Akbar membalas, geraknya sangat lambat dan mudah Austin baca hingga serangan Akbar mudah di tangkis. Kecepatan Akbar terbatas. Satu kali kena hajar Austin, ia akan kena terus kena pukul tendangan dan pukulan tinju keras Austin.
Ia kini sempoyongan. Pertahanannya runtuh, kesombongannya sudah tak terbias di wajahnya yang biasa ia tunjukan.
Akbar, ia melemah. Luka di bahu dan kakinya mengeluarkan darah kembali. Tidak bisa tubuhnya di gerakan dengan sempurna ia juga serba salah bila bergerak, rasa sakitnya akan terasa menyakiti dirinya sendiri. Dan baru juga lukanya di obat, luka itu kembali terbuka.
Matanya berkunang-kunang pusing. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin dan gemetaran. "Sial, bisa ambruk duluan sebelum gue bisa ngalahin bocah tengik ini!" gerutu Akbar di dalam hati. Ia harus mencari cara agar ia bisa lepas dari Austin.