Lamborghini Aventador milik Rey memasuki pekarangan sekolah. Memarkirkan mobilnya di area khusus untuk kendaraan dia dan teman teman-nya.
Rey keluar dari mobil dengan jaket kulit hitam yang melekat pada dirinya. Memutari mobil ke sisi penumpang dan membukakan pintunya untuk Aalisha.
Semua itu tak lepas dari perhatian siswa siswi Permata Husada. Gadis cantik dengan rambut yang dicepol asal dengan beberapa anak rambut yang berantakan. Make up tipis yang menambah pesonanya dan memakai hoodie putih itu tersenyum kepada Rey.
Mereka pun berjalan beriringan menuju kantin, berniat membeli sarapan untuk Aalisha. Wajah datar menghiasi wajah tampan Rey dan Aalisha dengan senyum manisnya.
"Sok cantik banget sih"
"Anak baru aja belagu banget, pake deketin si Rey lagi"
"Cantikan juga gue kemana mana"
"Halah paling numpang biar famous tuh
"Awas Rey ntar di porotin sama tuh cewe"
Cibiran demi cibiran memenuhi indra pendengaran Aalisha, ia menutup matanya dan menghela nafas. Tak pernah mendapat perkataan kasar membuat Aalisha sedikit terkejut.
Rey yang menyadari perubahan sikap gadis disampingnya langsung menggenggam tangan Aalisha, berusaha menenangkan. Aalisha menatap Reynard dan tersenyum tipis.
Reynard menatap semua orang yang berada di koridor. Mata tajam bak mata elang itu menatap satu satu siswa yang mengatakan hal tidak pantas kepada Aalisha.
"Ngomong sekali lagi" ucap Reynard dengan nada dinginnya. Tidak ada yang berani menjawab kalau Reynard sudah marah seperti itu. Reynard maju menghampiri salah satu siswi yang penampilannya kayak tante-tante.
"Ngomong kayak gitu lagi, abis lo sama gue"ucap Reynard. Aalisha dengan cepat menahan tangan Reynard, membuat Reynard menengok kearahnya. Aalisha menggeleng kepalanya pelan. Dengan berat hati Rey menurut.
"Kali ini lo selamat, sampe gue denger kalian ngomongin Aalisha..." Reynard menjeda ucapannya "jangan harap lo bisa selamat"
"Gue anter ke kelas" Reynard menarik tangan Aalisha, gadis itu hanya pasrah dan mengikuti Reynard dari belakang.
Sesampainya di depan kelas, Reynard langsung meninggalkan Aalisha tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aalisha hanya acuh dan masuk ke kelas.
"OMG AALISHA LO KOK BISA DI ANTER KAK REYNARD?!"
Aalisha tersentak, nasib punya mulut kek toa masjid. Aalisha membulatkan matanya. Bukannya merasa takut, gadis chubby itu malah mencubit pipi Aalisha gemas "gausah melotot gitu ahh bukannya serem tapi lucuu."
"aku biasa aja juga, kamu lebay" Aalisha terkekh kecil, ada ada saja sahabatnya ini.
"Kamu juga mau dianter ke sekolah sama aku?" kata Jayden yang entah dari mana sudah berada di belakang Niella dan Aalisha bersama Reynard.
Niella membulatkan matanya, gadis itu memutar badannya perlahan hingga menghadap Jayden. Mukanya memerah, Jayden sialan.
"Muka kamu kok merah gitu?" Jayden terkekeh sambil menoel-noel pipi Niella. Niella langsung menyingkirkan tangan Jayden.
"Gausah pegang-pegang, gak sudi gue" kata niella dengan nada juteknya. Jayden hanya tersenyum tipis. Ganteng banget gakuat.
Memilih mengabaikan temannya yang sedikit tidak waras itu, Reynard diam diam menarik Aalisha untuk duduk. Membuka plastik berisi bubur ayam yang ia beli tadi dikantin, lalu menyodorkannya ke depan Aalisha.
"Makan dulu"
Aalisha menggelengkan kepalanya, for god sake ia tidak begitu suka bubur. Harusnya tadi minta roti saja.
"aku gak suka bubur"
Rey menatap Aalisha datar.
"Yang lain aja please" Aalisha menatap Reynard dengan puppy eyes nya. Namun Reynard sama sekali gak peduli. Ia mengambil sesendok bubur, lalu mengarahkannya ke bibir Aalisha.
"Buka atau gue bilangin daddy lo"
Aalisha memajukan bibirnya. Tidak, jangan sampai daddy tau. Daripada kena omelan daddy, akhirnya ia membuka mulut dan melahap bubur itu.
"Good girl."
"Gue gak salah liat kan?" Tanya Jayden dengan mulut menganga, sama halnya dengan Niella. Tidak percaya apa yang mereka lihat sekarang.
"Itu serius kak Reynard hah?"
Reynard masih setia menyuapi gadis itu, toh Aalisha juga gak nolak. Sejak kapan coba Reynard mau nyuapin kek gitu? Deket sama cewek aja engga.
"REYNARD KESAMBET APE LO?!" Jayden menggebrak meja membuat Aalisha tersedak makanannya.
Uhukk uhukk
Reflek Reynard memberi minum kepada Aalisha. Mata gadis itu memerah dan berair.
"Makasih kak" Aalisha menyenderkan punggungnya ke kursi. Mengelap air matanya dengan tisu yang diberikan Niella.
"Apaan sih lo? Lebay banget jadi cowok"
Kata Reynard sambil menatap Jayden tajam.
"Ehehe maap bang, reflek lagian lo ga pernah begini ama cewek"
Niella menggeplak kepala Jayden. "Tau nih, liat tuh temen gue jadi keselek gara gara lo."
"Maaf ya Aalishayang, gue ga sengaja"
Reynard yang mendengar itu langsung menendang tulang kering Jayden. "Tub mulut emang minta digampar"
"Arghh sakit bego"
Aalisha dan Niella hanya terkekeh melihat dua cowok tampan di depannya ini "aku gak papa kok."
"Udah sana ke kelas, bentar lagi bel" usir Niella. Yang diangguki oleh Aalisha.
"Kak Rey sama Kak Jay mending ke kelas"
"Yaudah kita cabut dulu ya, bye Niella nanti ke kantin bareng ya beb" kata Jayden sambil mengedipkan matanya.
Niella bergidik ngeri "ogah, udah sana balik ke habitat lo"
Reynard mengacak rambut Aalisha pelan, membuat Aalisha mematung ditempat. "Nanti gue kesini."
"O-okey" balas Aalisha.
○○○
Selama pelajaran berlangsung, Aalisha menelungkupkan kepalanya di meja. Ia sedang tidak bersemangat, entah mengapa perasaannya mendadak tidak enak.
Gadis itu menyenggol lengan Niella. "La, perasaan aku gaenak" bisik Aalisha.
"Kenapa emangnya?"
"aku gatau, degdegan gini" kata Aalisha sambil memegang dadanya.
"Relax sha, gak ada apa apa" Niella mengusap punggung temennya itu agar lebih tenang. Aalisha kembali menelungkupkan kepalanya.
Tok tok tok
"Silahkan masuk" ucap bu Elly -guru fisika.
"Permisi bu, ini saya mengantar anak murid baru" ucap pak Doni yang merupakan office boy di sekolah.
"Oh iya pak, silahkan"
Laki laki berhoodie hitam dengan tinggi 175cm masuk kedalam kelas. Rambut coklat, hidung mancung, rahang tegas, dan badan tegap. Berdiri di depan kelas untuk memperkenalkan diri.
"Halo nama gue Darryl Watterson, salam kenal"
Deg
Aalisha mengangkat kepalanya dengan cepat. Pandangan mereka bertemu, cowok itu menyeringai. Aalisha membeku. Tidak, tidak mungkin. Aalisha segera mengalihkan pandangannya.
"Silahkan Darryl duduk dibangku yang kosong"
"Terimakasih"
Ia memejamkan matanya dan menarik napas. Berharap bahwa ini adalah mimpi. Ia melirik jam Olivia Burton-nya, 5 menit lagi bel istirahat. Yang perlu ia lakukan hanya bersabar.
"Baiklah anak anak, bel sudah berbunyi. silahkan kalian istirahat"
"Terimakasih bu" ucap semua siswa serempak. Mereka langsung berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut mereka.
"Duh sha, gue kebelet bgt nih, lo duluan aja ya. Bilangin kak Jayden"
"Tapi la-"
Niella berlari meninggalkan Aalisha seorang diri, lebih tepatnya bersama Darryl. Dengan cepat Aalisha melangkahkan kakinya meninggalkan kelas, namun gagal. Darryl mencekal tangan Aalisha.
"Miss me babe?"
"Lepasin tangan aku" tekan Aalisha. Ia berusaha melepas cekalan Darryl namun tidak bisa. Cowok itu terlalu kuat.
"Not so fast baby girl, i miss you very much."
Laki laki didepannya ini sudah tidak waras. Darryl berusaha memeluknya. Reflek Aalisha mendorong Darryl dengan tangannya yang bebas.
"Apaan sih?! lepasin"
"Bisa diem gak? Aku cuma mau peluk kamu"
"you such a jerk" Aalisha berteriak didepan muka cowok itu.
Bugh
Darryl tersungkur dibawah, memegang perutnya kesakitan
"Kak Rey"
Reynard menarik kerah Darryl lalu memukul tepat di pelipis, membuat pelipis Darryl sedikit berdarah. Darryl pun membalas pukulan yang diberikan Reynard.
"Bangsat lo apain dia hah?!" Ia terus memukul Darryl, ia tak sadar gadis dibelakangnya sedang ketakutan.
"Kak Rey please udah"
Reynard menghentikan pukulannya itu, menghempaskan Darryl dan berjalan cepat menuju Aalisha. Ia menggenggam tangan gadis itu.
" Lo beruntung karena ada Aalisha disini."
Rey langsung menarik tangan Aalisha untuk pergi dari sana.
"Well well well, i'll make you mine Aalisha" ucap Darryl dengan smirk yang terbit di bibirnya.