"Mas, Rere pamit pulang ya," tutur Rere yang berdiri di dekat Andra setelah mengganti seragam kerja di toilet, ia sudah mengenakan pakaian bebasnya.
"Iya, Re. Hati-hati di jalan." Andra tampak sibuk mengolah robusta, untung Gege sudah datang untuk menggantikan shift kerja Rere yang sudah berakhir sore ini.
"Iya, Mas." Renita menghampiri pintu utama, mendorong pintu yang terbuat dari kaca tebal dan kini membuatnya menyambut dunia luar setelah berjam-jam terperangkap dengan aktivitas di dalam kedai.
Motor matic berwarna merah terpakir di halaman Rosemary Coffe shop, Rere bahkan tak pernah menyangka jika ia mampu membeli kendaraan untuknya sendiri meski bukan motor baru, tapi second—alias bekas, yang penting bukan motor cicilan. Ia merasa kehidupannya di Bali jauh lebih baik setelah meninggalkan Jakarta, ada banyak nilai plus yang Rere wujudkan di kota ini.