Reynard membawa Aalisha ke taman belakang, mereka duduk disalah satu bangku taman disana. Aalisha meringis pelan karena pergelangan tangan kanannya merah.
"Siniin tangan lo" ucap Reynard.
"aku gapapa" Aalisha menyembunyikan tangannya.
"Ck siniin"
Reynard menarik pelan tangan Aalisha dan ia menghela nafas. Tangan gadis itu sangat merah, Ia mengusap pelan sambil meniupnya. Jangan tanyakan bagaimana kondisi Aalisha saat ini, mukanya memerah seperti kepiting rebus.
"Sakit ya?"
"E-engga terlalu"
Reynard mengarahkan tangan Aalisha ke bibirnya dan
Cup
Rey menaruh tangan Aalisha diatas paha gadis itu. Cowok tampan itu diam seolah tidak terjadi apa-apa.
"Dia siapa?"
"Eh kenapa?" Aalisha tersadar dari lamunannya dan menengok ke arah Reynard.
"Cowok tadi" ucap Rey dengan pandangan lurus kedepan.
Aalisha tidak menjawab, ia menunduk dan mulai menangis. Reynard yang mendengar suara isakan tangis langsung menengok dan menangkup wajah Aalisha.
"Hey, whats wrong?" Ucap Reynard lembut.
"Im okay, nothing important" Aalisha menyeka pipinya yang basah.
"Tell me whats going on" Reynard mengusap rambut Aalisha penuh perhatian.
Flashback on
Seorang gadis cantik dengan mantel coklat dan sepatu boots sedang duduk ditaman, menikmati sejuknya angin sambil menyesap coklat panas yang ia beli. Saat ini di Jerman sedang musim gugur, daun-daun yang berguguran sangat indah.
Aalisha baru sampai beberapa jam yang lalu, sangat berat rasanya meninggalkan Indonesia.
Aalisha kembali menyesap coklat panasnya, ia membuka ponselnya lalu membuka instagram.
"Can i seat here miss?"
Aalisha mengalihkan pandangannya ke depan, laki-laki putih dengan tinggi sekitar 175cm tersenyum kepadanya.
"Uhm sure." Balas Aalisha dengan tersenyum. Ia kembali membuka ponselnya.
"Thanks."
"By the way, what are you doing here?" Tanya cowok itu. Aalisha menengok dan menaruh ponselnya di tas.
"I just moved here, im from Indonesia. How about you?"
"Really?! Im from Indonesia too. Im Darryl Watterson, nice to meet you" cowok itu mengulurkan tangannya disambut baik oleh Aalisha.
"Im Aalisha Hoffman, nice to meet you Darryl."
"Jadi kita bisa berbicara bahasa?" Darryl terkekeh pelan.
"Tentu saja" Aalisha tersenyum hangat.
"Baiklah, jadi kau tinggal dimana?" Tanya Darryl.
"Aku tinggal dekat sini bersama orangtuaku dan nenek, bagaimana denganmu?"
"Aku tinggal di apartemen dekat sana, orangtuaku akan menyusul"
"Ohh gitu, hmm sepertinya aku harus pulang. Mommy bilang tidak boleh terlalu lama diluar, apa kita harus bertukar nomor?" Aalisha berdiri sambil membenarkan mantelnya.
"Tentu, masukkan nomormu di ponselku." Darryl memberikan ponsel, lalu Aalisha memasukkan nomor telfonnya. Setelah selesai, ia mengembalikannya.
"Terimakasih, nanti akan kuhubungi" Darryl tersenyum kepada Aalisha.
"Okey, semoga kita dapat bertemu kembali. Aku duluan ya Darryl" Aalisha melambaikan tangannya lalu mulai melangkahkan kakinya.
"Sampai jumpa Aalisha!" Teriak Darryl dan dibalas acungan jempol oleh Aalisha tanpa balik badan.
Setelah pertemuan mereka pada hari itu, Aalisha dan Darryl semakin dekat walaupun sekolah mereka berbeda. Pergi nonton bioskop, makan diberbagai tempat, bepergian jauh dan melakukan banyak hal lainnya. Sampai akhirnya, Darryl menyatakan cintanya kepada Aalisha di taman tempat mereka bertemu dulu.
"Aalisha, i want to tell you something" ucap Darryl yang tengah duduk disalah satu bangku taman.
"What is it?" Tanya Aalisha sambil menghadap ke arah Darryl.
Darryl menggenggam tangan Aalisha, gadis itu terkejut namun mencoba tetap tenang.
"Aalisha, i like you. Do you want to be my girlfriend?" Tanya Darryl sambil menatap iris mata Aalisha.
Gadis itu tersentak, jantungnya berdetak cepat. Ia tidak percaya Darryl baru saja menembaknya. Apakah ia harus menerimanya?
Aalisha tersenyum dan menggangguk pelan, cowok yang kini berstatus sebagai pacarnya itu langsung memeluknya erat lalu mencium kening Aalisha.
"Thank you so much Aalisha, i love you"
"I love you too."
Mereka menjalani hari layaknya seorang kekasih. Awalnya semua baik baik saja, sampai dimana sikap Darryl merubah semuanya.
"Hai babe, hari ini kita jalan ya"
"Okay kamu mau kemana?"
"Aku mau ngajak kamu ke salah satu pegunungan disini, disana juga ada penginapan aku. Jadi kita bisa beristirahat disana."
Aalisha sedikit ragu dengan tawaran yang diberikan Darryl, tetapi ia menepis segala pikiran buruk itu. "Hmm okay, aku akan mengabarimu lagi."
"Okay, nanti aku jemput jam 3 ya. See you"
"See you too"
Sambungan terputus, aalisha meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia memikirkan ajakan Darryl tadi, sebaiknya ia meminta izin kepada Daniel. Ia menemui Daniel yang berada di taman belakang sambil membaca berkas-berkas pekerjaan yang banyak.
"Daddy"
Daniel menengok ke arah putri semata wayangnya itu, lalu menyuruhnya duduk disamping.
"Whats wrong Aalisha? Do you need something?"
"Uhm Dad, can i go out with Darryl? He asked me to go to the mountains not far from here. maybe tomorrow just got home. May I?" Aalisha menatap Daniel penuh harap.
"No darling, its too dangerous. Im not allowed you" tegas Daniel.
"Please dad, i will take care of myself. Nothing will happen" rayu Aalisha.
Daniel menghela nafasnya kasar, ia menggangguk pelan. Aalisha langsung memeluk Daniel.
"Thank you dad"
"But under one condition, my bodyguard will come with you to keep you safe." Daniel menatap putri semataya wayangnya itu dengan cemas.
"Its okay, thank you" Aalisha mencium pipi Daniel, membuat pria berumur 45 tahun itu tersenyum.
Aalisha pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap. Gadis itu memakai baju oversize putih, celana boyfriend jeans dan sepatu air dior kesukaannya. Tak lupa Ia membawa hoodie hitamnya. Rambut coklatnya ia biarkan terurai indah. Wajahnya ia poles sedikit make up agar terlihat segar.
Aalisha menatap dirinya di cermin "Ck cantik bgt sih gue ehehhe." Ia merapihkan sedikit rambutnya yang berantakan.
"Anak mommy mau kemana sih cantik banget?" Ucap Schilla yang sedang berdiri di ambang pintu.
Aalisha menghampiri sang mommy sambil menyengir "ehehe mau jalan mom sama Darryl."
"Tuh pacar kamu udah dibawah, inget pesen mommy and daddy" Schilla mengusap rambut kemudian memeluk putrinya. Perasaanya tidak enak sedari tadi.
"Iya mom, tenang aja. Kalo ada apa apa kan ada bodyguardnya daddy, aku turun ya." Aalisha mencium pipi Schilla dan segera menghampiri Darryl di mobil.
Aalisha membuka pintu mobil dan duduk di samping Darryl. Sedari tadi Darryl menatapnya begitu lekat dan tersenyum, ia pun membalas senyuman Darryl.
"Kamu ngapain liatin aku? Ayo jalan" Aalisha membuang mukanya dan menatap luar jendela.
Darryl terkekeh kecil "emang gak boleh liatin pacar aku yang cantik ini hm?." Aalisha menatap cowok disampingnya dengan pipi memerah, lalu memukul lengannya dengan keras.
"Aww okay okay kita jalan."
Hari sudah mulai gelap, sepasang kekasih itu baru saja sampai di tujuan. Tampaknya Aalisha sangat lelah, ia menguap beberapa kali dan hal itu disadari oleh Darryl.
Darryl menyodorkan air putih kepada Aalisha "nih minum dulu, kamu daritadi gak minum soalnya"
Aalisha mengambil air tersebut sampai habis, tak sadar bahwa minuman tersebut diberi obat tidur oleh Darryl. Cowok di samping menyeringai seram.
I will make you mine Aalisha, only mine
Flashback off
"kamu pasti tau apa yang terjadi, untung aja bodyguard daddy dateng" Aalisha tersenyum tipis. Ia sendiri sedang bingung kenapa ia menceritakan hal ini kepada orang lain. Hanya daddy, mommy dan sahabatnya di jerman,
"Aku jadi trauma semenjak itu, ngehindarin banyak cowok karena takut kejadian itu keulang. Mommy sama daddy jadi khawatir, aku gak tega ngeliat kondisi mereka. Akhirnya aku coba pelan pelan buat berinteraksi sama cowok lagi" Gadis itu tersenyum simpul.
"mereka ngomongin apaan sih? Serius banget." Gadis itu mengintip dibalik tembok sambil mengendap-endap.
"Gatau tuh, lagi lo kepoan banget sih jadi orang" cowok tersebut menoyor kepala gadis chubby itu, tentunya langsung mendapat tatapan tajam.
"Apaan sih? Rese banget lo jadi cowok. Trus ngapain ngikut gue kesini?" Yang ditanya hanya cengar-cengir tidak jelas.
"Niella? Kak Jayden? Kalian ngapain disini?" Aalisha dan Reynard menghampiri mereka berdua. Yaa, Mereka adalah Niella dan Jayden.
Mampus gue batin Niella
Niella dan Jayden hanya diam, tak berniat untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
"Ngapain?" Satu kata yang mampu membuat bulu kuduk Jayden dan Niella naik.
"E-engga kok kak Rey, beneran gak ngapa ngapain" jawab Niella terbata-bata.
Jayden menahan tawa melihat gadis itu "Gak ngapa ngapain kok bro, ini si Niella kangen makanya nyamperin gue kesini".
Plak
Niella memukul leher belakang Jayden "kalo ngomong emang suka ngaco".
"Gue duluan sama Aalisha" Reynard menarik lengan Aalisha dengan cepat dan menggenggam tangannya dengan lembut. Tak sadar wajah gadis disampingnya sudah memerah.
"Ssst sakit bego, ngapain sih?!"
Raut muka Niella berubah seketika, "Lo ngebentak gue?" Ucap Niella dengan nada pelan.
Jayden merasa bersalah, harusnya ia tidak membentak Niella seperti tadi.
"Maaf gue gak maksud" Jayden mengambil tangan Niella namun langsung ditepis kasar oleh sang empunya.
"Gausah pegang pegang gue" Niella langsung pergi meninggalkan Jayden yang masih terkejut.
Jayden menonjok tembok lalu menggerang pelan "Bego banget lo jadi cowok Jay".