Chereads / still with you / Chapter 7 - -007

Chapter 7 - -007

Reynard pov

Gue memutuskan untuk pergi karena males ngeliat Jayden sama Niella berantem. Gue narik tangan Aalisha dan gue genggam tangan kecil dan lembut itu, rasanya pas.

Gue ngelirik dikit kearah Aalisha, mukanya jadi merah gitu. Imut banget sih.

"Kak Rey, mau ke kelas"

"Oke, gue anter"

"Eh gausah" gadis itu menghentikan jalannya, mau gamau gue ikut berenti.

"Aku bisa sendiri" ucapnya pelan.

"Gue anter atau gue cium?"

Muka gadis itu langsung memerah "a-apaan sih, yaudah".

Setelah sampai di depan kelasnya, gue usap rambutnya pelan abis itu langsung pergi ke kelas. Sebenernya gue males soalnya sekarang pelajaran fisika, mending gue main basket sama temen temen gue.

Reynard pov end

○○○

Aalisha masuk kedalam kelas, lalu ia duduk disamping Niella. Namun ada yang aneh, ia menelungkupkan kepalanya dan terlihat lesu.

"Hey, kamu kenapa?" Aalisha mengusap bahu Niella pelan. Tidak ada jawaban. Lalu Ia bertanya kepada Ara dan Zeze.

"Ze, Niella kenapa? Kok diem gini?" Tanya Aalisha

"Gatau sha, daritadi gue sama ara tanyain diem anaknya." Ara hanya menggangguk sambil membereskan peralatan tulisnya.

"Ini gaada guru?"

"Gaada sha, free class"

"Niell bangun, kamu kenapa? Cerita sama aku" Aalisha mencoba membujuk Niella agar mau cerita. Akhirnya Niella mengangkat kepalanya, matanya sembab. Itu yang dilihat Aalisha, Ara dan Zeze.

"Siapa yang bikin lo nangis?" Tanya Zeze datar.

"Gue gapapa" Niella mengusap matanya dengan tissue yang diberi oleh Ara.

"Cerita Niell, gak mungkin lo nangis tanpa sebab" ucap Ara lembut.

"Iya Niell, siapa tau kita bisa bantu. Mumpung lagi gaada guru" Aalisha menepuk bahu Niella pelan, Niella pun tersenyum.

"Dibentak sama Jayden" ucap Niella pelan yang langsung dihadiahi pelototan Aalisha, Ara dan Zeze.

Jangan salah, walaupun Aalisha baik dan murah senyum. Ia bisa berubah menjadi singa kelaparan yang siap memburu mangsa jika sudah marah.

Brakk

Pintu kelas terbuka menimbulkan suara keras yang membuat seisi kelas terkejut, termasuk keempat gadis tersebut.

" Mana Niella? Gue mau ngomong sama dia"

" Dia lagi ga mau di ganggu kak Jay" jawab Aalisha datar

" Tau lu lagian cewek di bentaknya kek gitu, udh tau dia ga pernah di bentak ortunya, lo malah ngebentak dia " ucap Zeze sarkas yang sudah berdiri di depan Jayden.

" Halah bacot, Lo ikut gue "Jayden menarik Niella disambung Niella menarik Aalisha. Aalisha yang tak siap hampir kesandung kaki meja, untung ia bisa menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.

○○○

Jayden membawa Niella, dan Aalisha tentunya ke taman sekolah. Aalisha tau mereka butuh ruang sendiri, ia memilih menunggu di bangku taman. Gadis itu mengeluarkan airpods nya lalu memutar lagu kesukaannya, Epiphany.

" Maafin aku ya" Jayden mengambil pelan Niella,

" . . . "

" Ell aku minta maaf,"

" . . . "

"Bisa gak sih lo gak usah egois?! Gue udah minta maaf! Mau lo apa lagi ?!" Aalisha yang sedang memainkan ponselnya terkejut mendengar suara Jayden. Ia langsung menghampiri mereka berdua.

"Kak Jayden kok ngomong kayak gitu? Gak bisa ngomong pelan pelan sama cewek?" tanya Aalisha jutek.

"Lo gausah ikut campur urusan gue!" Ucap Jayden sambil menunjuk Aalisha.

"Dia sahabat aku jadi itu juga urusan aku juga!"

"Udah sha, gue gapapa kok" Niella mencoba menenangkan Aalisha, pasalnya ia tahu kalau Aalisha sudah marah pasti menyeramkan.

"Salah dia sendiri ngapain pake bentak bentak cewek?! Emangnya gak sakit hati?. Hati cewek tuh lemah kak Jay, gak sekuat yang kakak pikir"

"Udah sha udah, gue udah maafin Jayden. Udah yaa, gue gapapa" Niella tersenyum paksa, Aalisha tahu pasti Niella masih sakit hati karena perkataan Jayden.

"Gausah urusin mereka sha" ucap Reynard yang entah dari kapan berada disitu.

"Aku gak bisa liat sahabat gue dibentak kayak tadi" ucap Aalisha tegas. Niella mengusap punggungnya pelan untuk menenangkan gadis itu.

"Lo sama aja kayak dia, keras kepala. Bedanya lo itu murahan sha". Kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Reynard. Mereka bertiga shock dengan apa yang mereka dengar, terlebih Aalisha.

Bagai ditancap pisau dari belakang, Gadis itu diam tak bergerak sedikitpun. Aalisha menatap Rey tak percaya, matanya berkaca-kaca.

"kamu ngomong apa?"

Reynard diam membisu. Perlahan Aalisha membalikkan badannya, melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelas untuk mengambil tas dan memilih untuk pulang. Tidak peduli suara Niella yang memanggil dirinya. Ia hanya ingin sendiri untuk saat ini.

○○○

Menunggu supir yang tak kunjung datang, ponsel lowbat, dan langit mendung. Sekolah sudah mulai sepi, Aalisha masih menunggu supirnya datang. Jam sudah menunjukan pukul 3 sore, namun tidak ada tanda tanda supirnya akan datang.

Pikirannya jatuh pada kejadian saat jam pelajaran tadi, air matanya tiba - tiba luruh begitu saja. Dengan cepat Aalisha mengusap pipinya yang basah.

"Ngapain sih pake nangis segala, ini mana lagi supirnya daddy gak dateng-dateng"

"Pulang sama gue"

Aalisha menengok ke kanan, ia melihat Reynard sedang bersandar di mobilnya. Gadis itu langsung membuang muka tanpa menjawab Reynard.

Reynard menghela nafas, berjalan mendekati Aalisha yang sedang menatap jalanan kosong.

"Pulang"

"Gak"

"Supir lo gak bisa jemput"

"Gue jalan kaki" Aalisha bangkit dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya. Dengan cepat Reynard menarik tangan gadis itu.

"Sha-"

"Lepasin tangan gue" Aalisha menggerakkan tangannya agar terlepas dari Reynard. Namun sia-sia, cekalan Rey sangat kuat. Gadis itu menatap Rey tajam, tetapi setelah itu berubah menjadi sendu dan berkaca kaca. Aalisha menangis.

Dengan cepat Rey menarik Aalisha ke dalam pelukannya. Memeluk gadis itu dengan erat seakan tidak ada hari esok.

Aalisha memukul dada Reynard sambil menangis. Tinggi Aalisha hanya sampai leher Reynard.

"Pukul gue sha, pukul sampe lo puas. Gapapa" ucap Rey pelan.

"Lo jahat" pukulan Aalisha melemah, isak tangisnya memenuhi indra pendengaran Rey yang semakin memeluknya erat.

"Gue minta maaf, pulang yaa" Rey melepaskan pelukannya, mengangkat dagu gadis itu lalu mengusap pipinya yang basah.

Rey melepas hoodie nya lalu memakaikannya untuk Aalisha "pake ntar lo sakit".

Rey membuka pintu mobil dan mempersilahkan Aalisha masuk, lalu ia memutari mobil dan duduk di kursi kemudi. Setelah itu ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat makan.

"Ini bukan jalan ke rumah gue" ucap Aalisha yang menatap luar jendela.

"Makan dulu" Reynard memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang cukup mahal untuk kantong pelajar. Aalisha tidak heran, Reynard juga tidak mungkin langsung jatuh miskin hanya dengan makan disini.

"Gue gak laper" Reynard yang hendak membuka seatbelt terhenti dan berbalik menatap gadis disampingnya itu.

Krukk krukk

Sial kenapa perut gue bunyi batin Aalisha.

"Yakin gak laper?" Rey mengangkat sebelah alisnya dan menyeringai.

Aalisha yang melihatnya bergidik ngeri dan langsung keluar dari mobil meninggalkan Rey yang tersenyum kecil.

Mereka berdua memilih duduk di outdoor karena Aalisha ingin menikmati angin sore. Seorang pelayan wanita menghampiri mereka berdua dan memberikan menu makanan.

"Mau pesen apa kak?" Tanya pelayan itu kepada Rey dengan nada genit.

Aalisha mengerutkan kening, mengapa pelayan itu berlaga aneh. Gadis itu masih memantau gerak gerik sang pelayan. Memakai rok pendek diatas lutut dan make up tebal? Oh ayolah, ini restoran bukan club malam.

"Ekhem" Aalisha pura pura batuk untuk menyindir pelayan genit tersebut. Pelayan itu malah melirik sinis Aalisha dan tentu saja dibalas oleh gadis itu.

"Sirloin steak 2, lemon tea 2 sama extra mushroom sauce"

Suara Reynard menghentikan aksi tatap tatapan antara Aalisha dan pelayan itu.

"Baik ditunggu yaa" pelayan itu mengedipkan matanya.

"Iya udah sana pergi jauh jauh" ucap Aalisha yang sedang memainkan ponselnya. Pelayan itu mendengus kesal lalu pergi.

"Ngapain coba genit banget sama kak Rey? Gak jelas banget sih"

"Cemburu?" Tanya Rey datar

"Hah? Engga kali" Aalisha kembali memainkan ponselnya tanpa memedulikan cowok didepannya itu.

Tiba tiba ponsel Aalisha berdering, panggilan dari mommy. Pasti disuruh cepet pulang karena udah sore, dengan cepat Aalisha mengangkat telfon tersebut.

"Halo mom, kenapa?"

"Kamu tuh dimana sih? Ini udah sore kamu belom sampe rumah"

"Aalisha lagi-" ponsel Aalisha direbut paksa oleh Reynard.

"Halo mom, ini Rey. Aalisha lagi makan sama Rey kok, mommy tenang aja"

"Ohh Reynard, lagi makan yaa. Yaudah kalo Aalisha sama kamu mommy jadi tenang, makan yang banyak yaa telfonnya mommy tutup dulu" ucap Schilla ramah.

"Iya mom" jawab Rey singkat lalu memberikan ponselnya kepada Aalisha. Tak berselang lama, makanan mereka pun datang.

"Sejak kapan manggil mommy?" Aalisha mengernyitkan dahinya dan disaat yang bersamaan makanan mereka datang.

"Kepo lo, makan cepet abis itu balik" jawab Rey acuh. Ia segera makan diikuti oleh Aalisha yang mendengus kesal.