Ferdy menyupir mobilnya tanpa menoleh. Tujuannya satu, rumah Adrian. Darah masih membekas di pakaiannya, sebagian menempel diwajahnya. Tetesan darah dari pelipis dan juga hidungnya mengalir bebas, walau ia terus menerus mengelap darah yang keluar, tetap saja tidak berhenti untuk membasahi pakaiannya.
Jauh di relung hatinya, tersimpan rasa takut yang sedang menguasai. Kemudian disela rasa takut ada rasa menyesal juga turut memenuhi ruang kosong direlung hatinya. Andai saja ia lebih perhatian, pikir Ferdy saat ini. Semua tidak akan pernah terjadi pada keluarganya. Karmakah buat dia? Merebut Seruni dari Adrian, bahkan ia juga tidak mau melepaskan Seruni untuk Adrian. Ia memang tidak tahu siapa yang dijodohkan dengannya waktu itu, tapi seharusnya ia bisa melapaskan atau menolak perjodohan itu saat ia tau wanita itu ternyata Seruni.