Diah sudah tertidur kembali, tangannya masih memegang jari-jemari Mike. Saling bertautan. Senyum itu getir, pahit. Tidak seperti dulu saat dia bertemu waktu itu. Waktu sebelum Mike mengetahui penyakit Diah. Mike berusaha menerima, namun hatinya tidak. Ada penolakan besar di batinnya. Seperti ada dinding besar yang seharusnya runtuh saat pertama mengetahui ini.
Tapi, dinding itu semakin kokoh saat ia menatap Diah. Seolah ia membenci wanita yang sudah menjadi istrinya dua hari lalu.
Mike sudah semakin dingin tak bergerak, tak ada reaksi saat jari jemari Diah semakin menggenggam jari-jarinya. Dan di tatapan mata berwarna biru itu seakan kehilangan rasa cintanya pada Diah. Lalu ia menoleh ke arah lain, ia seakan tak ingin menatap Diah yang tidur di sampingnya.