Wajah Adrian babak belur, sangat memprihatinkan. Darah yang belepotan. Memar yang hampir seluruh bagian ada, terkena serangan dari Fandi yang bertubi-tubi tanpa jeda, tanpa ampun.
Fandi mengikat kembali tangan Adrian dengan tali tambang. Ia melilitkan tambang ketangan dan pegangan kursi. Namun..
Duuk. Adrian menendang kuat perut Fandi. Rasanya sangat mustahil dengan keadaan Adrian yang seperti itu masih bisa menendang dengan kuat tubuh Fandi hingga beradu ke pintu. Fandi tersungkur, namun ia tidak jatuh pingsan. Adrian bergegas membuka tambang yang sempat Fandi lilitkan pada tangannya.
Adrian menghampiri Fandi, ia mengangkat kursi sekuat tenaga yang tersisa. Lalu..
Ia membanting kursi itu tetap di atas tubuh Fandi tanpa ampun. Ia melakukannya lagi dan lagi sampai Fandi benar-benar jatuh pingsan dan tidak bisa bangkit sampai ia sudah bebas dari dermaga yang di penuhi peti kemas yang berbentuk labirin. Adrian menendang-nendang Fandi yang sudah tak lagi bisa bangkit.