Tak ada tempat bersembunyi, ia menarik Austin masuk kedalam ruang ganti pakaian setelah matanya melihat seorang pengunjung keluar dari sana. Ruangan sempit yang menghimpitkan tubuh Austin dan Diah sangat berdekatan tanpa celah. "Kenapa kita harus kesini? kita bisa lari ketempat lain kan?" keluh Austin, terpaksa masuk keruangan sempit itu.
Diah mendekap mulut adik iparnya itu. "Ssst..! Akbar sudah datang, dia akan melukai kita tanpa ampun. Dan ini satu-satunya tempat buat kita bersembunyi," ujar Diah menyuruh Austin menghentikan ocehannya. Jantung Austin kian berdebar kencang melebihi kecepatan pesawat jet. Ia tidak tau harus mengaturnya seperti apalagi. Diam diruangan sempit dengan Diah dengan wajah berdekatan, dada menempel dan bagian selangkangannya juga menempel.
Deg..
Deg..
Deg..
Suara jantung Austin. Diah bersikap biasa saja pada Austin. Menganggap adik ipar, bukan siapapun. Hanya Austin saja yang jantungnya tak mau diam.