Namun sejak peristiwa itu, semuanya hancur begitu saja. Selain itu ia juga terkena imbas. Erika mengomelinya habis-habisan. Aina memang tidak memberi tahu Erika. Ia menyusun rencana masa depan untuk putranya secara diam-diam. Berharap keduanya melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.

Aina hanya mengulum bibirnya yang terasa kering. Pembicaraan tidak akan selesai dengan cepat jika keduanya sama-sama meninggikan egonya seperti saat ia bertengkar dengan sang putra.

"Aku haus, Ma. Apa Mama tidak harus terus mengoceh seperti itu?" celetuknya mencairkan suasana panas di antara mereka.

Erika berdeham beberapa kali. Menatap canggung Aina seraya mengusap lehernya yang terasa kering. "Ya, Aina. Mama juga haus."

"Baiklah. Aku akan buatkan teh chamomile buatanku." Aina mengulas senyum kecil.

Erika mengangguk. Ia bangkit berdiri, melepas jas yang ia pakai. Erika belum sempat melepasnya karena masuk dengan tergopoh-gopoh dan mengoceh tidak karuan.

Aina beranjak dari kamar ibunya hendak meracik teh chamomile untuknya dan Erika. Setibanya di dapur, tampak Marni-asisten rumah tangganya sedang mencuci piring. Bola mata Marni sontak bergerak mengikuti langkah Aina, penasaran dengan apa yang majikannya lakukan. Ia terlonjak kaget saat melihatnya hendak membuat minuman.

"Aduh, Bu. Biar saya saja yang kerjakan," katanya buru-buru membilas tangannya yang penuh busa.

"Tidak usah, Marni. Saya ingin membuatkan ibu saya teh spesial agar ia berhenti mengoceh dan memarahi saya," sahut Aina dengan nada kesal. Wanita itu mulai meracik teh yang katanya spesial itu. Meletakkan cangkir di atas meja dapur.

"Maaf ya, Bu. Saya belum membuatkan minuman untuk Nyonya besar dan adik ibu." Air muka Marni tampak menyesal.

"Tidak apa, Marni. Kau 'kan sedang sakit. Saya tahu kalau kau baru saja pulang dari klinik. Seharusnya kau libur saja hari ini. Mengurus rumah sebesar ini sendiri pasti melelahkan. Sayang sekali Ningsih baru kembali besok, jadi kau harus menggantikan tugas-tugasnya," timpal Aina menarik segaris senyuman kepada Marni.

"Iya, Bu. Tapi tetap saja, 'kan saya jadi tidak en ...." Marni menghentikan kalimatnya saat melihat air muka Aina yang berubah. Air muka terkejut memandang lurus kaca jendela yang terhubung dengan pemandangan gazebo dekat kolam renang.

Penasaran, Marni pun menoleh ke belakang. Saking terkejutnya, Marni hanya melihatnya sekitar dua detik, lalu kembali mengarahkan pandangan kepada Aina. Entah mengapa ia yang jadi merasa malu. "Mas Rey dan Mbak Kayla ciuman ...," gumamnya lirih.

Aina mengerjap, kembali fokus kepada Marni. Wanita itu menatap Marni dengan tatapan tajam. "Jangan ceritakan hal ini kepada ibu saya, Marni."

Marni mengangguk cepat. Ia buru-buru kembali ke aktivitasnya. Mencuci beberapa alat masak yang tersisa.

"Mereka sangat cocok 'kan, Kak?" celetuk Nova yang tiba-tiba hadir di dapur membawa sebuah kotak berisi cake coklat.