Chereads / Second Life, Second Love / Chapter 2 - Antagonis*

Chapter 2 - Antagonis*

1. ANTAGONIS

Apa yang terlintas di fikiranmu saat mendengar kata 'Antagonis?.'

Seseorang tokoh dengan dengan peran jahat?.

Lalu, apa yang terlintas di fikiranmu saat mendengar kata 'Fantasi?.'

Sesuatu yang dipenuhi hal-hal yang luar biasa?, indah dan menakjubkan?, dunia yang dipenuhi petualangan yang menyenangkan?, penuh hal-hal Ajaib diluar logika?, bahkan terdengar gila!?.

Ya, tentu saja semua itu terlintas di fikiranmu.

Tapi, apakah kamu pernah berfikir jika sebuah genre fantasi dengan seorang tokoh antagonis sangat berkaitan erat?. Apa yang terlintas di fikiranmu saat mendengar pernyataan itu?. Pasti kau saat ini bertanya-tanya, "bagaimana bisa keduanya memiliki keterkaitan erat?".

Itu karena tokoh antagonis adalah seseorang yang tak hanya jahat, tapi juga tak jarang kadang mereka adalah seorang yang hanya sedang melarikan diri dari sebuah kenyataan menyakitkan. Sayangnya takdir terlalu erat mencengkram sehingga mereka tak bisa melarikan diri dari hal yang melukai mereka sehingga sisi gelaplah yang mereka keluarkan untuk melawan takdir yang mencengkramnya.

Dan satu lagi ....

Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa para penulis lebih menyukai menulis cerita dengan genre fantasi yang tak nyata?. Kenapa para penulis begitu menyukai menulis hal yang diluar logika dan penuh fiksi dibanding menulis cerita yang mengambil dari kehidupan nyata?.

Jawabannya satu, dan itu sama denga napa yang kebanyakan sang tokoh antagonis alami yaitu, untuk melarikan diri dari kenyataan yang menyakitkan.

Orang-orang terlalu Lelah jika harus membuka kembali sebuah cerita yang sudah terjadi di dunia nyata. Mereka Lelah dengan rutinitas di kehidupan nyata yang kadang mengekang dan menekan kehidupan mereka. Jadi, jika seseorang disuruh memilih membaca sebuah cerita, kebanyakan dari mereka pasti akan memilih membaca cerita bergenre fantasi, dimana kebebasan adalah hal yang mereka rasakan saat tenggelam didalam cerita itu tanpa harus terikat hukum kehidupan di dunia nyata yang kadang kejam dan tak adil.

Tapi, tahukah kamu?. Mereka yang menulis cerita fantasi terkadang hal yang mereka tulis bukanlah hal fantasi belaka, melainkah hal itu benar-benar pernah terjadi di kehidupan mereka.

Contohnya, saat kau benar-benar seorang kaisar iblis yang jahat telah bereinkarnasi karena di kehidupan lamamu kau telah mati hanya untuk menyusul kekasihmu. Tapi sayang, tak akan ada yang percaya dengan kisahmu jika kau menceritakannya di zaman tempatmu bereinkarnasi. Akhirnya kau lebih memilih memendam lalu menuangkan semua isi fikiran dan perasaanmu kedalam sebuah tulisan.

Kau mulai menulis kisah kehidupan lamamu di dunia yang orang-orang anggap itu hanyalah kisah fiksi yang tak pernah benar-benar ada di dunia nyata.

Ctak!

Setelah menekan tombol enter, pria itu – Chunyin menghentkan jarinya untuk mengetik. Matanya terlihat kosong dan hampa, jiwanya bagai menghilang dari raganya.

Fikirannya telah melayang jauh ke suatu tempat. Kacau!, ia sedikit muak dan sedih. Wajahnya suram, perasaannya bergejolak bagai badai api yang membakar semunya sampai menjadi abu.

"Xiang-er ..." Fikiran Chunyin melayang. Ia menjatuhkan tatapannya ke sebuah gambar di dalam layer laptopnya. Itu adalah sebuah gambar dalam artikel yang memuat berita tentang pertunangan dan pelaksanaan hari pernikahaan seorang direktur muda cantik pemilik perusahaan Kesehatan terbesar di ibukota Tiongkok.

Banyak yang mengenal figure direktur muda cantik anak dari pemilik rumah sakit terbesar di Cina yang dalam tiga hari lagi akan melakukan pernikahan dengan seorang dokter muda berbakat yang juga tengah menjadi sorotan banyak media karena penampilan dan keterampilannya di dunia medis.

Tak dapat lupa. Tentu saja ia sangat mengenali gambar direktur cantik itu. pemilik wajah manis berseri itu adalah An Jia Li – wajah dari seorang reinkarnasi kekasihnya.

Malam itu. Setelah mengalami mimpi sama yang terus berulang kali, akhirnya Chunyin tersadar tentang jati dirinya – dalam kehidupan lamanya, ia adalah seseorang yang begitu dekat dengan An Jia Li.

Zhang Chunyin telah sadar sepenuhnya jika dirinya adalah reinkarnasi dari seorang kaisar di kehidupan lamanya yang Bernama Fengying Haochun. Ia adalah seseorang yang telah menjalin kasih dengan sosok An Jia Li yang lebih ia kenal dengan nama asli di kehidupan lamanya, yaitu Xiang Lian.

Namun, dikehidupan lamanya. Xiang Lian harus mati terbunuh yang membuat dirinya harus tenggelam dalam kesedihan yang dalam sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya untuk menyusul Xiang Lian – berharap mereka dapat bertemu di kehidupan lain.

Harapannya pun terwujud, namun siapa sangka takdir masih mempermainkannya.

Di kehidupan sebelumnya mereka dipisahkan oleh kematian untuk selanjutnya dipertemukan kembali di kehidupan lain dalam dunia yang sama, bahkan dengan takdir yang juga sama yaitu tak dapat Bersama.

Dua kehidupan. Saat ini ataupun lampau. Mereka seperti hanya ditakdirkan untuk sekedar bertemu namun tidak untuk Bersatu untuk Bersama dalam satu garis ikatan hidup.

Bahkan di kehidupan saat ini lebih menyakitkan bagi Chunyin. Takdir seolah tak pernah bosan untuk terus menggambarkan goresan pada hatinya. Ia tak tau gambar apa yang akan terbentuk akhirnya dari semua goresan yang telah di tuangkan kedalam perasaannya oleh takdir, namun satu hal bagi Chunyin yang dapat ia rasakan dalam dua kehidupannya.

Sakit.

Setelah bereinkarnasi, Chunyin justru kembali dihadapkan dengan hal-hal yang tidak dapat membuatnya tersenyum. Di kehidupan ini, An Jia Li telah mengikat janji dengan pria lain. Ia menikah dengan pria itu dan melupakan dirinya. Terlebih pria lain itu tak lain adalah kakaknya sendiri saat ini. Meski begitu ia tak dapat menyalahkan siapapun karena di kehidupan ini An Jia Li jelas tidak memiliki ingatan kehidupan lamanya.

An Jia Li tidak mengingat siapa dirinya di masa lalu, ataupun mengingat siapa Chunyin baginya. Saat ini, An Jia Li hanya mengenal Zhang Chunyin sebagai adik dari suaminya. Ia tak mengenal siapa itu Fengying. Bahkan saat ini, Chunyin tak lebih hanya sebagai teman baginya – tak lebih.

Dibunuh oleh keadaan. Saat ini Chunyin sudah mati. Jiwa dalam tubuhnya adalah seorang Fengying yang mencintai Xiang Lian begitu dalam sehingga ia dapat merasakan hatinya yang retak begitu kekasih lamanya hanya menganggapnya sebagai seorang teman biasa di kehidupannya saat ini.

Rasa sakit itu mendorong Chunyin untuk mengenang kehidupan lamanya yang sama menyedihkannya dengan kehidupannya saat ini. Tak dapat Bersama dan harus kehilangan untuk yang kedua kalinya. Chunyin hancur!. Setiap keping dirinya tak dapat melupakan Xiang Lian. Bahkan samapi kepingan terkecil sekalipun ia masih mencintainya. Xiang Lian adalah satu-satunya cinta sejatinya. Tak ada yang lain. Tak ada seorang pun yang dapat menggantikannya.

"Apakah aku hanyalah seorang antagonis yang tak pernah mendapatkan apa yang kuinginkan?. Apakah memiliki Xiang-er hanyalah fantasiku?" Chunyin bertanya tanpa berharap jawaban datang padanya, bahkan ia tak ingin mendengar jawabannya jikalau ada yang menjawabnya sekalipun.

Tapi ....

"Setidaknya ... aku dan Xiang-er dapat Bersama di dalam novel" Chunyin bergumam sambil menatap hampa ke sebuah buku yang menjadi awal pertemuannya dengan An Jia Li di kehidupan keduanya. Sebuah buku yang sebenarnya adalah novel karangannya yang ia tulis sebelum ingatan lamanya muncul.

Novel berjudul Cinta Sejati Dari Hati itu Chunyin tulis berdasarkan refrensi dari alam mimpinya. Awalnya ia cukup senang menuliskan kisah itu. Namun setelah ingatannya kembali. Chunyin hanya dapat tersenyum seperti orang bodoh karena ia ternyata telah menulis novel dari kisah kehidupan lamanya sendiri. Dan akhir yang indah adalah apa yang ia tulis dalam kisahnya.

"Jadi beginilah caraku melarikan diri?. Sangat konyol" fikir Chunyin. Ia sedikit terkekeh menertawakan dirinya sendiri yang menyedihkan. Walau begitu, ia sedikit berharap dapat masuk kedalam kisah dalam novel buatannya sendiri untuk merasakan akhir dari kisahnya yang indah meskipun itu hanya sebagai bentuk pelariannya yang menyedihkan. Tapi itu adalah hal yang mustahil, jadi akhirnya tidurpun menjadi pilihan terakhirnya untuk tenggelam dalam kehampaan dingin yang nyaman.

Chunyin mengingat kembali malam saat dirinya bermimpi sebelum ingatan lamanya kembali. Sebuah mimpi yang begitu dingin sehingga membuatnya menggigil. Ia meringkuk dan menarik selimutnya hingga berlapis-lapis untuk menutupi tubuhnya yang bergetar, namun semua itu adalah hal yang sia-sia untuk dilakukannya karena rasa dingin itu tidak datang dari hembusan udara malam.

Rasa dingin yang merangsak memasuki Chunyin berasal dari dirinya sendiri.

Suhu tubuhnya saat itu tidak normal. Peluh membasahi tubuhnya. ia tidak tau, atau lebih tepatnya tidak sadar akan rasa dingin yang datang dari tubuhnya sendiri yang tengah bermimpi.

Panas dingin. Mimpi itu juga membuatnya mengalami demam.

Di dalam mimpinya. Ia berdiri di tengah danau yang permukaannya telah membeku menjadi lapisan es tipis yang begitu rapuh.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang Wanita yang berpakaian sutra juga brokat berwarna putih seperti salju. Rambutnya terurai dan terbelai angin dingin dengan anggun. Wanita itu layaknya sebuah bunga dalam salju yang tetap menunggu musim semi datang padanya.

Saat itu. Chunyin begitu ingin menghampiri sosok bunga salju itu, tapi langkahnya terhalang. Ia terjebak dalam es abadi. Meski begitu pilihan lain pun juga tak dapat memenuhi keinginannya untuk meraih bunga itu, karena jika ia bergerak sedikit saja ke permukaan es tipis itu akan retak dan hancur.

Meski begitu, Chunyin tak tahan untuk meraih uluran tangannya yang memanggil dirinya untuk datang sehingga ia pun memaksakan dirinya untuk menginjak lapisan es tipis itu. begitu Chunyin mengambil Langkah pertamanya, lapisan es itupun akhirnya hancur dan menenggelamkannya.

Saat sadar, Chunyin telah melakukan kesalahan lain karena Langkah yang ia ambil juga ternyata membuat Wanita yang berada di atas lapisan es tipis yang sama dengannya harus ikut terjatuh kedalam air yang begitu dingin.

Tak hanya itu, air itu juga gelap, dan begitu hampa.

Mimpi itu terus berulang kali berputar dalam kepala Chunyin seperti sebuah kaset rusak. Akhirnya Chunyin pun mengambil penanya dan memilih menuliskan mimpinya hingga melahirkan novel yang juga dibaca oleh An Jia Li.

Jika saja An Jia Li tau siapa yang menulis cerita itu mungkin ia tidak akan mendapatkan penilaian jujurnya. Untungnya Chunyin memakai nama pena samara sehingga An Jia Li dapat mereview kisah konyol itu dimana bagi An Jia Li, kisah yang Chunyin tulis adalah kisah yang sejujurnya tak dapat ia mengerti.

Bahkan Xiang-er nya itu masih begitu polos untuk memahami bentuk cinta. Itulah yang ia fikirkan.

"Cinta sejati dari hati, karya Xing Yi" gumam Chunyin. Ia kembali memutar otaknya untuk mengingat sesuatu asing yang terasa familiar, "siapa Xing Yi?" batinnya bertanya-tanya.