"Kemarin, elu tau gue kelaparan nungguin elu buat ngambilin makanan di kantin itu?"
"Ya gue tau, tapi bukan maksud gue telat, sebab gue--" Belum juga ia selesai berbicara, pukulan itu sudah mendarat. Mendarat dengan sangat keras hingga membekas di pipi sebelah kanan Maria.
Napi-napi lainnya tertawa senang melihat Maria tersiksa seperti saat ini. Maria geram, sudah bosan diperlakukan seperti pembantu. Tapi ia belum bisa melawannya. Maria belum menemukan moment pas buat ngalahin napi gila itu, napi yang senang sekali menyiksa napi-napi lain di penjara. Sebab, ia terkenal sangat keji menyiksa semua napi-napi di penjara. Hingga seluruh napi-napi di penjara ini ketakutan dan tidak ada yang berani membantahnya.
"Kenapa melotot? Elu gak suka gue menampar elu kaya tadi?" tanya napi preman itu mendekatkan wajahnya sedekat mungkin. Ia menghisap rokoknya dan kemudian..