"Re, kamu hari ini enggak perlu ke rukonya Andra ya," tutur Arista seraya memotong setangkup roti bakarnya di permukaan piring ceper, ia dan kedua adiknya tengah menikmati sarapan, tumben sekali sampai kedua adiknya—Barra yang selalu terlambat sarapan—pagi ini bangun lebih cepat karena maksud dan tujuan tertentu.
"Kenapa, Mbak? Kalau soal kaki Rere yang sakit bukan masalah besar kok, Rere masih bisa jalan ke mana-mana. Nggak enak sama Mas Andra, kemarin aja enggak jadi bantuin."
"Nggak apa-apa, Andra malah yang minta sama saya biar kamu di rumah aja, kan udah ada Sita juga yang bantuin di sana." Sita yang dimaksud Arista adalah karyawan baru Andra. "Terus sih karena ...." Arista melirik Barra yang duduk di sampingnya seraya berdeham. "Keselek garpu nih saya." Menyadari Barra tetap sibuk menikmati sarapannya membuat Arista mulai jengkel. "Ampun deh si Barra."