Abigail membalikan badannya. Ia kemudian berjalan, semakin menjauhi kerumunan orang membiarkan kekasihnya memeluk istri dan mantan kekasihnya. Ia merasa salah mengambil langkah dengan menyetujui ajakan Austin yang ingin bertunangan padanya. Dan belum saja Austin membuktikan keseriusannya, tetapi ia sudah melihat sebuah pembuktian bahwa ada kebohongan yang Austin perlihatkan saat ini padanya.
Kekecewaan ia biarkan melekat di hatinya. Ia hanya tak ingin terlalu berharap mencintai laki-laki dari satu keluarga yang sama. Dan ketakutannya telah menjadi kenyataan, itu sangat pahit dan menyakitkan. Ia menghela napas, lalu masuk kedalam mobilnya. "Jalan pak!" perintah Abigail ke supir pribadinya. Ia menatap keluar jendela, matanya masih melihat Austin masih memeluk Diah dari sela-sela orang yang berdiri menonton kecelakaan itu. Ia lemas, dan sakit hatinya.