Namun, ia menghentikan langkahnya. Dahinya menyernyit. "Itu kan..?" kata Austin membiarkan kalimatnya menggantung. Mendekatkan diri ke kaca sebuah restoran mahal. Austin berusaha mengenali apa yang ia lihat di dalam restoran itu.
"Akbar? dan Gadis itu? Jadi mereka berkomplot?" bisik batinnya sangat marah. Ketenangan hatinya di usik oleh pemandangan dua orang yang ia kenal itu saling mengobrol. Dua orang penjahat yang sedang berkomplot. Pikir Austin geram, namun ia tidak mau gegabah melabrak mereka. Austin masuk kedalam restoran. Ia duduk di meja dari belakang mereka berada, ruang private, tidak terlalu banyak meja dan kursi. Hanya ada empat kursi dan meja yang di beri pembatas kaca gelap.